ASEAN

12 2 1
                                    


*Asean as Author pov on


Ya, hari yang cerah. Sepertinya aku bangun terlalu pagi? Matahari belum menampakkan dirinya sejak tadi, atau karna hari ini mendung? Entahlah, yang terpenting hari ini tidak ada masalah.

Aku berjalan menuruni tangga dirumahku, berjalan menuju dapur sebelum ku sadari bahwa anak angkat pertama ku, Thailand sedang memasak sebuah makanan? Aku langsung berjalan ke arahnya dan menanyakan apa yang sedang ua lakukan.

"Thailand, kau sedang memasak sarapan?" tanyaku padanya.

"Tentu, hari ini menu sarapan nya adalah lemper. Seperti apa yang Indo bawa kemarin," jawabnya.

Aku sedikit terheran, kenapa Thailand mau memasak makanan yang baru saja mereka coba kemarin? Apa gara-gara makanan yang Indo bawa kemarin enak ya? Ya memang enak sih, sampai-sampai NATO yang jarang menyukai makanan seperti itu pun langsung suka.

Aku pun hnya meng'oh'kan saja, membiarkan anak sulung ku itu berkreasi dengan kesukaan. Sambil menunggu aku pun mndi dan segera bersiap, memakai baju kantor ku yang sudah diberikan oleh kantor sejak pertama kali bekerja.

Jam sudah menunjukkan pukul 06.27, sepertinya masih ada banyak waktu, jadi aku menunggu Thailand selesai memasak dan anak-anak yang lain turun dari kamar mereka.

Skip time~~

Sepertinya semua anak-anak ku sudah berkumpul. Ku hitung-hitung benar ada 10, apakah ada yang tertinggal? Entahlah, aku tak peduli. Kami pun makan sarapan yang dibuat oleh Thailand tadi. Sepertinya anak-anak yang lain menyukai makanan yang di masak oleh Thailand. Syukurilah.

Setelah selesai sarapan, jam sudah menunjuk ke arah 06.56. Apakah aku akan terlambat lagi? Oh tentu tidak, kan ada yang namanya teleportasi, jadi kemana saja bisa dalam waktu singkat.

Aku pun berjalan ke luar rumah, dan membuka portal teleportasi menuju kantor ku, hingga aku mendengar...



"Sang Bentala berucap, 'Apa kabar mu Sang semesta?'
Apa semua kan baik saja?
Biarkan Sang Varsha mendatangkan Bianglala

Biarkan ku berlari di Jenggala dibawah naungan Jumita
Bersama dengan sang Candra
Berteriak pada setiap Bumantaranya,"


'Indo? Sedang melantunkan Syair? Atau Puisi? Dan sejak kapan dia jadi puintis? Entah lah, suka suka dia.'

Aku pun berangkat menuju kantorku tanpa menghiraukan sebuah lantunan puisi atau syair yang tadi Indo lantunkan. Aku hanya berpikir mungkin dia ingin menjadi aesthetic sejenak.

Saat sampai dikantor, aku bertemu dengan Naro dan segera menyapa nya, "Selamat pagi, Nato."

"Selamat pagi, Asean." jawabnya

"Apa ada masalah? Sepertinya kau terlihat sedikit lelah?" tanya ku memastikan keadaan.

"Ya, begitulah. Ada sebuah laporan mendadak dari UN kalau seseorang yang telah lama meninggalkannya mengirim sebuah surat yang...aneh? Entahlah, sebagian besar isi suratnya adalah bahasa asing yang cukup sulit untuk diterjemahkan."

"Benarkah? Bahkan EU? UN dan WHO sendiri belum menemukan jawabannya?"

"Ya, begitulah,"

Aku menatap prihatin kepada keadaan Nato yang cukup buruk. Kantung matanya terlihat jelas, dan bahkan...


























ʝυѕ'т ƒяιєη∂ѕнιρ {Hiat}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang