Gerimis hujan berjatuhan, menari-nari di atas wajahku.
Aku dengar manusia berdarah panas, tapi darah yang mengalir di wajahku terasa dingin.
Aku hanya dapat merasakan udara yang berhembus di mulutku, membuatnya hangat.
Perasaan dingin juga semakin mencuat pada wajahku, sepertinya karena darah yang terus mengalir.
Tubuhku terbujur kaku, lemah, tak berdaya. Aku hanya dapat melihat ke atas, arah kepalaku menatap.
Pandanganku buram, namun titik-titik hujan yang datang lumayan jelas. Kebisingan di sekitar masih menari-menari di gendang telingaku. Kadang menusuk, kadang menenangkan.
"Oh ya tuhan!"
"Astaga..!"
"Ada yang bisa hubungin pihak berwajib?"
"Lagi nelpon polisi pak!"
Aku mendengar berbagai macam suara, emosi mereka juga jelas di dalamnya.
Seorang wanita muda yang sedang menelpon, pria paruh baya yang sedang mempelajari apa yang dialaminya.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara sirene. Entah itu sirene polisi atau ambulan, aku tidak hafal.
Beberapa orang mulai mendekatiku, dan mulai melakukan sesuatu pada tubuhku yang terkulai lemah.
Mereka menaruh sesuatu dileherku, menutup area pernapasanku, dan dengan berhati-hati mulai menggerakkan tubuhku.
Namun, itu sia-sia, pikiranku semakin buram dan rasanya seperti melayang.
Seseorang berteriak, "PAK! tanda-tanda vital menurun!"
Perlahan, suara-suara semakin buram.
Cahaya redup berkedip, tapi sepertinya hanya dipikiranku. Aku sekarang merasa tenang.
Aku berdiri pada tempat gelap, tidak ada perasaan.
Tapi perlahan, area gelap menunjukkan latar yang ia tutupi.
Apa ini..?
Apa ini yang mereka sebut momen-momen yang terlintas ketika seseorang sekarat?
Perlahan, aku mulai terserap ke skenario yang akan berjalan ini. Perasaan, keheningan, aroma, emosi. Semua mulai melebur.
Skenario apa yang akan dimuat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Cakrawala Peristiwa
RandomSatu persatu, aku dapat melihat momen-momen puncak dalam hidupku. Emosi campur aduk, dan perasaan mati rasa.