Bab 1

234 15 4
                                    

Vol 1 - Alam Dewa Fana

[Kain hitam membungkus mata]


Agustus yang terik.

Drrr-!

Suara jangkrik yang menusuk bercampur dengan suara klakson yang berulang, menggema di jalanan yang dipenuhi orang, sinar matahari yang terik memanggang permukaan aspal cokelat keabu-abuan, dan panas yang melonjak membuat seolah seluruh jalanan terdistorsi.

Di bawah naungan beberapa pohon dipinggir jalan, beberapa pemuda berkumpul, merokok sambil menunggu lampu lalu lintas.

Tiba-tiba, seorang pemuda yang sedang mengisap rokok tampak menemukan sesuatu dan menghela nafas kecil, matanya tertuju pada sudut jalan tertentu.

“Ah Nuo, apa yang kamu lihat?” tanya temannya.

Pemuda bernama Ah Nuo itu menatap kosong ke pinggir jalan, setelah beberapa lama baru membuka suara, “Menurutmu... Bagaimana orang buta menyeberang jalan?”

Temannya terdiam sejenak, lalu perlahan menjawab, “Biasanya, orang buta pergi dengan pengawasan orang lain, atau dibantu anjing pemandu. Kalau di kota modern, biasanya ada lampu lalu lintas yang mengumumkan suara, kalau tidak, mungkin mereka bisa mengandalkan suara dan tongkat pemandu untuk sedikit demi sedikit melangkah?”

Ah Nuo menggelengkan kepalanya, “Tapi bagaimana jika tidak ada yang mengawasi, tidak ada anjing pemandu, tidak ada pengumuman suara, bahkan tongkat pemandu saja dipakai untuk mengambil minyak kacang?”

“... Kamu pikir kamu sangat lucu?”

Temannya memutar matanya, kemudian mengikuti arah pandang Ah Nuo dan tiba-tiba terdiam.

Di seberang jalan, seorang remaja berpakaian kaos hitam berdiri, dengan kedua matanya terbungkus beberapa lapis kain hitam yang sepenuhnya menghalangi cahaya.

Tangan kirinya menggenggam tas belanja murah yang penuh sayuran, sementara tangan kanannya memegang tongkat pemandu yang disandarkan di bahu, seolah-olah dia sedang memikul sebuah beban. Di ujung tongkat pemandu, sebuah ember besar berisi minyak kacang yang kuning berkilau di bawah sinar matahari!

Dengan kain hitam menutupi mata, tongkat pemandu di bahu, sayuran di tangan kiri, dan minyak di tangan kanan...

Pemandangan yang luar biasa ini segera menarik perhatian banyak orang di sekitarnya.

“Hei, lihat, orang itu aneh sekali.”

“Dengan begitu banyak kain di matanya, bisakah dia melihat jalan?”

“Tidak lihat apa yang dia pegang? Itu tongkat pemandu, dia memang buta, oke?”

“Di zaman sekarang, hampir semua penyandang tunanetra memakai kacamata hitam. Siapa yang masih mau membungkus matanya dengan kain di tengah panas begini? Apakah mereka tidak takut kepanasan?”

“Betul, dan pernahkah kamu lihat orang buta yang tidak pakai tongkat pemandu untuk berjalan, dan malah dipakai untuk membawa barang?"

“Anak muda zaman sekarang benar-benar kreatif.”

“......”

[TL] Deicide Learning In A Psychiatric HospitalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang