2 - Tea Time

15 1 0
                                    

Selamat datang.

Minta emot 🥀 ?

*

Jangan lupa vote, menyemangati saya dalam menulis. 😘

*

*

"Mama, sangat cantik!" Iskra, gadis manis berputar-putar bagai menari selama menata rambutku dengan mengepangnya, lalu menggulungnya hingga membuat untaian bunga yang sedang mekar di belakang kepalaku, tatanannya selalu indah nan rapi, gadis lima belas tahun yang gemar menari, berambut ikal sama persis sepertiku dan coklat pada matanya memancarkan keriangan hatinya setiap saat. Ketika dia tersenyum menampakkan giginya, pipinya ikut memerah menutup bintik-bintik kecoklatan pada wajahnya. Rasanya aku tidak ingin dia merasakan penderitaan hidup dan kehilangan senyumannya, meski Iskra adalah salah satu anak yang kami selamatkan dari monster yang menculiknya. Ia mengaku berteman baik dengan beberapa monster selama dia hidup di desa mereka.

Namun mereka tetap hendak menjadikannya persembahan, beruntung Fjord menyelamatkannya sebelum itu terjadi.

"Sangat indah, Iskra. Ajari Mama cara menata rambut seperti ini kapan-kapan?"

Aku menoleh kiri dan kanan di depan cermin rias serba emas, dengan pilin-pilin barok yang terlilit mawar merah sebagai hiasan, mawarnya pelayan dapatkan dari taman dan menyusunnya setiap beberapa hari sekali. Tidak lupa ia memasangkan tiara emas dengan permata merah di tengahnya pada kepalaku.

Dan gaunku berwarna merah gelap saat ini, kali ini payetnya lebih sederhana agar memudahkan tubuhku berjalan di taman nanti.

Sejak kastil ini kembali hidup, cermin ada di segala sisi kamar dan orang-orang memeriahkan tempat ini.

Iskra ku yang manis mengangguk, sementara Agni, gadis tangguh berkulit eksotis menggenggam tangan adik kecilnya ketika pintu kamar megah ini terbuka, gadis belia yang telah menginjak sebelas tahun, mata emasnya bagai harta karun yang tenggelam di dasar laut, langka. Dan rambut hitam lurusnya, ah.. akan lebih mudah untukku menata rambut lurusnya namun dia gadis paling maskulin yang bahkan sulit untuknya duduk sepuluh menit di depan meja rias.

Tawaku rendah ketika melihatnya terlihat formal kali ini, mengenakan rok yang ia sendiri pilih, gaun mengembang serba hitam dengan payet-payet emas memang cocok untuk dirinya.

Dia bersikeras untuk mengenakan ini, meskipun aku membebaskannya bila-bila dia ingin memakai pakaian lebih nyaman.

"Mama," Wajah eksotisnya memanas dan menatap turun, aku tahu, Agni merasa malu karena dia tidak terbiasa terlihat menawan, "Ren bilang ingin dipangku."

"Kemarilah, Ren sayang." Aku memeluk anak asuh paling kecil, yang paling aku sayangi. Ketika Fjord menemukannya, Ren terkurung bagai binatang liar, kotor dan menangis. Kurasa umurnya baru menginjak dua tahun kala itu.

Ren kecil semakin tinggi, aku yakinkan diriku bahwa kali ini usianya lima tahun, kendati anak ini kehilangan memorinya setelah diculik para monster. Anak yang paling aku timang hampir setiap hari, memangkunya saat ini membuatku merasakan bagaimana rasanya mengandung anak. Apakah akan seberat ini membawa nyawa di dalam perut? Aku jadi merindukan Fjord padahal baru tadi pagi dia pergi.

Ren memiliki raut yang sangat oriental, sorot mata hitamnya tajam, rambutnya hitam lurus dan kulitnya seputih susu.

Dan auranya secerah matahari pagi.

"Andaikan aku masih anak-anak, mungkin aku akan lebih antusias dipangku Yang mulia Raja dan Ratu negeri ini." Suara lembut datang menyusul tepat setelah kedatangan kedua anakku sebelumnya, Rosalind.

Setelah, selamanya. [AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang