01. Punya Adek Lagi

2K 154 18
                                    

"Nini"

Seruan panggilan dari atas tangga menarik perhatian dua gadis cantik yang sedang duduk di sofa ruang tengah. Mereka saling bertatapan, lalu mengangguk, bersiap untuk kabur.

"Jangan lari kalian!"

Teguran wanita dari atas tangga membuat rencana mereka untuk kabur gagal. Gerakan mereka selalu terbaca oleh sang ibu. Akhirnya, mereka duduk kembali di tempat masing-masing dan bersikap acuh tak acuh sambil memainkan ponsel.

"Nini, temani Mommy nongkrong di tempat Aunty Taeyeon, ya" tambah wanita yang merupakan ibu dari gadis bernama Jennie.

Jennie mendesah lelah. Ia menatap malas pada sang ibu yang berjalan seperti penguin menuju ke arahnya. Wanita hamil tersebut telah tampil rapi dengan dress abu-abu yang dipadukan dengan kardigan crop top hitam bermotif bunga. Meski hamil di usia yang tidak muda lagi, ibunya masih tampak sangat cantik. Orangtuanya mungkin tidak masalah memiliki bayi lagi, namun Jennie merasa malu. Di usianya yang ke-25, ia seharusnya menjadi si bungsu, bukan memiliki adik lagi.

"Apalagi sih si penguin itu" decak Jennie.

"Heh, jangan gitu sama Mommy sendiri" tegur gadis di samping Jennie yang tak sengaja mendengar keluhan sang adik.

"Unnie saja yang nganterin. Gue malas banget"

"Nini, ayo" desak wanita itu yang baru sampai di bawah.

"Apa sih, ganggu aja. Pergi sendiri saja, nggak usah manja" jawab Jennie kepada sang ibu. Jennie malu harus jalan berdua dengan ibunya.

"Kamu kok gitu sih, nak?" lirih ibunya sambil memasang wajah memelas. Ini membuat si sulung iba, namun tidak berlaku bagi Jennie. Ia paham benar bahwa sang ibu sedang berakting.

"Udah, Jen. Anterin saja, habis itu tinggalin saja dia di jalan" saran sang kakak. Jennie melongo, tak terkecuali sang ibu.

"Dapat anak kok laknat semua sih" gumam wanita itu dalam hati.

"Pesan taksi saja sana. Aku mau tidur atau nggak sama si Pikachu ini" dengus Jennie tetap tidak mau beranjak dari mansion.

Jennie kesal karena selalu ditempeli oleh ibunya. Mau kemana-mana selalu dia yang mengantar, seolah Jennie adalah supir pribadinya. Ia juga memperhatikan ibunya yang selama hamil selalu lengket padanya. Entah apa yang salah, Jennie tidak mengerti. Di satu sisi, ia membenci ibunya, bukan hanya karena hamil lagi, tetapi juga karena mengetahui bahwa ia adalah anak dari hubungan gelap ibunya dengan pria lain. Jennie sangat kecewa. Akibat hubungan gelap ibunya, ia dibenci oleh keluarga ayahnya.

"Mommy mau sama kamu bukan Jisoo" cicitnya.

"Udah anterin aja napa"

"Kok malah nyuru gue sih. Lo kan juga bisa"

"Ah bentar" kata Jisoo menginterupsi.

Mereka menurut buat menunggu dengan diam. Jisoo berdiri sedikit menyunggingkan pantatnya hingga bau busuk tercium memenuhi udara.

Broot

"Bangke lu" marah Jennie menendang bokong Jisoo hingga terjerembab ke karpet. Sang ibu melongo menyaksikan si sulung nyungsep tapi gak ada niat buat nolongin.

"Jahat banget sih lu nenek lampir. Bisa lecet ntar muka cantik gue"

"Lebih mulusan pantat gue daripada muka Lo" ledek Jennie.

"Udah-udah jangan bertengkar. Jennie ayo, Mommy udah telat"

"Telat kemana Mom, telat sekolah"

"Telat pengajian" jawab sang ibu sewot memukul kepalanya menggunakan bantal sofa. Anak-anak ini senang sekali membuatnya darah tinggi.

Trouble Maker Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang