17

539 89 11
                                    

"Akh!"

Tobirama menarik tangan Sakura untuk menjauh dari kompor saat Sakura menyiram air keatas wajan yang berasap karena semuanya gosong, Tobirama memperhatikan Sakura yang meringis.

"Dasar ceroboh."

Tobirama mendekatkan wajahnya dan memberi tiupan lembut di mata Sakura, sepertinya ada yang terciprat kesana saat setelah Sakura menyiram air. Saat wajan yang gosong disiram, itu malah menimbulkan hal lain.

"Perih sekali..."

"Jangan manja, ini karena kau terlalu ceroboh."

Tobirama menarik Sakura untuk duduk di sofa bersamanya, Tobirama memeriksa mata Sakura, memperhatikan apakah ada sesuatu disana. Namun Tobirama malah terjebak pada mata hijau itu.

"Sudah?"

"Aa, ya, sudah," Tobirama tampak gelagapan. "Lain kali jangan mengulangi hal ini lagi."

"Baiklah..."

Tobirama memalingkan wajahnya, jantungnya berdebar dengan aneh, sepertinya ada yang salah disini. Tobirama kembali menatap mata Sakura.

"Apakah masih perih?"

"Lumayan."

Sakura menyentuh matanya sambil mengeluarkan chakra medisnya untuk pemulihan, ia benar-benar ceroboh. Sakura juga merasa berdebar saat matanya menangkap raut wajah Tobirama yang tampak khawatir.

Setelah makan malam bersama, mereka berdua tidur diatas ranjang yang sama dengan saling membelakangi. Sakura harus tidur agar ia bisa langsung berangkat menjalankan misinya besok.

Keesokan harinya, Sakura memaksa Tobirama untuk mengantarnya, Tobirama terus menolak. Namun tangan Sakura mengapitnya dengan keras sehingga dengan terpaksa Tobirama hanya mengikutinya.

"Sampai jumpa, Tobirama! Datanglah sebagai bala bantuan!" Sakura melambai.

Tanpa berbicara Tobirama berjalan ke akademi, sementara Sakura dan Madara kini berjalan menjauh dari desa Konoha. Selama perjalanan, Sakura meminta Madara untuk terus melihat ke bawah tanah.

"Jadi makhluk itu hidup di bawah tanah?"

Sakura mengangguk. "Itu yang aku lihat selama ini, tapi jangan khawatir. Pasti akan ada segel yang terlihat saat kita menemukannya, walaupun ini akan lama."

Sementara itu, Tobirama kini mengajari murid-muridnya dan melihat gambar yang Sakura buat kemarin. Memang terlihat jelek, namun Tobirama mulai memahami banyak hal.

Dengan gambaran itu Tobirama bisa memberikan banyak pelajaran, membagi-bagi murid dengan keterampilan elemen masing-masing setelah melakukan tes.

Itu tidak terlalu buruk karena ada bantuan Sakura, Tobirama juga mengikuti sistem tim yang Sakura katakan padanya tentang timnya. Ia akan membuat Hashirama menjadi pemimpin salah satu tim yang menjadi kesukaannya.

Hingga jam istirahat, Tobirama berjalan keatas atap akademi. Perutnya berbunyi beberapa saat, membuat Tobirama menatap ke sampingnya. Biasanya Sakura akan datang membawakannya makanan.

Tobirama menggeleng-gelengkan kepalanya, terakhir kali gadis itu tidak membawakannya makanan karena memiliki janji dengan Izuna dan Madara. Terhanyut dalam lamunan, Tobirama jadi bersemangat saat mendengar ketukan pintu atap.

"Sensei, aku membawa makan siang."

Tobirama menghela nafas, tentu saja yang datang itu bukan Sakura, gadis itu pergi menjalankan misi bersama Madara. Tobirama tak paham dengan apa yang ia pikirkan.

Saat malam dan Tobirama pulang ke rumahnya, Tobirama menatap dapur dan mengingat hari-hari belakangan ini, Tobirama banyak memarahi Sakura karena membuat salah dalam memasak.

Bahkan kemarin Sakura membuat kecerobohan yang membuatnya sedikit khawatir, tapi kali ini Tobirama tak perlu repot-repot mengajari Sakura memasak. Ini lebih baik daripada kemarin, Tobirama bebas karena tak ada yang mengganggunya.

Hingga beberapa minggu berlalu, sudah satu bulan lebih Tobirama di rumah sendirian. Tobirama menatap datar kearah dapur saat ia baru saja memasuki rumahnya, setiap hari Tobirama hanya mengingat hal saat mengajar Sakura memasak.

Biasanya Tobirama akan berteriak marah karena kesalahan yang Sakura buat, namun ia sama sekali tak berbicara saat pulang ke rumah. Itu sangat membosankan, apalagi setiap pagi Tobirama merapikan pakaiannya sendiri.

Dan berjalan sendiri ke akademi tanpa perlu berdebat dengan Sakura yang terus menempel padanya, hari-harinya terasa membosankan. Hashirama juga kini semakin banyak memiliki pekerjaan dan semakin sibuk.

Sementara Izuna selama ini bertugas menjaga perbatasan tiap sudut luar desa, Izuna hanya berkeliling namun ia sama sekali tak kembali. Tobirama jika tak mungkin berbicara dengan Mito, wanita itu sangat pendiam dan kaku untuk diajak bicara jika mereka hanya berdua tanpa Hashirama.

Sementara Sakura kini sama sekali belum menemukan petunjuk hingga terlihat di depannya langit mendung, Sakura seperti mengetahui suasana ini, tempat yang harus Sakura perhatian.

"Sepertinya aku menemukan petunjuk..."

Madara menoleh. "Apa itu?"

"Tidak akan ku beritahu," Sakura berlari mendahului Madara.

"Hei, katakan, apa itu?"

Madara mengejar Sakura, sementara Sakura menoleh sekilas sambil tersenyum. Hingga hujan turun menerpa tubuh Sakura dan Madara, Madara memilih berteduh.

"Padahal tadi cuacanya cerah, kenapa tiba-tiba hujan?" Tanya Madara membuat Sakura menghampiri Madara sambil menarik tangan pria itu. "Apa yang kau lakukan?"

"Hujan di tempat ini tidak akan berhenti, desa Amegakure..."

"Amegakure.. Ame.. hujan?"

Sakura mengangguk. "Aktifkan sharingan mu dan periksa dengan baik di setiap tempat."

"Kau mencurigai tempat ini?"

"Benar, di masa depan tempat ini akan musnah seperti Uzushiogakure, aku berencana untuk lebih memperhatikan tempat ini. Ku harap itu terjadi saat Tobirama menjadi Hokage."

Sakura menutup mulutnya kala ia tanpa sadar mengucapkan kata yang tidak seharusnya ia ucapkan, sementara Madara sudah menangkap maksud ucapan Sakura.

Madara tersenyum. "Sepertinya dunia akan sangat kacau di masa depan... aku akan meminta Hashirama lebih memperhatikan desa Uzushiogakure."

"Jika itu terjadi maka aku tidak akan bertemu dengan Naruto..." Sakura berujar lirih.

"Naruto? Siapa itu?"

"Tidak ada, mungkin lebih baik Uzushiogakure lebih dipertahankan daripada keinginan egois semata."

Madara memperhatikan wajah Sakura, terlihat sedih dari sorot matanya, itu terlihat cukup jelas. Ada banyak hal yang membuat bimbang pastinya, apalagi Sakura berasal dari masa depan yang telah damai.

"Ayo beristirahat sebentar."

"Apakah kita harus mencari tumpangan di tengah desa?"

Sakura menggeleng. "Kita harus terbiasa dengan hujan, sepertinya di sekitar sini ada goa. Cara bertahan hidup pertama di tengah misi yaitu mencari makanan dari luar, apalagi ada banyak aliran sungai disini, pasti akan banyak ikan."

"Ikan?"

"Aku akan mencari ikan, kau buat api di dalam goa."

"Baik."

Madara membuat api untuk membakar ikan dan untuk membuat mereka hangat di tengah curah hujan yang terus mengguyur, pakaian mereka sudah basah, namun Sakura mengatakan tak ada gunanya mengganti baju atau menjemur baju.

Lagipula mereka akan kehujanan tiap saat, Madara memikirkan bagaimana mereka akan menjalani misi di tempat seperti ini. Apalagi Sakura ingin lebih memperhatikannya, ini sama sekali tidak lucu.

.

.

.

Bersambung...

Gulungan Waktu✓(Tobirama×Sakura)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang