Rumah baru

231 27 3
                                    

Lulu memandangi jarum jam yang terus berputar pelan di dinding café tempatnya bekerja. Pukul 8:20 malam, sepuluh menit sebelum jam kerjanya berakhir, namun rasanya waktu berjalan begitu lambat. Tubuhnya terasa lelah, kakinya sudah pegal setelah berdiri berjam-jam, dan pikirannya tak bisa berhenti merindukan momen istirahat yang sebentar lagi akan datang. Lulu bekerja dari jam 8:30 pagi hingga 8:30 malam, sebuah ritme yang membuat tubuhnya terasa berat setiap hari. Namun, ia tak punya pilihan lain. Sebagai mahasiswa yang harus mengurus biaya kuliah dan hidup di Jakarta, pekerjaan di café ini adalah salah satu sumber pendapatannya.

Jakarta memang menyimpan impian bagi banyak orang, tetapi bagi Lulu, tinggal di kota ini juga berarti harus menahan rindu. Orang tuanya tinggal di Serang, hanya beberapa jam perjalanan dari Jakarta, tapi rasanya jauh di tengah kesibukan dan jadwal yang padat. Setiap kali malam tiba, Lulu tak bisa tidak memikirkan rumah. Dia merindukan masakan ibunya yang hangat, obrolan santai dengan ayahnya, dan suasana kampung halaman yang jauh dari hiruk-pikuk kota besar.

Jam menunjukkan pukul 8:30 malam. Lulu segera melepas apron-nya, merapikan meja tempatnya bekerja, dan berpamitan pada rekan-rekan kerjanya. Dia berjalan keluar dari café dengan langkah cepat, merasakan hembusan angin malam yang menyejukkan wajahnya. Pikirannya kini terfokus pada satu hal-Flora.

Flora, kekasihnya, selalu menjadi sumber kebahagiaan di tengah kelelahan yang Lulu rasakan. Mereka tinggal di kos-kosan yang sama, hanya terpisah oleh beberapa pintu, namun pertemuan mereka di akhir hari selalu istimewa. Flora, dengan tubuh mungil dan tinggi 152 cm, selalu menunggu Lulu pulang dengan senyuman manis dan tangan yang terbuka lebar, siap memberikan pelukan yang hangat.

Lulu sampai di depan pintu kamar kosnya, membuka pintu perlahan, dan seperti yang sudah bisa ditebak, Flora sudah menunggunya di dalam. "Kak Lulu!" seru Flora dengan suara riang, menghampiri Lulu dengan senyum yang lebar. Mata Flora berbinar penuh kegembiraan, dan seperti biasa, dia membuka tangannya lebar-lebar, menunggu Lulu untuk masuk ke pelukannya.

Namun, Lulu hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya. "Gak dulu, aku masih kotor. Nanti aja peluknya, aku mandi dulu ya?" ucap Lulu sambil melirik tubuhnya yang masih berbalut seragam café.

Flora langsung menghentakkan kakinya ke lantai, menampakkan ekspresi kesal yang sejujurnya lebih terlihat menggemaskan daripada menakutkan. Dengan cepat, dia duduk di sofa, menyilangkan tangan di dada, dan memasang wajah cemberut. "Selalu aja kayak gini!" keluhnya. "Aku nungguin seharian buat peluk, tapi kamu selalu nyuruh aku nunggu lagi."

Lulu tertawa kecil melihat tingkah kekasihnya itu. Dia tahu betul bahwa Flora bukan benar-benar marah, melainkan hanya ingin mendapatkan perhatiannya. Tanpa berkata apa-apa, Lulu berjalan mendekati Flora, lalu berdiri di belakangnya. Dengan lembut, Lulu menunduk dan mengecup pipi Flora yang gembul dengan singkat. "Aku mandi dulu, ya?" bisiknya dengan lembut di telinga Flora.

Flora menunduk sambil menggigit bibirnya. Wajahnya memerah, dan tanpa sadar, tangannya meraih bantal sofa dan menutup wajahnya. Lulu tertawa pelan sebelum berjalan menuju kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, Lulu menghela napas panjang. Rasa lelah yang ia rasakan perlahan larut bersama air yang mengalir di tubuhnya. Dia memikirkan betapa beruntungnya memiliki Flora di hidupnya. Meskipun hari-harinya penuh dengan kesibukan, Flora selalu ada untuknya, memberikan energi baru setiap kali mereka bersama. Flora adalah pelariannya dari kerasnya kehidupan kota besar, dari kelelahan bekerja, dan dari kerinduan akan rumah.

Setelah mandi, Lulu keluar dengan handuk melilit tubuhnya. Flora masih duduk di sofa, kini dengan wajah yang lebih ceria. "Udah mandi, nih. Sekarang boleh peluk gak?" tanya Lulu sambil mengangkat kedua alisnya.

Flora langsung melompat dari sofanya, dan dalam sekejap, dia sudah berada dalam pelukan Lulu. "Akhirnya!" seru Flora, memeluk erat tubuh Lulu yang masih basah. Lulu tertawa kecil dan mengusap kepala Flora dengan lembut. Mereka berdiri dalam keheningan sejenak, hanya menikmati momen itu, merasakan kehangatan satu sama lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 16 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lulu X MemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang