Setelah beberapa minggu berlalu sejak Evan putus dengan Karin, suasana mulai kembali normal antara Evan dan Elias. Meski ada sisa-sisa kesedihan di mata Evan setiap kali mereka bertemu, Elias merasa bahwa Evan mulai pulih perlahan. Hari-hari mereka di kafe kembali diisi dengan obrolan ringan tentang pekerjaan, film, atau tempat-tempat yang ingin mereka kunjungi. Elias mulai merasa bahwa mungkin, kali ini, dia bisa lebih dekat dengan Evan. Namun, perasaan lega itu tidak berlangsung lama.
Sore itu, di tengah percakapan santai di kafe, Evan tiba-tiba berkata, “El, lo nggak akan percaya. Gue baru kenalan sama seseorang yang kayaknya bakal menarik banget.”
Elias menoleh, senyum di wajahnya perlahan memudar. Sudah terlalu sering dia mendengar Evan memulai percakapan dengan kalimat seperti itu, dan setiap kali, hasilnya selalu sama—Evan akan jatuh cinta pada orang lain, sementara Elias kembali terjebak dalam siklus cemburu yang sama. Namun, kali ini, Elias mencoba menahan diri. Mungkin ini hanya sekadar kenalan biasa. Elias berharap itu benar.
“Siapa?” tanya Elias, berusaha terdengar biasa saja meskipun hatinya mulai berdebar cemas.
“Namanya Jeje,” jawab Evan, dengan senyum lebar di wajahnya. “Gue ketemu dia waktu nganter barang ke kantor temen gue. Kita ngobrol, terus gue ngerasa ada chemistry yang langsung klik.”
Elias menahan napas sejenak sebelum tersenyum tipis. “Oh, cowok? Lo udah sering ketemu sama dia?”
Evan mengangguk antusias. “Belum terlalu sering, baru beberapa kali sih. Tapi gue rasa ini beda, El. Jeje tuh orangnya ramah, perhatian, dan... gue nggak tahu kenapa, tapi ada sesuatu tentang dia yang bikin gue pengen terus ketemu.”
Mendengar itu, Elias hanya bisa mengangguk pelan. Meskipun kali ini bukan Karin atau gadis lain, tetap saja, rasa cemburu itu muncul. Jeje, cowok manis yang baru saja masuk dalam kehidupan Evan, kembali menggoyahkan harapan Elias yang baru saja mulai tumbuh. Di satu sisi, Elias merasa seharusnya dia lebih lega karena kali ini lawannya adalah sesama pria, bukan gadis seperti Karin. Namun, perasaan cemburu tetap menggerogotinya.
Elias mencoba tersenyum dan berkata, “Kayaknya lo bener-bener suka dia, ya?”
Evan menatap Elias dan tersenyum lebar, senyum yang seharusnya membuat Elias bahagia karena melihat Evan senang, tapi justru membuat dadanya semakin sesak. “Gue nggak tahu, El. Mungkin iya. Gue nggak pengen buru-buru sih, tapi gue seneng bisa kenal sama dia.”
Mereka melanjutkan percakapan, tetapi pikiran Elias terus-menerus kembali ke satu hal: Jeje. Siapa sebenarnya Jeje ini? Apa yang membuat Evan begitu tertarik padanya? Dan lebih penting lagi, apakah Jeje akan menggantikan tempat Elias di hati Evan?
Hari-hari berikutnya, Elias terus mendengar cerita tentang Jeje dari Evan. Setiap kali mereka bertemu, Evan selalu punya cerita baru—tentang bagaimana Jeje selalu bisa membuatnya tertawa, tentang percakapan mendalam yang mereka lakukan, atau tentang hal-hal kecil yang mereka lakukan bersama. Dan setiap kali Evan bercerita, Elias hanya bisa mendengarkan dengan senyum palsu, meskipun hatinya semakin teriris.
Malam itu, ketika mereka nongkrong di rooftop apartemen Evan, Elias tidak bisa menahan diri lagi. Setelah mendengar Evan berbicara panjang lebar tentang kencan terbarunya dengan Jeje, Elias merasa ada sesuatu yang harus dia tanyakan.
“Van,” kata Elias tiba-tiba, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya. “Lo bener-bener serius sama Jeje?”
Evan menoleh, sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu. “Gue nggak tahu, El. Gue masih ngeliat-liat aja sih. Tapi gue suka dia. Kenapa?”
Elias menelan ludah, mencoba menahan perasaan cemas yang merayap di dadanya. “Gue cuma... gue nggak tahu. Mungkin karena lo baru aja putus sama Karin, dan sekarang lo udah deket lagi sama orang lain. Gue cuma nggak mau lo terluka lagi.”
![](https://img.wattpad.com/cover/376692912-288-k483392.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers Of the Heart
Teen FictionFt. Heejay Elias menyimpan rahasia besar-dia jatuh cinta pada sahabatnya, Evan. Tapi, setiap kali Evan jatuh cinta pada orang lain, Elias hanya bisa diam, menjadi pendengar setia sambil menyembunyikan perasaannya. Berapa lama Elias bisa bertahan? Ap...