Di tengah segala kesulitan, kehadiran Edo mulai memberikan secercah harapan bagi Lily.
"Hei, Lily, kamu kelihatan lelah. Mau aku bantu dengan tugas-tugasmu?" tanya Edo dengan nada lembut.
Tawaran tersebut terasa seperti oase di tengah padang pasir emosionalnya. Meskipun Lily merasa ragu, dia merasakan sesuatu yang baru dalam perhatian kecil Edo. Setiap kali Edo mendekat, Lily merasa sedikit lebih ringan, seolah ada seseorang yang benar-benar peduli. Mereka mulai berbicara lebih sering di sekolah, dan Lily merasa terhubung dengan Edo pada tingkat yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meski dia masih merasa takut akan pengkhianatan, Lily mulai membuka diri kepada Edo, merasa bahwa dia mungkin adalah satu-satunya orang yang benar-benar memahami dirinya.
Meskipun kehadiran Edo memberikan Lily rasa aman, dia tidak bisa menahan kecemasannya mengenai motif Edo.
"Kenapa kamu begitu baik padaku?" tanya Lily suatu hari, merasa sulit untuk mempercayai kebaikan yang ditunjukkan Edo.
Edo hanya tersenyum, "Aku hanya ingin memastikan kamu baik-baik saja. Kamu tidak sendirian." Namun, Lily tetap merasa bingung.
Apakah Edo benar-benar peduli, atau ada agenda tersembunyi di balik kebaikannya? Setiap kali mereka berbicara, Lily merasa terjebak dalam perangkap antara keinginan untuk percaya dan rasa takut akan kemungkinan dikhianati. Meskipun demikian, perhatian Edo membuatnya merasa sedikit lebih baik, dan dia mulai membuka diri lebih banyak daripada sebelumnya.
Keberadaan Edo dalam hidup Lily mulai menarik perhatian Hani dan kelompoknya.
"Lihat tuh, Lily sekarang punya pendukung baru. Jadi apa? Kamu pikir dia bisa melindungimu dari kami?" ejek salah satu anggota kelompok Hani.
Kelompok ini dikenal sering membully siswa lain, dan kini Hani bukan hanya meninggalkan Lily tetapi juga turut menjadi pelaku. Setiap kali Lily melihat Hani bersama kelompok itu, hatinya terasa hancur. Lily tidak mengerti mengapa Hani berubah menjadi seseorang yang begitu kejam. "Kenapa kamu bersikap seperti ini? Apa yang terjadi?" tanya Lily kepada Hani di koridor sekolah. Pengkhianatan ini membuat Lily semakin merasa sendirian dan terisolasi, menambah beban emosional yang sudah berat.
Hani dan kelompoknya semakin merasa terganggu dengan kedekatan antara Lily dan Edo, dan mulai menargetkan Edo juga.
"Eh, Edo, kalau kamu mau berteman dengan Lily, kamu harus siap dengan semua ini," ancam salah satu dari kelompok itu.
Edo tetap tenang dan tidak terganggu, tetapi Lily merasa khawatir tentang bagaimana perlakuan kelompok tersebut terhadapnya. Keberadaan Edo sebagai pelindung justru menambah beban bagi mereka berdua. Meskipun Lily merasa cemas, dia juga merasa sedikit lega karena memiliki seseorang yang bisa diandalkan di tengah situasi yang semakin sulit.
Lily dan Edo mulai menghabiskan lebih banyak waktu bersama di luar sekolah. Mereka pergi ke kafe, taman, dan sering duduk di bangku yang sama di perpustakaan.
"Aku suka waktu kita bersama. Rasanya seperti dunia ini sedikit lebih baik," kata Lily saat mereka duduk di taman.
Edo tersenyum dan menjawab, "Aku juga merasakan hal yang sama, Lily. Kamu membuat hariku lebih cerah." Momen-momen kecil seperti ini membantu Lily merasa lebih bahagia dan sedikit mengurangi beban emosionalnya.
Mereka mulai saling bercerita tentang impian dan ketakutan mereka, memperdalam hubungan mereka. Namun, meskipun hubungan ini memberikan sedikit kebahagiaan, Lily tetap merasa ada sesuatu yang belum sepenuhnya jelas tentang Edo.
Seiring berkembangnya hubungan mereka, Lily merasa terjebak antara keinginan untuk mempercayai Edo dan ketidakmampuannya untuk sepenuhnya membuka diri.
"Aku ingin sekali percaya padamu, Edo, tapi aku sudah terluka terlalu banyak," ungkap Lily dengan mata yang penuh kecemasan.
Edo mengerti perasaan Lily dan merespons dengan lembut, "Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu untuk membuka diri. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku ada di sini untukmu." Meskipun kata-kata Edo menenangkan, Lily merasa terpecah antara keinginan untuk merasakan kehangatan dan ketakutan akan kemungkinan sakit hati yang lebih dalam.
Setiap kali dia mulai merasa nyaman, rasa takutnya kembali menghantuinya, membuatnya sulit untuk sepenuhnya percaya.
Dalam upaya untuk menghadapi ketakutannya, Lily berusaha mencari cara untuk mempercayai Edo meskipun rasa sakit masa lalu masih membekas.
"Aku akan mencoba untuk mempercayaimu, Edo, meskipun itu sulit," kata Lily dengan tekad.
Edo memberikan dukungan dan kesabaran, berusaha untuk membantu Lily melewati ketakutannya.
"Aku akan berada di sini, apapun yang terjadi. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama," janji Edo.
Meskipun Lily berusaha untuk membuka hati, kenangan akan pengkhianatan dan sakit hati masa lalu terus menghantuinya. Namun, dia mulai merasakan sedikit keyakinan bahwa Edo mungkin adalah seseorang yang benar-benar bisa diandalkan.
Meskipun menghadapi berbagai rintangan, Lily dan Edo terus berusaha membangun hubungan mereka. Mereka belajar untuk saling memahami dan memberikan dukungan satu sama lain di tengah kesulitan yang mereka hadapi.
"Kita mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi ke depan, tetapi aku ingin kita terus berjuang bersama," kata Lily dengan semangat baru.
Edo mengangguk setuju, "Aku juga ingin kita tetap bersama, Lily. Kita bisa menghadapi apa pun selama kita saling mendukung." Mereka memulai babak baru dalam hubungan mereka, berusaha untuk menemukan kebahagiaan di tengah ketidakpastian.
Meskipun tantangan masih ada, Lily merasa sedikit lebih percaya diri bahwa dia mungkin akhirnya menemukan seseorang yang benar-benar peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Ketenangan yang Pudar
RandomNovel ini menggambarkan kisah Lily, seorang wanita yang menghadapi perjuangan emosional yang mendalam dalam hidupnya. Meskipun dikelilingi oleh orang-orang yang seharusnya mendukungnya, seperti teman Hani dan kekasih Edo yang berpura-pura mencintain...