Romansa Aneh Di Kastil Usang.

5 1 0
                                    

Kastil tua itu berdiri megah di tengah hutan yang sunyi, dikelilingi pohon-pohon berusia ratusan tahun dengan ranting menjulur seolah berusaha menyentuh langit. Eldrin, Alexei, dan Wulfric, yang akrab dipanggil Fric, baru saja pindah ke sana, meninggalkan kastil lama mereka yang kini dihuni manusia. Sebagai makhluk supernatural yang, anehnya, tak mau menyerang atau memangsa manusia, ketiganya sepakat mencari tempat yang lebih aman dan jauh dari gangguan manusia.

"Fric, gimana perasaanmu jadi satu-satunya yang punya setengah darah manusia?" tanya Eldrin sambil bersandar di dinding, wajahnya pucat tapi selalu penuh dengan canda. Eldrin adalah zombie yang cukup terjaga penampilannya, meskipun sesekali ada bagian tubuhnya yang sedikit terlepas.

"Jijik," Fric menjawab sambil mengerutkan hidungnya. "Aku nggak mau jadi seperti kalian, tahu. Jadi serigala-vampire atau serigala-zombie? Itu terdengar menjijikkan."

Alexei, si vampire yang selalu tampak elegan meski sering terjebak dalam obrolan konyol, terkekeh. "Kau tahu, itu bukan sebutan konyol. Kau akan jadi legenda baru nanti, Fric. Serigala yang juga zombie atau vampire? Dunia belum pernah lihat hal kayak gitu."

Fric mendelik ke arah kedua sahabatnya, menampilkan taringnya. "Dasar konyol! Awas kalian lakukan hal itu. Akan kucabik-cabik daging kalian sampai tak bersisa."

Eldrin dan Alexei tertawa bersamaan saat Fric melangkah menuju kamarnya, mengguncang lantai kastil dengan langkah-langkah beratnya. Mereka tahu Fric hanya menggertak, setidaknya, mereka berharap begitu.

Namun, kenyamanan hidup di kastil tua itu tak bertahan lama. Tak lama setelah mereka pindah, sesuatu yang tak terduga mulai terjadi. Kastil itu ternyata memiliki penghuni lain, seorang hantu perempuan bernama Selena. Selama bertahun-tahun, dia menghantui kastil setelah mengalami kematian yang tragis. Suaminya, yang menuduhnya berselingkuh, menyekapnya di ruang bawah tanah hingga akhirnya dia menghembuskan napas terakhirnya di sana.

Lucunya, meskipun Eldrin sudah mati sejak lama, dan Alexei juga sudah menjadi vampire abadi, keduanya ternyata masih takut pada hantu, sama seperti saat mereka masih hidup. Ketika pertama kali melihat Selena, yang sering muncul dengan gaun putih melayang-layang dan wajah sendu nan anggun, Eldrin langsung bersembunyi di balik sofa. Sementara Alexei, dengan segala kemegahannya, mendadak pucat (lebih pucat dari biasanya, tentu saja) dan hampir menjatuhkan gelas anggur darah yang biasa dia nikmati.

"Selena..." gumam Alexei dengan suara bergetar. "Kenapa dia harus ada di sini?"

Eldrin, yang entah kenapa tiba-tiba tampak kehilangan kepercayaan dirinya, menambahkan, "Kita sudah cukup mati. Apa perlu kita digentayangi hantu juga?"

Fric, yang mendengar kekonyolan kedua temannya, malah geli sendiri. "Serius, kalian takut sama hantu? Kalian berdua kan sudah mati juga."

"Ya, tapi dia... dia hantu!" Eldrin berseru, ekspresi ngerinya sangat jelas meski separuh wajahnya hampir lepas.

Alexei mengangguk setuju. "Kami sudah mati, tapi kami tidak transparan dan melayang-layang seperti dia!"

Namun, Fric justru merasa berbeda. Sejak pertama kali melihat Selena, ada sesuatu yang menarik perhatiannya. Mungkin itu kecantikannya, mungkin kelembutannya, atau mungkin juga tragedi yang dibawa Selena dalam dirinya. Seiring waktu, perasaan itu semakin kuat. Fric, si pemarah yang biasanya selalu marah-marah pada Eldrin dan Alexei, mendapati dirinya jatuh cinta pada sosok hantu itu.

"Aku serius," ucap Fric suatu malam, ketika Eldrin dan Alexei masih berusaha menghindari bayangan Selena yang melintas di kastil. "Selena... dia berbeda. Aku rasa aku jatuh cinta padanya."

Eldrin menatap Fric dengan tatapan tak percaya, sementara Alexei menggelengkan kepala pelan, seolah mendengar lelucon yang tak ingin dia percayai. "Fric, kau sadar, kan? Dia hantu. Dia sudah mati. Kau, setengah manusia dan setengah serigala. Ini tidak akan berjalan baik."

"Lagipula," Eldrin menambahkan, "cinta dengan hantu? Bagaimana caranya kau mencintai sesuatu yang tak bisa disentuh?"

Fric hanya tersenyum, seolah-olah semua logika yang ditawarkan Eldrin dan Alexei tidak ada artinya. "Kalian tak akan mengerti. Dia... berbeda. Aku merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya."

"Yang benar saja, Fric," kata Alexei, mengangkat alis. "Bagaimana mungkin kau mencintai hantu? Bahkan kami, yang sudah mati, masih takut padanya!"

"Aku tidak peduli," Fric mengangkat bahu. "Cinta bukan tentang logika atau apa yang masuk akal. Ini tentang apa yang aku rasakan."

Eldrin dan Alexei saling bertukar pandang, sama-sama khawatir. Mereka tahu bahwa cinta Fric kepada Selena tidak akan pernah bisa abadi. Fric adalah makhluk hidup meskipun setengahnya serigala ,dan Selena hanyalah bayangan dari masa lalu. Sebuah cinta yang tak mungkin terwujud.

Namun, Fric tak peduli. Setiap malam, saat Eldrin dan Alexei menghindari bayang-bayang Selena, Fric akan berjalan mengelilingi kastil, mencari sosok hantu itu. Kadang-kadang dia hanya bisa memandanginya dari jauh, mengagumi gaun putih yang melayang lembut di udara, atau mendengar suara lembutnya yang hampir tak terdengar. Baginya, meskipun Selena tak bisa disentuh, cinta itu nyata. Dan itu cukup.

"Suatu hari, Fric," kata Eldrin dengan nada menggoda, "kau mungkin akan jadi serigala-hantu juga. Siapa tahu, kau bisa mengikuti Selena ke dunia arwah."

"Diam kau, zombie busuk," geram Fric, meski senyum kecil tetap tersungging di bibirnya.

"Tidak buruk, sebenarnya," Alexei ikut menimpali. "Serigala-hantu, legenda baru di kastil ini."

Fric menatap mereka dengan ancaman di matanya. "Kalau kalian terus bercanda soal itu, aku benar-benar akan cabik-cabik kalian!"

Dan seperti biasa, Eldrin dan Alexei tertawa, sementara Fric kembali ke kamarnya, berharap suatu saat cintanya kepada Selena akan menemukan jalan, meskipun dia tahu, di dalam hatinya, bahwa cinta seperti itu mungkin hanya akan berakhir sebagai cerita tragis di kastil tua ini.

When World CollideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang