Z-1

3 0 0
                                    


Halo Readers! Now, you're in story room of Amamaa

Sekarang Ama update first story nih! So, karena ini yang pertama bagi Ama, tolong tandai kalimat rancu dan typo yaa


Happy Reading for You All !!!

 📷📷📷


"Selamat pagi Tante!!" Sapa seorang gadis berseragam putih abu abu. Dia Zava Ayyara Leonanda. Saat ini gadis itu sedang berada di depan rumah sahabatnya. Tidak, lebih tepatnya musuhnya.

"Pagi, Zava. Udah siap aja nih. Tuh, Tio nya lagi di dalem. Masuk aja." Ujar seorang wanita paruh baya yang sedang menyirami bunga. Setelah mengantongi izin, Zava segera berlari masuk ke dalam rumah.

"Selamat pagi musuh! Artio Alvan Samudra?" Zava menyusuri rumah minimalis itu. Pelan langkah Zava menjejaki lantai rumah itu.

"Baa!!!" Tiba tiba saja dari belakang Zava, seorang lelaki yang dicari muncul. Bukannya terkejut Zava malah menatap sinis lelaki itu. "Nyeeh!! Ava tau Tio ngumpet. Gagal kali ini." Zava tertawa. Mendengar tawa Zava, Lelaki bernama Artio Alvan Samudra itu malah pergi meninggalkan perempuan itu.

"HEH GAK SOPAN BANGET JADI LAKI LAKI!!!"

📷📷📷

"Ti, Ava nanti ada ekskul, jadi kalau mau pulang, duluan aja." Ucap Zava ketika berada di depan kelasnya. "Sampe sore?" Tanya Tio. Zava mengangkat bahu nya. "Yaudah deh. Dah masuk sana." Ujar Tio.

Dan seperti tradisi bagi Ibu Ima, maka setelah ini mereka mendapat tugas kelompok. "Kerjakan sampai waktu jam istirahat. Ibu mau ada rapat. Ibu harap kalian bisa jaga ketertiban kelas." Ibu guru itu pun melangkah keluar.

Saat ini, Ava sedang memerhatikan guru seninya yang ada di depan itu. Seni kali ini berbicara tentang seni drama dan tugas kelompok yang akan dilakukan. Zava menyukai Pelajaran seni, terutama seni tari. Jangan ditanya lagi seberapa excited nya Zava saat ini.

"Baik anak anak, kelompok yang sudah ibu bagikan silahkan mendiskudikan tentang drama yang akan dipentaskan bulan depan." Dan setelah itu, Ibu Ima keluar dari kelas Bahasa-3

Kalau kalian pikir kelas bahasa adalah kelas yang paling sunyi, maka kalian salah. Justru ini saat nya anak anak bahasa mengeluarkan roh sastra nya. Seperti yang dilakukan Kiera, teman baik Zava. Ia sudah sibuk membacakan puisi nya di depan kelas.

"Weh, Weh, denger nih. Mungkin kelak asmaraloka kita akan hilang terendam pilu." Semua sontak tertawa mendengar kalimat Kiera itu. "Ra, udah bagus. Tapi jangan galau mulu lah." Ujar Bagas. "Iya, ntar ketahuan abis di tolak lho. Ya gak Van." Bukannya diam, sosok Zava malah nyahut memanasi suasana. Semua sontak kembali tertawa.

Keheningan mungkin takkan tercipta di kelas Bahasa-3. Tapi biar ribut gimana pun, anak anaknya gak se bandel itu. Aman lah.

Sudah ada kelompok yang selesai membahas drama mereka. Termasuk kelompok Zava yang akan membahas tentang cerita buatan mereka sendiri.

"Hai, Va. Kantin yuk." Ajak Vano. Vanola Revan Keyandra, salah satu pengagum seorang Zava. Ingat! Salah satu.

Banyak pengagum Zava. Namun, Zava sama sekali tak berminat melirik mereka. Zava hanya ingin berteman dengan semua. B-E-R-T-E-M-A-N-!

Zava melihat ke arah Vano. "Hah? Gak, Ava gak mau antri." Tolak Zava. Ini bukan alasan, tapi kenyataan. Zava malas banget ngantri. "Lo gak perlu berdiri, Va. Ayolah temenin gue aja." Vano kalau mode cogil sedang on maka semua cara akan ia lakukan untuk Zava. Ya UNTUK ZAVA.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zatio : Fotografer & PolaroidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang