MAYA
Halo.
Aku Maya, orang yang waktu itu mempertanyakan namamu berkali-kali karena belum puas mendengarnya langsung dari mulutmu.
Kedua mataku tak ada henti-hentinya menatap bola matamu. Ah, indah sekali.
Aku tak menyangka, bahwa ada sihir di dalam sana. Sihir yang memabukkan.
Ketika itu juga aku yakin bahwa aku sedang jatuh cinta.
Aku menatapmu kembali, kini kepada rambut-rambutmu yang panjang dan jatuh memenuhi punggung.
Indah. Aku hampir tak bisa berkata-kata.
Peganganku pada tembok itu menguat selama mata ini masih terfokus hanya padamu.
Jangan membalikkan badan. Cukup menatapmu dari belakang, aku sudah bisa membayangkan jika rambut-rambut itu tertiup angin dan membuatmu menatap langit.
Maka di sana akan ada sebuah kalimat, memanggil namamu yang selama ini selalu kusebut dalam doa sebelum tidur.
***
"Eh, dia satu seragam sama lo. Temen SMP?" Aku bertanya. Mencari-cari informasi lebih tentang dia.
"He'em! Tapi emang nggak begitu deket. Kenapa?" Giliran temanku yang bertanya.
"Namanya... Siapa?"
Aku menggeser tubuhku mendekat ke arah temanku, masih menatap dia yang tengah berjalan pelan dengan jarak yang lumayan jauh dari tempat kami berdiri.
"Ursula..."
"Namanya Ursula."
Ah...
Ursula.
Aku sudah tahu. Tapi, aku suka mendengarnya berulang kali.
"Kenapa emangnya?"
"Unik, ya?"
Lalu temanku hanya tertawa. Kembali sibuk dengan buku yang sedari tadi memang sedang dirinya baca, sementara mataku masih terpaku ke sana.
Kepada Ursula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Explicit Feelings | Lesbian
Romance"You have to stop the world just to stop the feelings," Membaca kalimat itu dalam diam, mungkin setelah ini Maya akan mengakhiri hidupnya. - - - LGBTQ+, membosankan⚠️, homophob? Just read🤷♀️