Sebuah Buku Pop Up

3 0 0
                                    


Aku akan memulai ini semua di hari Jumat 27 September 2024

Aku tak pernah sekalipun memiliki diary, buku catatan, atau barang yang dapat menyimpan sebuah memori. Sekalipun mainan yang ku simpan dari waktu ke waktu. Semuanya hilang, entah tertimbun, patah, sampai terbakar semua habis tak tersisa. Tiap kali masuk kedalam topik pembahasan semasa kecil, aku harus berusaha sekuat tenaga menemukan potongan-potongan puzzle yang terburai bahkan lenyap sisanya. Rasanya kesulitan menemukan kenangan yang harusnya terjaga sampai kapanpun, aku memang payah hingga kepala terasa pening tiap kali aku menggali kembali masa lampau. Biasanya pandanganku tertunduk, kutelisik kembali apa yang salah dengan diriku? Mengapa kenangan indah yang mereka ingat ada aku disana, terlupa olehku secara keseluruhan. Kalimat yang akan kuucapkan hanya "Maaf aku lupa" dan kekecewaan yang kudapat dari mereka.

Maaf jika hanya kisah sedih yang ku ingat dari dulu hingga kini. Bagaimana air mata sudah tumpah melebihi Samudra di perbatasan negara lain. Namun naasnya aku tumbuh bersama kesengsaraan itu, dewasa dengan cara yang menyedihkan. Aku tahu, egois bukan milikku semata, semua orang menderita dengan caranya sendiri, terbunuh berkali-kali dengan kesedihan mereka masing-masing. Aku pikir seorang manusia hanya bisa tumbuh dengan rasa cinta dan kasih sejak ia dilahirkan hingga saatnya berpamitan dengan dunia. Ternyata salah, sisi dunia yang gelap sebelumnya tak pernah kupandang barang sebentar, dan aku ada di sisi ini. Miris bila aku kembali mengusap potret anak kecil yang menggunakan dress putih cantik kesukaannya, mengapa kamu harus tinggal di kegelapan ini? Sorot matamu yang cemerlang harus berubah dengan sorot luka tak berkesudahan.

Akhir-akhir ini musim sudah memulai untuk turunnya hujan di sore hari, namun entah mengapa ingatanku 17 tahun yang lalu kembali hanya karena tetesan hujan yang membasahi tanah. Aroma yang ia timbulkan membawaku kembali ke masa itu. Saat itu hujan benar-benar sangat deras, gemuruh petir ikut meramaikannya. Sebelum pulang sekolah perpustakaan adalah tempat ternyamanku kala itu, ku teliti rak buku dan yang paling ku hafali rak bagian terbawah. Tempat dimana aku dapat menemukan buku berukuran lumayan besar, seukuran buku gambar dan memiliki bobot yang berat. Buku yang ku ingat tentang petualangan dikemas sebagai buku versi pop up. Kalian tau pop up? Buku yang dimana akan muncul berbagai bentuk figur dalam versi 3 dimensi, buku tersebut memiliki perintah-perintah untuk membuka amplop, menarik sesuatu, sampai memutar kertas pop up yang akan muncul karakter atau petunjuk baru. Tapi sialnya aku lupa judulnya.

Kubawa buku itu pulang ke rumah dimana keadaan rumah sepi, aku lupa kala itu memang yang ada hanya aku, kakakku, dan temannya saja, aku benar-benar lupa. Yang ku ingat kami bertiga duduk diruang tamu, menikmati hujan dengan membaca buku kami masing-masing sembari meminum coklat panas buatan kakakku atau aku ya? Yang terpenting kami menikmati coklat itu karena obsesiku terhadap jamuan di film barbie yang ku tonton sebelumnya. Hujannya memang sederas itu, namun tawa dan obrolan kami tidak akan hilang karena gemuruh petir di luar sana.

Sekarang aku secara tiba-tiba memikirkan momen itu berulang-ulang kali, dan rasanya ingin menangis tapi dengan senyum dibibirku. Itu yang ingin ku ulang saat ini, saat hujan sedang hebat-hebatnya hanya itu yang kuinginkan dengan sangat. Aku berniat mencari buku yang ku maksud dengan membelinya ditoko online, barang kali masih ada, namun sudah lebih dari 3 hari hasilnya buntu. Tapi memang konyol, tidak tau judul bukunya, hanya mendeskripsikan buku tersebut di internet juga sulit, ditambah tema dari buku itu juga abu-abu. Menyadari ternyata kegagalan adalah teman setiaku. Apakah aku harus kembali ke sekolah dasarku? Mengacak-acak perpustakaan yang kini aku sendiri tak tau kabarnya.

Ya inilah kegundahanku mencari satu kenangan saja namun juga gagal. Menangis mungkin hal yang sepele, tapi ternyata sesulit ini memutar kembali satu kenangan indah dalam hidupku. Semoga kalian semua tak merasakan hal yang sama ya denganku, karena rasa sakit itu biar untuk diriku saja. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Menunggu Hujan di Tanah yang TandusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang