Prolog

37 12 9
                                    

HAPPY READING
.
.
.
Jangan lupa vote dan komen sebagai bentuk dukungan
Kalian pada penulis dan cerita ini.
Sorry for typo

***

Sebelum aku mulai aku mau nanya satu hal sama kalian?

Kalian ada yang sama kayak aku gak, punya tetangga yang kelakukannya usil banget, jail dan orangnya super duper tengil. Bikin emosi kita itu rasanya mau meledak, mendidih rasanya otak ini kalau ngehagepin tingkah mereka.

Yap, karena yang saat ini itulah yang aku rasakan. Punya tetangga yang kelakukannya super Ajaib.

Tapi kenalin dulu, nama aku Emira Azalea disini aku akan certain sama kalian gimana rasanya punya tetangga yang orangnya selalu pengen ikut nimbrung dalam hidup kalian.

Awal mulanya itu ketika aku masih kecil, umur empat tahun dimana aku menjadi gadis kecil yang sangat aktif dan ingin tahu banyak hal. Tapi tidak banyak orang yang dulu selalu hadir disemua proses dimana aku akan berkembang menjadi anak – anak, selalu ingin bermain setiap saat tidak kenal lelah sampai aku sendiri yang merasa bosan. Dan orang – orang tidak ada kesempatan disetiap waktu itu untukku, sampai kemudian aku punya tetangga baru.

Bocah laki – laki yang mengemut es krim cokelat di depan pintu rumahku, ku pikir dulu akulah satu – satunya mahluk kecil yang lucu. Sampai aku bertemu dengan dia Rhaksan Garendra.

dia bersama ibunya datang dan memberi bingkisan pada kami, baik sekali. Seakan tahu aku terus menatapnya menikmati es creamnya itu, dia dengan sendirinya menawarkan.

“Kamu mau?”

Aku sedikit ragu saat dia mengulurkan tangannya menawarkan es cream coklatnya padaku, tapi pada akirnya aku tetap mencicipinya juga. Karena penasaran sekali bagaiman rasanya, aku menjilat es cream bekasnya dan rasanya manis sekali. Aku suka sampai kami berdua bergantian menjilatnya.

“Eeehh Achan!! Kenapa kasih dia punya kamu.”
Ibunya yang melihat kami saling berbagi es cream sontak langsung menegur kami, aku berhenti menjilat es creamnya meskipun aku masih mau merasakannya. Tapi dengan segera ibunya memberikan aku es cream yang sama dengannya tapi dengan bungkusan yang masih baru.

“Ini, kamu juga mau es cream kan.”

“Ini.” begitu polosnya dia mengambil es cream dari tangan ibunya dan memberikannya padaku.

Karena dia sendiri yang memberikannya padaku makanya aku ambil, meskipun sedikit takut dan malu – malu.

“Nama aku Achan.” Ucapnya, dia lebih berani berinteraksi dan berkenalan dengan orang baru walaupun saat itu kami masih kecil.

aku tahu saat itu dia sedang megajakku berkenalan, dari tatapan matanya sudah aku tebak kalau dia ingin mengenalku dan mengajak aku berteman. Tapi apalah daya aku yang dulunya adalah gadis kecil yang begitu pemalu  sama orang lain.

“Namanya Emira.” Balas mama langsung setelah anak laki – laki bernama Achan itu mulai terlihat murung, mengira kalau aku menolak bekenalan dengannya.

“Ha- Halo.” Cicitku pelan padanya, sedikit lebih berani dari yang sebelumnya.

Tapi meskipun aku masih ragu – ragu menyapanya, dia dengan senangnya tersenyum padaku bahkan sampai meraih tanganku untuk bersalaman.

“Salam kenal ya Emira. Emira mau gak temenan sama Achan.”

Sejak awal pertemuan kami itu, aku mulai perlahan terbuka untuk berinteraksi dan bersosialisasi dengan anak – anak seumuran kami. Dia Rhaksan Gharendra atau pangillan kecilnya Achan, adalah orang pertama yang menjadi temanku, dia adalah tema pertamaku dan karena dia aku merasakan rasanya pertemanan untuk yang pertama kalinya.

Semuanya itu karena keberanian Achan dan usahanya untuk mengajak aku berteman dengannya, meskipun aku tidak ingin bermain dengannya tapi dia selalu datang kerumah dan mengajak aku bermain walaupun selalu berakhir dengan aku yang mengabaikannya.

Tapi tidak sampai disitu, Achan tetap pantang menyerah untuk berteman denganku. Setiap pagi dan setiap sore dia akan datang kerumah dengan membawa semua mainan mobil – mobilan dan robotnya untuk bermain.

“Emi, aku bawa mobil sama robot aku.”

“Kenapa kamu bawa sih, aku kan gak main robot.”

“Aku bawa robot biar bisa melindugi barbie, nanti kalau ada penjahat kan ada robot aku yang akan menyelatkan barbie.”

Karena sejak mengenal Achan aku perlahan mulai sedikit berani untuk beriteraksi dengan banyak orang dan anak – anak seumuran kami, dia berhasil mematahkan rasa takutku tentang dunia luar dan selalu menjadi pelindung untukku.

Karenanya aku jadi tidak takut bermain keluar dan berjumpa dengan orang – orang, aku yang dulunya pemalu kini tumbuh menjadi anak yang percaya diri. Semuanya berkat Achan yang selalu ada untukku.

Masa kecil itu kami lalui dengan keceriaan dan kegembiraan, berhenti menjadi anak rumahan setelah aku berteman dengan Achan karena setelah itu aku selalu ikut bersama Achan berpetualan disekitar rumah. Bermain bajak laut, mencari harta karun, Ayah Achan bahkan sampai membuatkan kami rumah pohon.

Kami juga bermain layangan, bermain sepeda, berlari – larian di halaman rumah juga pernah bermain kotor – kotoran di parit depan rumah untuk menangkap berudu (anak katak) meskipun berakhir kami berdua dicubit oleh mama.

Hari – hari kami lalui bersama dan selalu bersama, Achan tidak akan main jika tidak denganku dan aku pun tidak akan bermain jika bukan dengan Achan. Kami makan, mandi dan tidur siang semua kami lakukan bersama.

Dan kami berdua akan sedih jika salah satu di antara kami berdua sedang sakit dan tidak bermain, pernah sekali aku jatuh sakit. Aku deman sampai Achan begitu sedih, saking sedihnya dia sampai ikut – ikutan jatuh sakit sama sepertiku.

Dan selain jadi teman yang selalu ada untukku dalam suka maupun duka, Achan juga menjadi pelindung untukku. Sampai kita di sekolahkan di taman kanak – kanak, anak – anak yang lain jika membuatku menangis akan kena marah oleh Achan. Sampai semuanya tidak ada yang berani macam – macam padaku, jangan anak seusia kami anak yang usianya terlampau jauh pun Achan masih berani jika itu menyangkut diriku.

Itu setelah kami sekarang sudah berusia 18 tahun






Bagaimana menurut kalian, gimana prolognya?
Komen ya.






TBC…

My neighbor AchanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang