Messy Me

844 80 25
                                    

Hidup harus terus berjalan, walau masaku sedang sulit, aku harus tetap melanjutkan hidupku. Perpisahan dengan orang yang kusukai akan menjadi kisah yang aku ceritakan lagi pada mereka yang ingin mendengarnya. Tahun berganti tahun, gadis cantik berseragam sekolah ini telah berdiri di kakinya sendiri, terus tumbuh hingga menjadi wanita dewasa yang hidup berkecukupan, hidup tanpa kekhawatiran karena telah meraih impiannya dan menjalaninya.

Hidup tanpa kekhawatiran?, mauku begitu. Namun, nyatanya aku mengawali hariku selalu saja mengkhawatirkan sesuatu. Mengapa pagi hari tak setenang malam?, memiliki pagi yang tenang adalah hal yang sangat ku inginkan setiap harinya. Pagi adalah waktu yang sangat sensitif dan mempengaruhi perasaan di hari tersebut, namun pekerjaanku memaksaku harus selalu menjaga perasaanku untuk tetap baik.

"Halo Ma"

"Nduk, mama dan papa akan ke Jakarta hari ini, mama papa tunggu kamu untuk lunch"

"Hari ini?"

"Ya, kamu kerja bukan?"

"Aku sudah ada janji lunch bareng Alden ma"

"Bagus, mama juga ingin bertemu alden"

Sudah terbayang olehku bagaimana berisiknya mama jika bertemu alden. Alden adalah satu-satunya teman SMA yang masih berteman denganku, alden juga lah yang menjadi sosok lelaki incaran mama untuk jadi menantunya. Tapi sayang, harapan mama itu tentu tak akan pernah terwujud, alden hanyalah teman baik yang selalu ada di sampingku.

Tubuhku rasanya masih ingin berbaring di kasur ini, aku meratapi diriku yang tak bisa bermalasan bangun tidur lebih siang. Pekerjaan sudah menantiku, pesan masuk dari asisten  mengingatkanku bahwa aku memiliki pasien yang sudah menunggu.

Bersiap tak butuh lama, aku juga tak perlu memakai makeup tebal untuk mempercantik diri, aku sadar tanpa melakukannya aku juga sudah cantik dan menarik. Hmm aku tidak sombong atau kesannya terlalu percaya diri, karena aku secantik itu.

Aku memandangi diriku di depan cermin, berdecak kagum dengan diriku sendiri. Melengkapi penampilanku dengan memakai jas putih berlengan panjang, aku sudah siap berkeliling menemui pasienku di kamarnya masing-masing.

"Saya akan ke pasien pertama" Ujarku berbicara pada asisten atau perawat yang akan mendampingiku menemui pasien. Aku paham arah yang akan aku tuju, aku sudah tinggal di hotel ini sejak tinggal di jakarta. Salah satu kamar mewah di hotel ini sudah seperti rumahku. Aku tak butuh kendaraan untuk pergi bekerja, aku tak perlu menyapa matahari dan ikut merasakan kemacetan. Ah Tidak juga, sesekali aku perlu keluar hotel.

"Halo selamat pagi, saya dokter lycia" Ucapku mengenalkan diri setelah berdiri di samping ranjang pasien.

Aku seorang dokter. Ya, aku berhasil menggapai cita-citaku dengan baik. Aku baru satu tahun berada di dunia kerja ini. Aku tak perlu berusaha lebih untuk mencari pekerjaan, karena aku juga bekerja di bisnis keluarga. Apakah ini juga termasuk berdiri di kaki sendiri?, aku hanya memiliki previlege, bukan berarti aku tak meraihnya tanpa usaha.

Sebagai anak tunggal, aku hanya akan mewarisi apa yang orang tuaku miliki. Namun hidupku akan terlalu bosan. Aku memilih menjadi dokter dan bekerja di perusahaan keluarga. Orang-orang bisa menyebutku dokter perusahaan/perhotelan. Aku bekerja melayani mereka yang menjadi bagian perusahaan ataupun sebagai Tamu.

Aku memiliki tim tenaga kesehatan yang tersebar di beberapa gedung kantor atau hotel yang tergabung dalam Smith Group. Tentu saja aku adalah leader team nya. Pekerjaanku tidak rumit dan tidak pula santai, aku sangat menikmati pekerjaan ini.

Aku bergegas ke restaurant hotel untuk menemui orang tuaku. Alden sudah disana lebih dulu menemani mereka. Orang tuaku masih tinggal di bali, sesekali mereka ke jakarta untuk monitoring bisnis mereka dan mengangguku. Mereka tak membiarkanku tenang menjadi single di umur yang mereka yakini sudah cukup matang untuk menikah.

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang