Dramatic

352 21 9
                                    


Mati.

Itu yang pertama terlintas dikepalanya sesaat setelah ia membuka pintu rumah, berharap secepatnya akan merubuhkan diri pada kasurnya yang lebar, empuk dan kualitas nomer wahid. Namun, alih-alih semua itu terwujud, yang didapatinya adalah wajah kemarahan Sang Ayah yang menyambut tepat di depan pintu. Bukan ucapan selamat datang yang ia terima, melainkan,

PLAK

PLAK

Dua tamparan di pipi kanan dan kiri dengan kekuatan setara dan kemarahan yang begitu terasa. Sonya terhempas, saking kerasnya tamparan Sang Ayah yang Purnawirawan Angkatan Laut, terbayang begitu kuat tenaga pria menuju setengah abad itu. Sonya mengelus pipinya yang panas, perih, kebas, dan bau anyir darah menyeruak di hidungnya, bibirnya sobek.

"Anak macam apa kamu!" Pagi itu, pukul setengah tiga ketika semua orang lelap dalam tidur, Sonya lelap dalam hardik dan sumpah serapah Sang Ayah.

"Ayah gak peduli sama hidupmu yang penuh kegagalan itu! Ayah cuma minta satu, jangan bikin hidup Ayah gagal juga! JANGAN BIKIN AYAH MENANGGUNG MALU TERUS-TERUSAN!!!" Suara pria itu menggelegar di seluruh rumah yang besar, menggema-gema di telinga Sonya. Sonya terbiasa mendengar kalimat kebencian dari orang-orang yang ditujukan padanya tapi semua cuma berlalu lalang tak ada yang ia tanggapi. Ocehan orang-orang diluar sana hanya seperti cicitan anak ayam di dalam selokan, tak berarti.

"Anak sial, masih gak cukup kamu bawa semua kesialan kamu ke rumah ini? gak capek kamu?! hah?!" Tapi kali ini, semua ucapan kebencian yang biasa para haters di luar sana tujukan padanya, Sonya mendengarnya keluar dari Sang Ayah sendiri. Rasanya....... Sama saja, sebab ia dan Sang Ayah memang sudah lama tak pernah akur. Mereka bertolak belakang saling punggung, Ayah tak mau menyapanya ia pun tak keberatan.

Mungkin pria setengah tua itu sudah muak miliki seonggok anak tak berguna di rumahnya, Sonya mengerti perasaan Ayahnya, tapi ia tak peduli. Masa muda datang sekali, dan menjadi manusia baik dan berakal sehat itu terlalu mainstream di dunia yang jahat. Jadi ia lebih memilih jalan setan, dan setan juga tampaknya senang bersahabat dengannya.

Rebel!

Sonya menghembuskan nafas berat, dia capek tadi habis party menghabiskan seluruh minuman penghilang kesadaran yang tersedia di pesta ulang tahun musuh bebuyutannya. Kenapa Sonya di undang jika mereka bermusuhan? Tidak, Sonya datang sendiri tanpa undangan, memang niatnya untuk menghancurkan seluruh pesta, dan ia berhasil.

"Itu karna Ayah ngebesarin aku pake uang haram, makanya aku jadi gak karuan." Sonya seperti menyiram bensin di antara api kemarahan Sang Ayah yang masih dalam keadaan menggelegak, matanya semakin berapi-api, tangannya terangkat lagi siap menjadi perantara api yang ada di mata pria itu.

"Masss!!!" Sebelum Ibunya berteriak dari belakang yang sedari tadi hanya diam menyaksikan mereka berdua sambil terisak. "Udah mas, udah!" Wanita itu menahan lengan Sang Suami yang sudah siap melayang ke pipi Sonya.

"Ayah pikir aku gak tau nama Ayah terseret kasus suap? darah brengsek Ayah mengalir di aku!"

"SONYA!" Kali ini Mas Gema yang berteriak, kakak tertuanya itu turun dari lantai dua, Sonya menatap sepatu kerja hitam mengkilat yang mendekat ke arahnya.

"Kamu bisa gak sih berkelakuan baik—"

BRAK

Ucapan Mas Gema terpotong sebuah ponsel mahal terkini yang dilemparkan oleh Ayahnya kearah Sonya hingga mengenai dahinya. Sonya mengaduh sakit, kini perhatiannya tertuju pada layar ponsel yang sudah retak di bagian atas. Apa yang ditampilkan di ponsel itu, videonya yang sedang bercumbu dengan seorang wanita. Berkelit-kelit panas dan tidak pantas. Sonya menggigit pipi dalamnya, itu pasti tadi. Bajingan mana yang mengirim itu pada Ayahnya? jadi ini alasan pria tua itu semarah ini padanya?

Into You I MeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang