Regan menuruni tangga dengan langkah cepat, rambutnya yang tidak tertata rapi bergerak seiring gerakan tubuh Regan. Namun itu justru menambah pesona si kulkas 1000 pintu itu.
"Bun-"
"Bundaku tersayang, hari ini Zera cantik nggak? seorang perempuan memotong ucapan Regan membuatnya memutar bola matanya jengah. "
"Cantik sayang" jawab Zara tersenyum.
"Minggir dong" ucap Regan menyingkirkan Zera dengan kasar.
"Dasar bayi tirex! Persis banget sama bapaknya" gerutu Zera memandang sengit ke arah Regan.
Zara hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan kedua anaknya yang sudah seperti Tom and Jerry di dunia nyata, selalu bertengkar dan tidak pernah terlihat akur.
"Bun, bunda nggak ada niatan buang singa? " tanya Regan dengan tenangnya.
Dia meraih segelas susu yang memang sudah Zara buatkan tadi untuk dirinya, dengan isyarat mata dia menyuruh Zera untuk membuatkannya roti selai. Namun nyatanya Zera tidak juga paham-paham.
"Singa? Bunda nggak pernah pelihara singa" jawab Zara heran.
"Zera" panggil Regan.
"Apa? Iya gue tau gue cantik"
"Bikinin roti" datar Regan.
"Bikin sendiri lah" jawab Zera, namun tangannya malah memberikan roti yang telah ia beri selai ke Regan. Emang ya lain dimulut lain juga di tangan, ehh maksudnya tindakannya.
"Itu loh bun, singa yang galaknya pake banget" ucap Regan menunjuk Zera yang tengah sibuk memakan rotinya.
Zara yang paham hanya tersenyum, untung saja Zera tidak mendengarnya. Kalo dia dengar bisa-bisa perang dunia tiga akan dimulai detik ini juga.
Seorang pria yang semakin hari semakin bertambah tampan datang memasuki ruang makan. Dia adalah Refan, pria yang berhasil membuat Zara semakin jatuh cinta setiap harinya.
Refan tersenyum hangat ke arah istrinya itu, dia mencium lama kening Zara. Zera dan Regan yang sudah biasa melihat keromantisan kedua orangtuanya itu hanya bersikap tenang.
"Mau selai rasa apa? " tanya Zara pada Refan.
"Seperti kamu"
Zara mulai mengoleskan selai coklat di roti Refan, seperti roti miliknya. Entah kenapa Zara merasa Refan sekarang tidak ada bedanya dengan Refan dulu, dia tetap menjadi Refan yang selalu berhasil membuatnya serasa benar-benar dicintai.
"Zera, gimana sekolah kamu?" tanya Refan sambil memasukan roti ke dalam mulutnya.
"Ya gitu dad, semakin membosankan"
"Loh? Kenapa?" tanya Refan heran, pasalnya di hari-hari sebelumnya Zera selalu bersemangat saat menceritakan sekolahnya.
"Gapapa, Zera pengen pindah sekolah aja"
Regan menatap kaget kakaknya itu, keajaiban apa sampai kalimat langka keluar dari mulut kakaknya. Dulu dia sendiri yang ngotot mau bersekolah disitu, sekolah yang berbeda dengan Regan. Tapi sekarang dia pengen pindah?
"Kenapa sayang? " tanya Zara lembut.
"Hhh, Zera bingung jelasinnya. Intinya Zera mau pindah sekolah titik"
"Oke, nanti tinggal daddy atur" jawab Refan enteng membuat Zera tersenyum senang.
"Hoammm tuan putri" celetuk Regan menyidir Zera dan Refan yang terus mengabulkan apapun permintaan Zera.
"Sirik aja" sinis Zera.
"Iya tuan putri Zeera, terserah apa kata anda"
.................
KAMU SEDANG MEMBACA
REGAN
Teen FictionSemua tentang Jovan Theodore Regan, iblis pencabut nyawa berwujud dewa dalam mitologi Yunani. Tentang bagaimana kisahnya dengan para sahabatnya. Tentunya juga kisah dengan sang pemilik hatinya, gadis cantik yang penuh teka-teki. Gabriella Anatasya...