Ajaran Mbah Arya

4.7K 143 11
                                    


WAJIB VOTE, FOLLOW SAMA KOMEN ‼️
___________________

Danang adalah seorang pria yang sehari-harinya bekerja sebagai kuli kasar. Dia mengangkut barang, membantu membangun bangunan, bertani, berkebut dan melakukan hal-hal lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dia sekarang hidup sebatang kara karena orang tuanya sudah meninggal. Namun meskipun begitu, Danang memiliki wajah yang tampan dan bersih. Selain itu, dia juga memiliki tubuh yang gagah dan berotot karena tubuhnya terbentuk secara alami akibat pekerjaan yang dilakukannya.

Hal lainnya tentang Danang adalah, dia sekarang sedang menjalin hubungan dengan Ratih, wanita cantik di desa ini yang memiliki sifat ramah dan ceria. Ratih adalah anak dari Pak Kades. Sehingga Danang, ingin mendapatkan restu dari calon mertua nya itu karena dia ingin menikahi Ratih. Namun sepertinya itu tidak akan mudah karena Pak Kades benar-benar tidak menyukai Danang karena menurutnya Danang yang miskin tidak cocok bersanding dengan putrinya.

"Duh, haus banget," ucap Danang yang sekarang sedang mencangkul di sawah. Terik matahari benar-benar terasa ke tubuhnya, namun Danang masih meneruskan pekerjaannya.

Sekitar beberapa menit berlalu, akhirnya seorang wanita cantik datang dengan membawa bekal makanan yang dibuatnya. Dia adalah Ratih.

"Kang Danang, ayo istirahat dulu, ini Ratih bawa makanan," ucap Ratih sedikit kuat hingga membuat Danang menoleh pada pacarnya itu.

"Iya, Neng," balas Danang kemudian dia keluar dari area sawah.

Danang menyimpan cangkulnya kemudian dia berjalan ke sumber air lalu mulai membersihkan lumpur yang ada di tubuhnya. Setelah itu, Danang berjalan ke saung dimana tempat Ratih berada.

"Sini Kang Danang istirahat dulu, Ratih bawah makanan," ucap Ratih dengan senang hingga membuat Danang ikut duduk di saung ini.

Danang sebenarnya merasa tidak enak dengan pacarnya ini. Ratih selalu saja memberikannya makanan saat Danang bekerja. Padahal, Danang sendiri bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Namun Ratih malah selalu perhatian seperti ini padanya. Danang benar-benar merasa tidak enak dengan pacarnya ini.

"Gak papa Neng kamu kesini? Akang gak enak kalo kamu terus terusan kayak gini sama Akang," ucap Danang pada Ratih yang sedang menyiapkan makanannya itu.

Wanita itu menggeleng pelan, "Neng itu sayang banget sama Akang, jadi gak papa dong kalo Neng kayak gini sama Akang, lagian kan Neng pacarnya Akang, jadi wajar dong bawain makanan kayak gini juga," ucap Ratih kemudian dia memberikan makanan yang telah disiapkannya pada Danang.

"Tapi kan Akang gak pernah ngasih apapun sama Neng, maafin Akang ya—" ucapan Danang tertahan saat Ratih mengisyaratkan Danang untuk berhenti berbicara.

"Udah Kang, Neng gak mau bahas ini. Mendingan kita makan aja, Akang pasti laparkan," ucap Ratih yang sedikit memaksa hingga akhirnya Danang mengangguk.

Setelah itu, Danang dan Ratih makan bersama dengan khidmat di saung ini. Angin sepoi sepoi mengenai tubuh mereka dan itu membuat mereka semakin nyaman berada di sini. Ratih dan Danang makan bersama sambil sesekali mereka bercanda. Meskipun mereka memiliki ketimpangan ekonomi yang sangat ketara namun Danang dan Ratih adalah pasangan yang baik. Mereka saling mengerti satu sama lain.

"Umm... tapi kenapa Neng bisa kesini? Bukannya Pak Kades larang kita buat ketemu ya?" tanya Danang pada Ratih. Dia masih memakan makanannya.

Ratih mengangguk, dia mengambilkan air untuk pacarnya itu, "Iya, makanya Neng kabur aja kesini sendirian biar Bapak gak tau. Cuman ya Neng gak bisa lama-lama disininya Kang," ucap Ratih lalu dia juga kembali meneruskan memakan makanannya.

Mendapatkan Restu MertuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang