Ch. 2: Manis

36 1 0
                                    

4 tahun yang lalu, The Langham

"PINnya berapa, Suf???" aku berusaha mengajak bicara Yusuf yang setengah sadar, berakhir hanya dijawab dengan racauan.

Aku pun mencoba memasukkan tanggal ulang tahunnya, gagal. Ulang tahun ibunya, gagal. Mungkin ulang tahunku?... Tidak mungkin tapi tanganku tetap menekan tombol 140297.

Gagal.

Iyalah, apa yang aku harapkan? Stupid Sienna.

Tersisa satu ulang tahun lagi, meski tidak ingin, aku tetap memasukkannya. 251296.

Ting!

Pintu terbuka, namun ketimbang masuk ke dalam, aku lebih ingin kabur dan meninggalkan Yusuf sendirian.

Dengan kesal kupapah Yusuf memasuki apartemennya lalu membaringkannya di kasur sebelum melepas sepatu, dasi, hingga sabuknya agar ia tidur nyaman.

Tak lupa juga melepaskan bros bunga di saku depannya, si best-man yang mengantarkan mantan kekasih dan cinta pertamanya menikah hari ini.

Kasihan sekali.

"Bangun bentar, minum ini dulu biar ga hangover, Suf," aku menepuk-nepuk wajahnya yang tampan dan kemerahan saking banyaknya alkohol yang diteguknya malam ini.

Kita senasib, Yusuf, sama-sama patah hati, bedanya mungkin aku masih punya kesempatan ketimbang kamu yang diputuskan dan ditinggal nikah dalam kurun waktu 2 minggu.

Yusuf membuka matanya perlahan, lalu mengangkat tubuhnya untuk bersandar di headboard tempat tidur. "Kamu anter, Na?"

"Iya, yang lain mabok dan dijemput istrinya masing-masing. Kamu doang jomblo,"

Yusuf tertawa kecil, menertawakan nasibnya yang menyedihkan, mungkin. "Untung ada kamu yang jomblo juga Na, kalau gak aku bangunnya di pinggir jalan besok."

"Minum ini dulu," aku menyodorkan jahe hangat yang tadi kubuat untuknya. "Besok biar gak sakit kepala,"

Yusuf menurut dan menandaskan gelasnya. "Makasih ya, bisa apa aku tanpa kamu."

Aku tersenyum, senang dia mengapresiasi kehadiranku. Meskipun bukan jenis apresiasi yang kuinginkan, tapi pengemis tidak boleh memilih kan?

"Suf, kamu sadar gak?"

Yusuf bersandar sambil menutup matanya. "Huh?"

"Besok kamu ingat gak semua yang terjadi hari ini?"

"Ingatlah,"

Itu artinya dia tidak akan ingat. Kebiasaan Yusuf adalah kalau dia terlihat sedikit ngawang dalam mabuknya, artinya dia masih sadar, tapi kalau dia seperti orang sober, dia sudah mabuk total.

"Kalau aku minta kamu gak usah inget gimana?"

"Mana bisa gitu."

Aku menarik tubuh Yusuf dan mengalungkan tanganku di lehernya. "Tolong jangan ingat, ini cuma mimpi kok."

"Mimpi?" Yusuf menatap langsung ke mataku, membuat nyaliku menciut sedikit. "Mimpi Sienna? Kenapa?"

"Karena Sienna sayang sama kamu, makanya kamu mimpiin Sienna."

"Emang iya?"

"Iya." Aku memangkas jarak diantara kami, menyatukan bibirku dan Yusuf dalam sebuah pagutan yang panas yang pasti akan ditolaknya dalam beberapa saat.

Yusufku yang setia, yang hanya mencintai satu orang wanita sepanjang hidupnya, pasti akan mendorongku ketika menyadari aku bukan perempuan itu.

Tapi semenit, dua menit berlalu, kami masih berpagutan. Tangan Yusuf sudah mendekap erat pinggangku, menaikkan tubuhku ke atasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hari Ini Aku Akan Meninggalkanmu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang