Mickey Mouse

186 20 10
                                    



Sonya tak berhenti heran menatapi secarik kertas berisikan nomer penerbangan serta namanya disana. Si tua itu benar-benar menendangnya dari kenyataan, baru setua ini Sonya tahu rasanya diusir dari rumah. Ponselnya yang disita diam-diam, tak sepeserpun uang disisakan untuknya, dan sekarang, Sonya harus ikut pulang bersama Daan, ke Surabaya.

Sonya terbuang, Ayahnya membuangnya.

Daan tak memaksanya untuk ikut, pria itu bilang terserah mau ikut atau jadi gembel disini itu bukan urusannya dan dia tidak akan kepikiran sama sekali. Sonya pun enggan menjadi luntang-lantung di pulau Dewata sendirian. Tapi ikut ke Surabaya juga bukan jaminan dia akan terurus, memangnya ia harus tinggal bersama siapa? Daan? buah simalakama ini namanya, maju kena mundur kena. Apa dia pinjam uang saja pada Daan untuk beli tiket dan pulang tanpa malu ke Jakarta?

Daan menggeleng tak mau meminjaminya uang.

Sonya buntu pikiran, dia tak punya pilihan lain. Tapi bagaimana jika disana dia dijadikan objek penelitian ilegal atau dijual pada muncikari atau bisa jadi Daan adalah seorang psycho yang sedang haus darah dan ingin Sonya jadi tumbalnya? Sonya menggeleng keras-keras dia harus mencari jalan keluar.

Tapi apa jalan keluarnya? lagipula keluarga Daan bukannya masuk kedalam golongan apa itu namanya? crazy rich Surabaya? tidak mungkin dong mereka itu berpikiran untuk jadi kriminal yang kejam? Sonya manggut-manggut mungkin ini jalan terbaik untuk sementara.

"Kamu mau ikut tidak?!" Daan yang sedang membereskan barang-barangnya ke dalam koper, menyentaknya dengan keras. Pria itu terlihat berang, Sonya daritadi tidak memberi jawaban pasti, barang-barangnya belum ada yang dikemas sementara penerbangan sebentar lagi.

Sonya mengangguk menjawab pertanyaan Daan, lalu sedetik kemudian wanita itu berubah pikiran kepalanya menggeleng kiri kanan.

"Mau ikut gak sih?!"

"Aku ikut, tapi jangan macam-macam denganku!"

"Cuih! kau pikir dirimu siapa?!"

Oh ya benar juga, setidaknya pria itu tak menyukai perempuan, jadi Sonya tak perlu khawatir takut diapa-apakan. Tapi bagaimana kalau nanti suatu waktu dia malah jadi saksi dua orang pria main pedang-pedangan? hiiiii.... Sonya memeluk lengannya sendiri yang merinding membayangkan hal menjijikan yang sering terjadi di kota-kota besar.

"Cepet beresin barangmu, dungu! ku lempar badanmu ke tengah jalan kalau kita ketinggalan pesawat!"

_________________________________

Langit sudah gelap ketika mereka menginjakkan kaki di kota terbesar kedua ini lalu melanjutkan perjalanan dengan taksi online menuju tempat tinggal Daan yang letaknya cukup jauh dari Bandara. Sonya merutuk "Pelosok sekali rumahmu!" Katanya.

"Eh dungu, kau lihat gedung-gedung tinggi itu, daerah pelosok mana yang punya bangunan seperti itu? hah?"

Sepanjang perjalanan mereka tak berhenti mengobrol tentang apa saja atau akan lebih tepat jika disebut berdebat, engsel mulut mereka sepertinya amat lancar hingga tak merasa pegal sama sekali meski ada ratusan kalimat yang keluar untuk saling memaki dan mengatai betapa bodoh isi kepala masing-masing.

"Mbak sama mas ini apa toh? kakak adek atau suami istri? kok berantem terus saya dengar dari tadi?" Pak supir taksi ikut menimbrung, menyela pertengkaran dua penumpang yang membuat panas telinga.

"Babu saya dia pak!" Daan yang menjawab, duduknya jauh-jauh tak sudi bahunya menempel pada Sonya, seakan-akan wanita itu adalah najis besar yang tak bisa disucikan cukup dengan tanah.

"Wah, cantik banget babunya, mas! pinter milih sampeyan!" Pria paruh baya itu melemparkan cengiran kuda ke arah mereka berdua, satu jempolnya melayang memberi Daan pujian tapi raut mukanya langsung berubah saat di hadiahi tatapan maut dari Sonya.

Into You I MeltTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang