Bab 8. Pahlawan Sebenarnya

28 2 0
                                    

Penolong bisa datang dari siapa saja, bahkan dari orang yang tidak pernah kita kenal sebelumnya.

***

"Kau tidak apa?" tanya Kiara dengan panik karena tubuh Damian terkena siraman kopi panas yang seharusnya terkena padanya. Marni yang melihat itu tengah membelalakkan mata bahkan gelas yang dipegangnya sampai terjatuh begitu saja. Rasanya tak percaya melihat Damian yang rela menyelamatkan Kiara.

"Aku tidak apa," ucap Damian tetapi sebenarnya sedikit merasa panas di punggungnya. Apalagi dia hanya memakai kemeja sehingga kopi yang masih panas itu menyentuh kulitnya.

Damian berbalik membiarkan Kiara di belakangnya, tatapan matanya menajam kalau saja yang di depannya ini bukan wanita sudah pasti ia pukul sekarang juga, sayangnya ia masih menghormati orang tua.

"Kau sungguh keterlaluan, kau sangat kejam!" ucap Damian dengan sedikit bentakan.

"Tidak usah ikut campur! jangan sok jadi pahlawan!"

"Aku tidak akan membiarkan kau menyakitinya lagi, Kiara akan aku bawa pergi!" Damian sudah menggenggam tangan Kiara, gadis itu menggeleng bahkan berusaha menarik tangannya, namun Damian malah semakin mengeratkannya.

"Damian, lepas!" Damian menatap sejenak gadis di belakangnya itu.

"Sepertinya, selama ini kau terjebak di sini, kau sudah tinggal di tempat yang salah, aku akan menyelamatkanmu."

"Tidak! Tolong lepaskan tanganku!" Kiara tidak mau ikut.

"Apa yang akan terjadi jika aku tetap membiarkanmu di sini? Kau mungkin akan mengalami penyiksaan yang lebih parah lagi, ayo ikut aku!"

Karena tenaga Damian sangat kuat, sehingga Kiara tidak bisa memberontak, dengan cepat Damian membawanya keluar.

"Jangan bawa dia!" Marni tidak terima, ia mengejar tetapi Damian tetap melindungi Kiara sampai Marni tidak bisa menyentuhnya.

"Lepaskan, Damian! Kau mau bawa dia kemana, ha?"

"Aku akan membawa dia ke tempat yang lebih aman."

"Memangnya kau siapanya? Berani sekali membawa Kiara pergi dari sini." Marni melotot.

"Aku calon suaminya, aku berhak membawa dia pergi!"

Damian membuka mobil, sedikit mendorong Kiara sampai gadis itu masuk ke dalam mobilnya.

"Tidak ada yang boleh menyakitinya, jika kau berani melakukannya lagi, kau berhadapan denganku!"

Setelah itu ia menyusul untuk masuk ke mobil, Marni sampai tidak bisa berkata-kata hanya bisa melihat kepergian Damian yang kini membawa Kiara. Ia menghela nafas dengan kasar, kedua tangan mengepal dengan kuat.

"Brengsek! Beraninya kau membawanya pergi." Marni mengambil ponsel dari sakunya, lalu menghubungi satu nomor yang tertera di sana.

Sementara itu, Kiara terus meminta untuk di turunkan, bahkan terus memukul tangan Damian agar menghentikan laju mobilnya.
Karena takut akan membahayakan ia dan Kiara, segera Damian menepi untuk berhenti.

"Buka pintunya!" Pinta Kiara.

"Apa kau senang di perlakukan seperti itu? Kalau saja aku tidak menghalangimu tadi, mungkin wajahmu sudah tersiram kopi panas itu," ucap Damian dengan geram. Tidak bisa ia bayangkan bagaimana jika tadi sampai mengenai wajahnya.

"Aku berterimakasih karena kau sudah menolongku, namun, dengan cara kau membawa aku pergi malah akan membuat Bibi semakin membenciku, jadi aku mohon! Kembalikan aku, biarkan aku selesaikan sendiri!"

Asmara dalam Dendam (Diterbitkan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang