1

12 0 0
                                    

Bu Nina yang tiba tiba tidak bisa datang ke kelas dan memberikan tugas membuat kelas terasa lebih bebas.

"AHAHAHA CEPET PEGANG DEH PEGANG!!"

Ucap manusia yang tidak beradab, ia menyuruh teman laki lakinya, merangkak ke kolong meja depan, kedua tangan yang tidak diajari sopan santun itu muncul dari bawah dan meremas p*yud*ra Pinat. Pinat yang sibuk dengan tugasnya tidak menyadari hal tersebut, sontak dia kaget, dia tidak menganggu bocah gila itu, tapi Pinat menjadi sasaran empuk.

"WOI?!" kursi yang sedang dipakai Pinat jatuh ke belakang dan bocah tersebut terkena kursi hingga merintih kesakitan, "KAMU GA SOPAN BANGET YA?" ucap Pinat melirik ke belakang, "aduh sakit kepala aku.." Rian berdiri sambil mengelus kepalanya, "mampus cuma kejedug, berani bgt pegang pegang aku laporin ke Bu Ais" Pinat melangkah pergi meninggalkan kelas.

"YES HAHAHAH KENA LU PINAT" Gisel perempuan gengster dikelas, sekaligus sahabat Pinat menertawakan candaan yang menurutnya lucu, "ga lucu sel, ga sopan." Pinat menatap tajam dengan mata yang sudah berkaca kaca ke arah Gisel. Kelas yang bising membuat kegaduhan mereka tidak dihiraukan oleh anak anak yang lain.

"gosah baperan gitu napa nat, kita juga biasa kek gitu" Gisel membalas ketus dan menghampiri Rian. Rian terkekeh, tentu dia merasa puas akan candaannya.

---------------------------------------------

Pinat pergi ke kelas 8D mencari Ashel

tok! tok!

Pintu dibukakan dari dalam, "Permisi Pak, ada Ashel?" tanya Pinat, "Kenapa?" balas guru tersebut, "Ashel di panggil guru TU pak, saya disuruh manggilin Ashel", guru tersebut percaya lalu meminta Ashel untuk keluar, Ashel pun beranjak keluar kelas. 

"Eh Nat?", Pinat tersenyum kecil, menunjukan mata bulatnya yang indah, "lu disuruh manggilin gua?", tanya Ashel, "aku" balas singkat, "hah? Nat gua dipanggil kenapa dah, perasaan SPP baru dibayar kemarin" mereka melangkah pergi, "aku Shellll" jawab Pinat, "lu apa maksud apa anjir, gua gua mulu daritadi" Ashel yang bingung namun tetap terus berjalan beriringan,"yaa gada yang manggil kamu sebenernya, hoax itu. Aku sebenernya yang manggil kamu, hehe" Pinat terkekeh, "buset.." Ashel membalas singkat, "lu males dikelas ya?" - "iya", Pinat menundukan kepalanya, "kantin apa toilet?" tanya Ashel, "Taman", Pinat membalasnya. Ashel tertawa kecil, mereka pun menuju taman.

---------------------------------------------

Ashel yang sudah tahu alasan Pinat mengajak keluar siap mendengarkan cerita Pinat, mereka duduk di taman belakang pohon agar tidak ketahuan jika mereka sedang bolos pelajaran. Pinat menceritakan kekesalannya selama di kelas, Ashel yang mendengarnya terkejut, sebelumnya memang candaan teman teman Pinat cukup berlebihan namun, yang sekarang sudah keterlaluan. Ashel merasa murka mendengar cerita Pinat, ia menahan amarahnya menunggu perasaan Pinat menjadi lebih baik. 


Di bawah angin sepoi sepoi, cuaca hangat, seharusnya gadis SMP merasakan nikmatnya masa sekolah. Pinat hanya bisa menangis sesegukan di bawah pohon rindang di temani Ashel, "Shel, maaf ya kamu jadi harus dengerin cerita begini lagi.." ucap Pinat memeluk erat lututnya, "Dih apaansi lu ngomongnya gitu, gua wajar marah lah anjing" balas Ashel, "iya.. aku bingung Shel, temen sendiri aja ga waras, pengen pindah kelas.. udah berapa kali aku bilang kaga nyaman, tetep aja tu orang ga sadar sadar" Pinat menumpahkan kekesalannya, "Gua pengen nyamperin deh" Ashel beranjak dari duduknya, Pinat langsung menarik paksa tangan Ashel untuk duduk lagi.

 Bruk!

"anjir nat, pantat gua sakit" Ashel meringis nyeri, "hehe maaf shel, udah gausah di samperin, ntar aku bakal bilang bu Ais" Pinat menahan Ashel, ia tidak ingin menyusahkan Ashel untuk kesekian kalinya, Pinat hanya ingin Ashel nmendengar sebagai teman cerita, "emangnya bakal berubah tu orang? diliat liat kaga tuh, justru makin ilang otaknya" bantah Ashel, Pinat menghembuskan nafasnya, ia mulai menarik sendi sendi anggota tubuh untuk merilekskan, Pinat tersenyum menatap Ashel, "napa senyum bjir, gua takut deh" Ashel menatap aneh kepada Pinat, "Ga, hahaha. Aku yang digituin napa kamu yang excited labrak dah", tanya Pinat, "buset, pertanyaan macam apa, udah hukum alam bos!" Ashel berdiri seolah olah akan memberikan sebuah pidato, "Hukum alam persahabatan ini tu nat, dimana mana kalo lu yang di rundung, yang maju sape? ya gue lah, besti lu yang maju nat!" Ashel menunjuk Pinat, "tapi sahabat gue aja gitu shel haha", balas Pinat, tentu pernyataan Pinat ditujukan untuk Gisel, "yang begitu disebut sahabat? najis, sadar Pinat!" Ashel yang sudah greget memegang pipi Pinat dengan kedua tangannya, ia menatap mata Pinat tajam. 

Seketika suasana menjadi canggung, Pinat diam terkaku membalas tatapan Ashel, tanpa disadari pipi mereka berdua mulai merona, degupan jantung Pinat mulai tak beraturan. Ashel merasakan perasaan yang berbeda, setelah sadar Ashel melepas kedua tangan yang menahan pipi temannya itu, ia pun duduk kembali di sebelah Pinat, "sorry nat, sakit ga pipi nya?" Ashel mulai membuka topik, "ga kok, sorry ya tadi bikin emosi kamu naik" balas Pinat menatap Ashel, Ashel yang merasa aneh dengan perasaan nya, ia merasa tidak bisa di tatap oleh Pinat langsung memalingkan wajahnya, "ga nat, aman kok" Ashel membalas, "haduh aman apasi anjir, ini napa deg deg an nya ga berenti sih gila" Ashel bergumam, ia merasa perlu menjauhi Pinat agar kembali tenang.

Ting! Tong! Waktunya istirahat pertama. Ting! Tong!

Bel sekolah berbunyi, menghancurkan suasana canggung diantara mereka.

"Tuh udah istirahat, aku mau ke bu Ais, kamu mau ke kantin shel?", Pinat menghanyutkan suasana.

"Ah? Oh! Ga deh, lu mau ke Bu Ais? Mau di temenin?", balas Ashel.

"Gausah gapapa, bisa kok", Pinat membalas, ia berdiri merapikan rok nya yang kusut.

"Bener? Ni gua siap sedia loh", Ashel bersikeras untuk menemani Pinat.

"Iyaa, beneran shel, dah tuh kasian temen kamu ntar nyariin tau", Pinat menyuruh Ashel kembali ke kelasnya, mereka beranjak dari taman.

"iya juga kasian Lana HAHAHA", Ashel tertawa, ia baru sadar ia puna teman kelas sendiri.

"Lupa ya kita dah ga sekelas lagi ampe temen kelas sekarang aja kamu lupa hahaha" Pinat tertawa sambil menyenggol pinggang Ashel, Ashel pun menertawai dirinya sendiri.

Mereka berpisah di pertigaan lorong kelas, "Thanks ya Shel udah mau diajak bolos, pfft" Pinat menutup mulutnya menahan tawa, "anytime Natt, lu dah mendingan?" Ashel mengelus kepala Pinat, Pinat mengangguk bak anak kecil, Ashel yang tidak kuasa melihatnya langsung menampar pipi Pinat.

Plak!

"Aw! Shel? Sakit please.." Pinat memegang pipinya yang merah, "Pinat?! Sorry! Sumpah gua refleks bgt nat, gada maksud jahat gue nat", Ashel yang kaget dengan tingkahnya sendiri berusaha menjelaskan kepada Pinat, "apalah", mata Pinat menatap Ashel, "Sorry Nat.. abis lu.. nghh.. gemes, dah lah gua ga bener kalo bareng lu lama lama" Ashel yang bingung naro muka dimana langsung pergi meninggalkan Pinat seorang diri, Pinat terdiam berusaha mencerna kalimat Ashel, "aku? gemes? emangnya aku ngapain? Ashel? haa.." Pinat kebingungan ia berulang kali menengok ke belakang melihat Ashel semakin menjauh, "Apalah Ashel ii ga jelas bener tiba tiba nampar tiba tiba pergi" gumam Pinat, ia melangkah menuju Ruang BK menemui Bu Ais.


---------------------------------------------

LESBIANS IN DENIALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang