BAB : 3 PETAKA TOKO BUNGA

71 11 0
                                    

Welcome The New Part
*
*
*
*
Selamat Membaca
🤗🤗

Hari-Hari terus berlalu, tanpa terasa Angga sudah menyelesaikan pendidikan SMA nya dan Ia berniat melanjutkan kuliahnya di Amsterdam.

Hari itu, sekitar akhir bulan juli 2002. Setelah sekiranya semua barang-barang yang Ia perlukan sudah siap, mereka pun berangkat menuju bandara sekitar pukul sembilan pagi dengan diantar oleh Papi, Mami, dan adik-adiknya.

Sebelum Angga memasuki cabin pesawat untuk take off, Ia sempat berpamitan pada keluarganya. "Hati-hati ya Nak disana, kalau ada apa-apa kabarin Mami. Kami disini selalu mendoakan yang terbaik untuk mu" begitulah kira-kira pesan dari Vania untuk Putra satu-satunya itu.

Disusul oleh Sylva dan Lysia yang juga berpamitan pada Kakak tertua mereka itu "Mas Angga jangan lama-lama ya disana, sepi tau kalo gaada Mas dirumah. Kita pasti bakalan kangen Mas terus" pesan Sylva pada Kakak laki-laki nya itu dan diangguki oleh Lysia.

"Iyaa, Mas Angga jangan lama-lama disana nanti siapa dong yang jadi Komandan dan bakal jagain kita semua?." Sahut Jessi membenarkan ucapan Sylva. "Tapi nanti Mas Angga pulang harus bisa ngalahin Papi, jangan jadi komandan terus" tambah Sasa hingga menghadirkan gelak tawa di tengah-tengah momen sedih pagi itu.

Kini, Aksa yang terakhir mengucapkan pesanpada Putranya. Namun, hanya satu kalimat yang Ia ucapkan "Anak Papi Hebat" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Aksa sambi menepuk kedua bahu Putra satu-satunya itu. Setelah itu Angga mulai melangkahkan kaki menuju cabin pesawat, dan pesawat yang Ia tumpangi mulai mengudara.

Setelah sekiranya pesawat mulai take off, Aksa, Istri, dan anak-anaknya pun mulai meninggalkan bandara. Kebetulan sudah memasuki jam makan siang, mereka pun berniat singgah di salah satu restaurant untuk makan siang.

Mereka pun memutuskan untuk singgah di salah satu rumah makan khas Sumatra Barat yang tepat bersebrangan dengan toko bunga kesukaan Lysia. "Bunda, Lysia mau ke toko bunga depan sebentar ya" Lysia meminta ijin pada Bundanya saat baru saja turun dari mobil.

"Iyaa Sayang, hati-hati ya. Oh iya, mau Bunda pesanin duluan atau mau pesan sendiri aja?" Vania memberi ijin dan bertanya pada Putrinya.

"Lysia pesanin menu seperti biasa aja Bun" ucap nya dan langsung berlari menuju toko bunga di sebrang jalan raya tanpa menghiraukan kondisi kiri dan kanan jalan raya siang itu.

"LYSIAAAAAAA!!!!!" Teriak Vania panik kala melihat sebuah mobil sedan melaju dari arah kanan Lysia dengan kecepatan tinggi dan jarak yang sudah cukup dekat dengan Putrinya itu.

Namun na'as, belum sempat Lysia menoleh dalam hitungan detik mobil sedan itu sudah menghantam nya hingga terseret beberapa meter dari tempatnya berdiri. Seketika orang disekitar pun panik, amat terlebih Aksa dan Vania.

Bahkan Vania sudah tak bisa berkata apa-apa lagi, Ia terpaku berdiri membisu dengan air mata yang entah dari kapan sudah mengalir membasahi kedua pipinya. Perih rasa hatinya bagai tertusuk beribu belati tajam kala melihat sendiri kejadian Putrinya beberapa detik yang lalu.

Aksa berlari menghampiri Putrinya yang terkapar di tengah jalan besimpah darah dan langsung memasukan nya ke dalam mobil, dengan kecepatan tinggi Ia mengendarai mobil menuju rumah sakit terdekat.

Vania terus menangis sepanjang jalan sembari memangku putrinya di jok baris kedua yang penuh dengan darah, sedangkan Sylva berusaha menyembunyikan tangisnya agar tak membuat keadaan semakin buruk, dan Ia juga menenangkan kedua adik kembarnya karena Ia tau kondisi sang Ibunda saat itu.

Sesampainya di rumah sakit, Aksa sendiri yang mengangkat Putrinya menuju ruang UGD agar segera ditangani, sedangkan Vania sudah berjalan sempoyongan sembari di tuntun Sylva. "Nak, tolong beritahu Tante Tietha dan Tante Mitha, minta tolong mereka uruskan Jessi dan Sasa" pintanya pada Sylva.

Sylva menuruti perintah Maminya dan langsung menghubungi kedua Tantenya, sedangkan Vania masih duduk di kursi abu-abu depan pintu ruangan UGD sambil terus menangis dalam dekapan suaminya.

Selang beberapa menit, Tietha dan Mitha datang untuk menjemput keponakan nya. Jessi dan Sasa dibawa pulang duluan oleh Mitha sedangkan Tietha menghampiri adiknya yang berada di depan ruangan UGD.

☆☆☆

Angga yang sudah mendapat kabar mengenai kecelakaan salah satu adik perempuannya melalui Sylva yang dikirim dengan pesan teks langsung menelfon Sylva saat itu juga.

Drrrttt... drrttt... *telefon Sylva berdering

Sylva :
"Hallo Mas, Assalamualaikum"

Angga :
"Waalaikumsalam Dek, gimana kabar nya Lysia?"

Sylva :
"Belum ada kabar apa-apa Mas, dari tadi juga belum ada tanda-tanda Dokter keluar dari ruangan UGD. Kalo menurut yang Sylva liat kondisinya cukup parah, tapi doakan saja yang terbaik Mas"

Angga :
"Yasudah Dek, maaf Mas gabisa ada disana. Kamu tenangin Mami, jangan sampe Mami ikutan drop"

Sylva:
"Iyaa Mas, Mas juga gausah terlalu mikirin. Nanti kalo ada kabar terbaru pasti Sylva kabarin. Yaudah ya Mas, Assalamualaikum"

Angga :
"Iyaa Dek, Waalaikumsalam"

*sambungan terputus

"Mass, Lysia Mass. Anak kita Mas, Hikss hikss" masih terdengar tangisan pilu seorang Ibu di hadapan pintu ruangan UGD itu, Aksa hanya bisa menenangkan Istrinya yang sebenarnya Ia juga sangat terpukul atas kejadian itu.

Hingga beberapa menit berselang, Dokter muncul dari balik pintu UGD dengan raut wajah yang tak bisa di jelaskan. Dokter kemudian mengajak Aksa dan Vania untuk membahas kondisi Lysia di rungan nya, sedangkan Sylva dan Tietha masih setia menunggu di depan pintu UGD.

"Bapak, Ibu, Kondisi Ananda Lysia ini cukup memprihatinkan, Ia sekarang kami nyatakan koma dan masih dalam fase kritis, dan kami akan memindahkan nya ke ruangan ICU. Ananda Lysia juga mengalami patah pada tulang kaki bagian kanan dan akan kami ambil tindakan oprasi." Jelas Dokter pada Aksa dan Vania.

Airmata Vania sudah tak dapat terbendung lagi, Ia menangis sejadi-jadinya kala mendengar kondisi Putrinya yang cukup parah. "Andai bisa di tukar, biar aku saja yang menjalani nya Mas, jangan Putriku" katanya lada Aksa di sela-sela isak tangisnya itu.

"Sabar Sayang, ini semua sudah rencana yang Kuasa, kita hanya harus menerima dan menjalani. Kita jaga, kita rawat Lysia sama-sama yaa sampai dia sembuh. Kita doakan terus yang terbaik buat Lysia ya Sayang" Aksa menenangkan Istrinya.

Setelah itu, Lysia di proses untuk dipindahkan ke ruang ICU bersama dengan peralatan medis yang terpasang di tubuhnya. Aksa, Vania, Tietha, dan Sylva masih setia terus mengikuti brankar kemana Lysia akan ditempatkan.

Jangan Lupa Tinggalkan Vote
🤗🙈🤗

See You Next Part
🛵🛵

Sylvania (JIKA TIDAK DENGAN MU, MAKA TIDAK DENGAN YG LAIN) S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang