senja yang sepi

0 0 0
                                    

Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang pemuda bernama Arya. Setiap sore, ia duduk di tepi danau, menyaksikan matahari terbenam. Bagi Arya, senja adalah saat yang paling indah dan sekaligus paling menyakitkan.

Setahun yang lalu, Arya kehilangan cinta sejatinya, Lila, dalam sebuah kecelakaan. Senja saat itu adalah saat terakhir mereka bersama. Mereka berjanji untuk bertemu di tempat itu, tetapi Lila tidak pernah kembali. Sejak saat itu, senja menjadi saksi bisu dari kesedihannya.

Setiap hari, Arya mengunjungi tempat itu, menunggu Lila seolah dia akan muncul kembali. Ia membawa bunga favorit Lila, mawar putih, dan meletakkannya di permukaan danau. Setiap petang, saat matahari tenggelam, Arya berbicara pada Lila. Ia menceritakan harapannya, rasa rindunya, dan bagaimana dunia terasa hampa tanpanya.

Hari-hari berlalu, dan rasa kesedihan Arya semakin dalam. Senja menjadi lebih sepi, dan suara alam seolah turut berduka. Tak ada yang dapat menghiburnya; bahkan teman-temannya merasa putus asa melihatnya terpuruk.

Suatu malam, saat langit dipenuhi bintang, Arya berdoa dengan tulus. “Lila, jika kamu mendengarku, berikanlah tanda bahwa kau baik-baik saja.” Tiba-tiba, angin berbisik, seakan menjawab doanya. Arya merasa kehadiran Lila di sekelilingnya, meski dia tahu itu hanya ilusi.

Dalam kepedihan, Arya mulai menggambar kenangan mereka di atas kanvas. Setiap goresan adalah ungkapan rasa yang tak terkatakan. Selama tujuh hari, dia mencurahkan semua perasaannya, hingga kanvas itu penuh dengan warna senja: oranye, merah, dan ungu.

Hari ketujuh, saat ia menyelesaikan lukisan terakhir, Arya merasa hampa. Dia melihat lukisan itu, dan air matanya jatuh. Dalam lukisan itu, ia menggambarkan mereka berdua, tersenyum di tepi danau, dikelilingi bunga mawar putih. Senja itu, untuk pertama kalinya, tidak terasa sepi.

Arya menyadari bahwa meski Lila telah pergi, kenangan mereka akan selamanya hidup dalam hatinya. Senja tak lagi menjadi waktu yang menyakitkan, melainkan saat untuk mengenang cinta yang takkan pernah pudar.

Dengan tekad baru, Arya meninggalkan danau. Dia tahu, meski sakitnya masih ada, dia harus melanjutkan hidup. Senja yang sepi kini mengajarinya untuk merelakan, dan ia akan terus menghargai setiap momen yang telah berlalu, karena cinta tidak pernah benar-benar hilang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Air mata di balik senja Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang