Aku mengambil jaket dari almariku. Terlihat sedikit kotor, akibat lamanya tidak ku gunakan. Bukan karena aku tidak menyukai jaketnya, tapi kenangannya. Namun, hari ini, 21 Desember, aku memutuskan tuk mengenakan itu. Untuk seseorang, spesial.
Sebelum aku pergi, aku memastikan Mansionku bersih. Kakakku, Dekara, akan tiba pada pukul 9 malam nanti. Ia selalu menghabiskan waktunya bersama sang kekasih. Aku juga tidak lupa memasak beberapa makanan, Dekara selalu lupa untuk makan malam di luar.
Fyuhh, Aku selesai dengan segala urusan dan bersegera pergi. Pertemuan kita akan terasa mendebarkan, karena dialah yang menemaniku tiap harinya, dulu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oh God, he text me. Apa yang harus kulakukan? Bodoh, jawablah dan jangan anggap ini sebuah hal yang spesial.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku mengendarai mobilku menuju Dream Cafe. Jalanan kala itu sangat ramai. Tidak ada yang menemaniku di perjalananku, hanya lagu yang terputar dari radio. 2112 dari Reality Club. Lagu kesukaan kami.
Aku pun sampai tujuan, sekarang tepat pada malam minggu. Banyak pasangan yang menghabiskan waktu disini. Just doing nothing. Dia disana! Seseorang yang ingin ku temui sekarang. Dia melambaikan tangannya padaku. Lalu, aku pergi menyusulnya di tempat yang sudah ia pesan. Young and Rich, dia memilih tempat VIP. Aku terduduk di depannya. Aroma itu, yang selalu ku rindukan. Wangi maskulin khas Jaden. Tolong beri tahu aku untuk tidak memeluknya erat. Dia pun memulai percakapan kita dengan menanyakan kabarku, bagaimana keseharianku, dan lainnya. Dia sangat cerdas dalam membangun percakapan. Salah satu alasan mengapa aku mencintainya.
Suapan kecil dari kue red velvet menuju mulutku sembari mendengarkan Jaden. Aku tidak menyangka, ia berubah lebih cerewet sekarang. Aku meresponnya, tentu. Mungkin dengan kekehan atau beberapa jawaban yang sama antusiasnya. Sudah satu tahun, di tempat yang sama. Kita memutuskan untuk berpisah. Aku tetap memiliki rasa yang dalam padanya. Jangan bertanya, siapa yang memutuskan ini. Jaden. Hingga saat ini pun, aku belum tahu pasti apa alasannya. Aku menatap wajahnya, I saw sparks, sumber kebahagianku dulu.
“Hey, Is there something wrong on my face?” tanya Jaden, aku terkekeh menanggapinya.
“No, you look so gorgeous tonight. Sudah berapa aku tidak menjumpaimu.”