BAB : 1 KEPERGIAN SANG TERKASIH

122 18 0
                                    

Welcome The New Part
*
*
*
*
Selamat Membaca
🤗🤗

"EYANG TIIII!!!!!" Angga dan Sylva berteriak sambil terus berlari memasuki rumah Eyang nya.

Sedangkan Aksa berjalan di belakang nya sambil menggendong kedua putri kembarnya, diikuti Vania sambil menuntun Lysia yang sudah bisa berjalan sendiri.

Pagi itu, rumah keluarga Sanjaya ramai di penuhi orang-orang penting dan kolega-kolega bisnis Pak Arga, juga teman-teman baik Bu Harti beserta keluarga besar Sanjaya dan Aditama.

☆☆☆

Pagi itu, 17 November 1996 Seorang Istri, Ibu, Mertua, Eyang, Ipar, Saudara, Teman, Sahabat yang mereka sayangi pergi meninggalkan mereka untuk selamanya. Ya, Ibu Rani Hartiena Buana Sanjaya meninggal dunia tepat pukul 07.25 pagi hari dengan vonis serangan jantung.

Kabar itu pertama kali sampai pada Tietha dan Ia langsung mengabari seluruh keluarga yang ada.

Kring... Kring... Kring... telepon Vania berdering.

"Anggaa!! Telepon Mami berdering tolong angkatkan Nak, Mami masih di kamar mandi" panggil Vania pada Putranya.

Angga yang mendengar langsung menghampiri telepon sang Ibu yang berada di atas nakas, dan tertera nama Pemanggil 'Mbak Tietha'. "Hallo Tante" ucap Angga pada Tante nya itu.

"Ha-hallo Nak, Mami kamu mana?" Tanya Tietha pada keponakan nya dengan kondisi menangis sesegukan.

"Mami masih di kamar mandi Tante, ada apa? Tante menangis?" Angga kembali bertanya seolah memahami kondisi yang dialami Tante nya itu.

"N-nak, To-tolong bilang sama Mami yaa... Hufftt....." ucapan Tietha terputus seakan tak mampu untuk mengatakan kabar yang teramat pilu itu.

"Bilang apa Tante??... Hallo..., Tante..." panggil Angga di telepon karena suara Tantenya tidak terdengar.

"Kenapa Nak?" Tanya Vania yang kebetulan sudah selesai dengan ritual kamar mandi nya.

"Gatau Mi, tadi Tante Tietha suruh ngasih tau Mami tapi gatau di suruh ngasih tau apa" jelas Angga yang juga tampak bingung.

Vania pun mengambil telepon genggam itu dari sang putra dan mencoba menanyakan nya pada Kakak nya itu. "Hallo Mbak, ini Vania. Ada apa Mbak?" Vania bertanya.

"Van... Ibuu Vann, Ibu pergi ninggalin kita..." ucap Tietha dengan penuh kesesakan.

"M-mbak, Mbak ga bohong kan Mbak? Mbak ga lagi bercanda kan?" Tanya Vania yang masih tak percaya.

"Kerumah Sanjaya Sekarang Van, siang nanti Ibu di berangkatkan ke Solo dan di makamkan disana" jelas Tietha dan langsung memutuskan sambungan telepon.

Vania seketika terduduk lemas dilantai putih kamarnya itu sambil menangis terisak-isak dengan kondisi masih memakai handuk kimono nya.

"Mam, Mami kenapa? Tante Tietha kasih tahu apa?" Tanya Angga yang heran melihat Maminya menangis terisak setelah menerima telepon dari Tantenya.

"Nak, panggil Papi di bawah Nak" Vania menyuruh Angga dengan nafas yang sesak dan sudah tersengal-sengal.

Angga segera berlari memanggil Papinya yang sedang berada di dapur bersama Sylva dan Lysia. "Papi, Papi." Panggil Angga sambil berlari menuruni tangga.

"Iya Nak? Ada apa sampai lari-lari begitu?" Tanya Aksa yang heran melihat Putranya berlari memanggil-manggil nya.

"Mami, Pi. Mami nangis di kamar, Angga di suruh manggil Papi" jelas Angga pada Papinya.

Aksa pun langsung melangkah cepat menuju kamarnya di susul dengan Angga, Sylva, dan Lysia.

Setelah sampai dikamar mereka, Aksa langsung menghampiri Istrinya dan menanyakan apa yang terjadi. "Sayang, kenapa? Ada apa tiba-tiba nangis seperti ini? Apa ada masalah? Kenapa Sayang, cerita sama Mas" tanya Aksa dengan panjang lebar.

Vania yang sedang bersandar pada ujung kasur mereka langsung menyandarkan kepalanya pada dada bidang sang suami yang tengah berjongkok di hadapannya sambil terus menangis.

"M-mas, Ib-Ibu Mass... Ibu udah ga adaa.... hiks hiks hiks" tangis Vania seketika pecah dalam rangkulan sang suami.

Putra Putri nya yang mendengar kabar itu pun ikut menangis, sedangkan Aksa berusaha tetap kuat agar Ia dapat menguatkan Istri dan anak-anaknya.

"Sabar yaa Sayang, ini semua sudah rencana yang Maha Kuasa sedangkan kita hanya bisa ikhlas melepas nya" Aksa berusaha menenangkan Istrinya.

"Sekarang Angga, Sylva, sama Lysia siap-siap ya. Kita ke rumah Eyang, sama siapin beberapa baju juga karena kita akan antar Eyang Ti ke Solo" perintah Aksa pada Putra dan kedua Putinya.

Setelah mendapat perintah, Putra dan kedua Putrinya langsung bersiap-siap ke kamar mereka masing masing. "Sayang, kamu juga siap-siap. Kamu siapin si kembar, nanti barang kamu biar Mas yang siapin." Aksa menyuruh Istrinya juga untuk bersiap-siap.

Setelah 30 menitan, Aksa mulai mengendarai mobil menuju rumah besar Sanjaya.

☆☆☆

Angga, Sylva, dan Lysia langsung menangis di hadapan jenazah Eyang Ti mereka sedangkan, Vania saling memeluk kedua saudarinya yaitu Mitha dan Tietha.

Jangan ditanya, betapa terpukul nya Pak Arga atas kepergian Istri tercintanya pagi itu yang secara dadakan. Namun, Ia berusaha tetap terlihat tegar di hadapan keluarga dan juga Putra Putri nya.

Setelah rangkaian acara di Rumah Sanjaya selesai, Jenazah Ibu Harti akhirnya di berangkatkan ke Solo pada pukul 10.30 pagi dengan menggunakan mobil Ambulance, yang diiringi mobil seluruh keluarga besar di depan dan belakang nya, juga mobil-mobil orang penting tentunya.

Setelah menempuh perjalanan Yang cukup panjang, mereka pun sampai di daerah Karanganyar. Dan langsung melaksanakan upacara pemakaman dengan sangat khidmat dan penuh isak tangis kesedihan.

Kini seluruh keluarga sedang mengistirahatkan diri di kamar mereka masing-masing di rumah yang tak jauh dari lingkungan pemakaman.

Begitu pula dengan Aksa dan keluarganya, Vania duduk sambil melayangkan pandangan nya ke arah luar jendela dengan box bayi Sasa dan Jessi disisinya yang tengah tertidur.

Sama hal nya dengan Sylva dan Lysia yang tertidur di atas kasur big size karena kelelahan. Sedangkan Aksa sendiri duduk bersandar di atas ranjang dan juga sedang melamun. Putra mereka Angga terduduk di sofa sudut kamar itu.

"Kepergian Ibu, meninggalkan banyak duka bagi Republik ini" Ucap Aksa di tengah-tengah lamunan nya.

"Kenapa harus Ibu, Mas?" Vania menyahut ucapan Suaminya itu. "Baru kemarin kami bersama Ibu mengunjungi Taman Bunga Nusantara, tapi hari ini Ibu sudah tidak bersama kami" sambungnya lagi.

"Pi, Kenapa Eyang Ti ninggalin Angga?" Tanyanya masih dengan tatapan kosong, "apa Eyang Ti udah ga sayang sama Angga?" Kini sudah dengan mata berkaca-kaca.

"Semua itu sudah rencana Allah Nak, kita sebagai manusia hanya bisa Ikhlas dan menerima supaya Eyang Ti tenang di sana yaa" ucap Aksa pada Putranya dan hanya di angguki oleh Angga.

Jangan Lupa Tinggalkan Vote
🤗🙈🤗

See You Next Part
🛵🛵

Sylvania (JIKA TIDAK DENGAN MU, MAKA TIDAK DENGAN YG LAIN) S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang