ECHA POV
Tak pernah berpikir sebelumnya Aku akan menggelap tak melihatnya lagi setiap pagi di penjuru pintu yang tengah menatap lapangan, yg selalu memberi senyuman terindahnya untukku dengan penuh binar cinta dimatanya..
ya, nanti aku berada aka berbeda tempat dalam menuntut ilmu dengan orang yang selalu menjadi sumber semangatku dan terkadang slalu memberi ilmunya, kala aku benar2 tak mengerti akan sesuatu hal..
Dulu, disini! bangunan yang sederhana menyaksikan prilaku lampah yang aku dan dia lalui, aku dan dia memang berhubungan tapi tanda kutip oke? Ini gak seperti yang kalian pikirkan mengenai hubungan remaja lainnya.. semakin tipis batas umurku, aku tak lama mulai mengenal banyak hal, tak pernah ingin mencoba tuk saling mengungkapkan, tapi rupanya pertahanan ini goyah sejak sering berdiskusi dengannya. Ya Dia, dia yang membuatku mengenal SAYANG setelah aku hanya sebatas mengaguminya.
"Arkhan Asy-Syufi elGustav" itu dia nama orang yang membuat aku punya percaya diri dan merasa menjadi pribadi yang baik, dia selalu mengingatkan aku bagaimana berpakaian yang baik, dan juga setiap kata yang ku ucapkan sering kali dapat peringatan. Dia orangnya memang dekat dengan siapapun, ya termasuk perempuan lain bahkan sering ngobrol juga. Hmh ya terkadang ini bikin sebel sendiri, malah perlu diketahui ya ngobrolnya di hadapan aku sekalipun itu Nope bagi dia, sedang denganku apa dia suka ngobrol? No thank, sama sekali belum pernah ngobrol dalam jangka waktu panjang, paling lama ya 5 menit kalii..
Eits, nanti deh aku kenalin lagi lebih jelasnya mengenai Gustav termasuk pisiknya oke? Sekarang giliran aku memperkenalkan diri hhe
"Adeeva Afsheen Myesha".
Ya ini namaku cantik bukan?
(Jangan ada yang pake nama ini ya, karena ini adalah nama asliku sendiri) :-D
Aku orangnya gimana ya? Cantik koq, tapi ya gmna pendapat orang ajalahAUTHOR POV
Gustav sangat menyayangi Myesha, tapi dia juga menyadari kalau dia sangat sering membuatnya menangis. Dia sadar kalau echa sebenarnya cemburu setiap dia dekat denga teman perempuan lainnya. Tapi entah kenapa dia sulit meninggalkan kebiasaannya.
Echa memang pandai menyembunyikan setiap apapun yang ia rasakan, baik itu luka karena Gustav ataupun karena masalah yang menyergapnya.
Di hari perpisahan ini, semua siswa bersendu bahkan tak sempat bagi Gustav dan Echa untuk saling bertegursapa, mana sebelum acara ini berlangsung beberapa hari kebelakang Gustav terlihat menjauh dari Echa, tak pernah lagi mengirim Echa pesan ataupun membalas pesan Echa.
*flashback on*
ini membuat Echa sangat khawatir bahkan teman perempuan lainnya lebih tau sedang dimana dan bahkan apa yang Gustav lakukan, Gustav memberi kabar pada Zizah mengenai tes yang sekarang sedang Gustav lakukan.Echa benar benar tak mengerti kenapa Gustav selalu seperti ini menyayat hati tulus Echa, dan kenapa Echa tak pernah berani untuk marah atau menuntut penjelasan dari Gustav, Echa malah memendam segalanya. Rasa sayangnya telah mengalahkan sakit hatinya.
"Ca, yang sabar oke?" Tanya Halima sahabat dekat Echa, sambil menggenggam tangan echa dan memberinya senyuman
"Hm" jawab Echa
"Kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarnya tapu jika kamu belum siap gak apa, gak usah di paksai Ca" ucap Halima dengan penuh kelembutan
Akhirnya Echa mengangkat wajahnya yang dari tadi di tundukannya dan tersenyum penuh kesedihan dan sefikit di paksakan
"Yuk gabung lagi sama yang lain! Kita latihan lagi" seru halima dan menarik tangan Echa yang kemudian mengukutinya.
"Ma?" Panggil Echa
Halima menoleh, "iya Ca?" Jawabnya
"terimakasih banyak" ucap Echa dengan senyumnya yang kemudian Halima mengangguk dan membalas senyumnya.
*flashback off*
Hari ini, detik perkumpulan lengkap semuanya. Setelah ini, entah masih banyak waktu lagi atau tidak untuk berkumpul bersama.