Di Balik Tirai Salju

5 1 0
                                    

"Di Balik Tirai Salju"

Dalam kastil tua teronggok di puncak bukit, tersembunyi dari dunia, Tuan Henry menjalani kehidupannya yang sunyi. Bertahun-tahun, bahkan mungkin berabad-abad, ia hidup dalam bayang-bayang masa lalu yang tak pernah lenyap. Dingin malam tak berarti baginya, dan waktu seolah berhenti di tempat itu, tak memengaruhi wajah tampannya yang beku. Namun, di balik mata tajamnya, tersembunyi kehangatan hanya sedikit yang tahu, dan lebih sedikit lagi yang memahaminya.

Di kastil yang sepi ini, hanya ada satu jiwa lain yang menemani, Isabel, seorang pelayan manusia yang tanpa sengaja memasuki hidupnya. Kisah mereka bermula pada suatu malam dengan nasib tak terduga, malam ketika Isabel, masih berusia remaja, melarikan diri dari ayahnya. Ayah yang kejam dan haus akan uang berusaha menjualnya ke pelacuran, menghancurkan masa depan yang seharusnya penuh harapan. Isabel melarikan diri, menembus hutan dalam kegelapan malam, tak tahu bahwa takdir sedang mengarahkannya ke tangan seorang yang lebih dari sekadar manusia.

Tuan Henry menemukannya di ambang pintu kastil, pucat, gemetar, namun matanya masih menyala dengan semangat hidup yang tak dapat dipadamkan. Ia melihat Isabel , bukan sebagai mangsa seperti yang biasa dirasakannya pada manusia lainnya, melainkan sebagai seseorang yang memerlukan perlindungan. Tubuh dinginnya menggigil saat itu, tetapi ia mengulurkan tangan tanpa ragu. Itu pertama kali Isabel menyentuh kulitnya yang dingin, dan meski dingin, ada rasa nyaman yang menyelinap di antara rasa takutnya.

"Tuan, tolong... jangan biarkan mereka menemukanku," kata Isabel dengan suara yang nyaris hilang. Tuan Henry hanya menatapnya dengan mata tajam yang memancarkan sesuatu yang tak dapat didefinisikan.

"Tak akan ada yang menyentuhmu lagi," ucapnya dingin, namun di dalam suaranya, Isabel merasakan kehangatan yang aneh, jauh di dalam lapisan es yang membalut dirinya.

Isabel tinggal di kastil itu sejak saat itu, dengan setia melayani Tuan Henry . Dia tahu sejak awal bahwa pria ini bukanlah manusia biasa. Tanda-tandanya terlalu jelas, kulit yang terlalu pucat, mata yang selalu menyala di kegelapan, dan ketenangan yang menyelimutinya bahkan di tengah badai. Namun, Isabel tidak takut. Sebaliknya, ia semakin terpesona.

Ada sesuatu dalam diri Tuan Henry yang membuat hatinya terpikat. Tubuhnya yang dingin dan pandangan tajamnya selalu membuat Isabel tersentak, namun di saat yang sama, ada ketenangan yang membuatnya merasa terlindungi. Mereka jarang berbicara panjang, tetapi setiap gerakan, setiap tatapan yang diberikan Tuan Henry, selalu terselip makna yang tak terucapkan. Hatinya mulai jatuh pada pria itu, meski ia tahu, cinta pada makhluk abadi seperti dirinya adalah jalan yang berbahaya.

Tuan Henry pun tidak kebal terhadap Isabel. Meski ia berusaha menahan diri, darah yang mengalir di tubuh Isabel selalu memanggilnya, membangkitkan hasrat yang tak terpuaskan selama bertahun-tahun. Namun, bukan hanya darah yang menariknya. Ada sesuatu yang lebih dalam dari itu. Semangat Isabel, keberanian, dan ketulusan hatinya membuat Tuan Henry terjerat dalam perasaan yang belum pernah ia rasakan selama berabad-abad. Namun, ia tahu, membiarkan dirinya terlalu dekat dengan Isabel bisa berakhir dengan kehancuran. Ia takut tak dapat mengendalikan dirinya, takut bahwa suatu malam, ia akan menyerah pada nalurinya dan menghisap darah perempuan itu, merenggut nyawanya dengan tangannya sendiri.

Malam itu, badai salju mengamuk di luar, menutupi kastil dalam keheningan yang beku. Isabel, dengan rambut winenya yang panjang menjuntai, mendekati Tuan Henry yang sedang berdiri di dekat jendela, menatap salju yang turun deras. Hatinya berdebar, seolah dorongan yang selama ini ia tahan tak lagi dapat diredam.

"Tuan Henry, bolehkah saya meminta sesuatu padamu?" Di balik suara Isabel terdengar lembut, ada keberanian tak melintas begitu saja.

Tuan Henry menoleh, mata tajamnya menatap langsung ke Isabel. "Apa itu, Isabel?" tanyanya, suaranya seperti bisikan angin yang menggugah perasaan.

"Tutuplah matamu dulu," pinta Isabel dengan suara lirih namun tegas.

Tuan Henry mengernyitkan dahi, tetapi ia menuruti permintaan Isabel. Perlahan, ia menutup matanya, tak tahu apa yang akan dilakukan perempuan itu. Hatinya berdebar dengan ritme yang belum pernah ia rasakan sejak ia menjadi vampir.

Perlahan, Isabel mendekat. Dengan tangan yang gemetar, ia meraih wajah Tuan Henry dan mencium bibirnya. Ciuman itu lembut, namun penuh perasaan yang telah lama ia simpan. Tuan Henry terkejut, matanya terbuka, tetapi sebelum ia bisa berkata apa-apa, Isabel mengecup lehernya dan memeluknya erat.

Tubuh Isabel begitu dekat, hangat, dan darah yang mengalir di lehernya seolah memanggil naluri vampir di dalam diri Tuan Henry. Hasrat yang selama ini ia tahan, meletup seperti api yang tak dapat dikendalikan. Ia ingin menyerah , menghisap darah Isabel hingga tak tersisa. Namun, di saat yang sama, perasaan cinta yang murni dan tulus menahannya.

sekeras mungkin, Tuan Henry berusaha menahan dirinya. Alih-alih menyerang leher Isabel, ia memilih mencium bibirnya sekali lagi, kali ini dengan gejolak rasa. Mereka berdua tenggelam dalam kehangatan satu sama lain, di tengah malam yang dingin dan sunyi.

Di atas ranjang, mereka menemukan kehangatan yang tak terukur. Tubuh mereka menyatu, saling menghapuskan jarak, hingga sehelai benang pun tak mampu menghalangi mereka. Hasrat yang selama ini terpendam, kini meletup dengan kelembutan dan kehangatan hanya mereka berdua yang tahu.

Setelah semuanya tenang, Isabel berbisik, "Tuan, aku ingin menikah denganmu dan menemanimu selamanya di kastil ini."

Tuan Henry menatap Isabel dengan mata yang tak lagi tajam, melainkan penuh kelembutan. "Baiklah," katanya, "tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi."

"Apa itu, Tuan?" Isabel bertanya dengan suara lembut.

"Jangan pernah berpikir untuk mengubah dirimu menjadi seperti aku," jawabnya.

Isabel mengangguk dengan senyum di bibirnya. "Aku hanya ingin bersamamu, apa pun bentuknya."

Mereka pun berbaring bersama, saling berpelukan di ranjang, melawan dinginnya malam dengan kehangatan cinta yang tak lagi terbungkam. Di balik dinding kastil yang tua, dua hati, satu abadi dan satu fana, bertemu dalam keabadian yang berbeda, namun tetap saling melengkapi.

When World CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang