Chapter 1 | Ersya Maura Atmaja

14 2 1
                                    

Ruangan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 3x4 meter persegi dipenuhi oleh perempuan-perempuan cantik dengan beragam gaya busana dan make-up. Ruangan yang dilengkapi dengan lighting, tripod, background putih polos, dan perlengkapan pemotretan itulah yang menjadi tempat Ersya Maura Atmaja bekerja. Tubuh idealnya yang berbalut gaun panjang berwarna merah maroon kini berpose di depan kamera, bibir tipisnya juga turut tertarik ke atas membentuk lengkungan manis hingga membuat potretnya kian sempurna. Perempuan itu melakukan berbagai pose tanpa mati gaya.

"Satu pose lagi," kata fotografer sebelum mengakhiri pemotretan Ersya. "Nice. Pemotretan hari ini cukup sampai di sini, ya."

"Bang seperti biasa, mau lihat hasilnya dulu," kata Ersya.

Fotografer yang diketahui bernama Ardiansyah Danuarja atau biasa dipanggil Bang Adi sontak mengangguk lugas. "Dengan senang hati."

Ersya mengangkat gaunnya sampai mata kaki, lantas mendekat ke arah komputer.

"Tenang aja, Sya. Lo mah fotogenik, enggak akan gagal kalau di depan kamera," kata Bang Adi sebelum menegak air mineral dingin dari tupperware.

Ersya tidak menjawab dan lebih memilih tetap fokus menekan mouse untuk melihat keseluruhan hasil pemotretan hari ini. Terdapat beberapa foto yang ia komentari entah dari segi posenya yang kurang pas atau sebagainya. Ada pula foto yang ia tandai untuk dijadikan sampul majalah ataupun banner iklan nantinya.

Ersya tipe yang nyaris perfeksionis. Ia detail dalam segala aspek, entah make-up, busana, lighting, konsep, dan sebagainya. Paket kombonya lagi, ia tipe yang keras kepala dan tidak terbantahkan. Siapa pun yang berhubungan langsung dengan Ersya pasti pernah sekali dua kali adu argumen dengan perempuan itu. Tak jarang pula yang berujung staf tersebut menangis dan tidak mau lagi menangani Ersya. Sifatnya yang demikian akhirnya membuat ia tidak disukai oleh banyak staf.

"Terima kasih semuanya. Kerja bagus untuk hari ini," teriak Bang Adi setelah Ersya selesai melihat dan me-review semua hasil foto.

Ersya bergegas ke ruang wardrope diikuti oleh asisten pribadinya dari belakang. "Tolong kasih tahu jadwal pemotretan hari ini."

Tika-asisten pribadi Ersya-bergerak cepat menggulir layar ipad membuka schedule Ersya. "Hari ini masih tersisa satu pemotretan, nanti jam delapan malam."

"Tolong reschedule jadi besok. Masih ada beberapa hal yang harus kuurus."

"Maaf, Sya. Tapi jadwal pemotretan ini penting karena lusa fotonya udah mau dipakai. Kalau di-reschedule jadi besok nanti para staf harus menata ulang semua plan mereka, enggak cuma buat pemotretan, tapi juga editing, percetakan, dan sebagainya."

Ersya menarik kursi di depan meja rias lantas mendudukinya. Ia dengan santai melepas perhiasan dipakai sambil menjawab, "Terus kamu berharap aku peduli?"

Selain nyaris perfeksionis, keras kepala, dan tidak terbantahkan, jangan lupakan keangkuhan, kesombongan, dan keegoisan yang gadis itu punya. Perempuan berambut pirang itu selalu melakukan sesuatu hanya sesuai keinginannya. Ia tidak akan pernah mau repot-repot untuk memikirkan apa yang orang alami untuk tindakannya yang semena-mena ataupun apa dampak dari perbuatannya yang bisa merugikan banyak pihak.

Meski begitu, Indonesian Models Agency tidak bisa meninggalkan Ersya. Karena selain pemilik agensi adalah pamannya sendiri, Ersya memiliki paras yang menjual. Selain itu, Ersya juga lumayan dikenal oleh masyarakat, baik sebagai model ataupun anak dari pemilik Atmaja Grup yang memiliki banyak anak perusahaan pada berbagai bidang. Sehingga produk apa saja yang dipromosikan oleh perempuan itu bisa ikut melonjak penjualannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Met YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang