Hari ini Chris menyaksikan hilangnya nyawa seorang wanita muda yang nekat mengakhiri dirinya karena patah hati. Lagi, ini sudah ketiga kalinya dalam seminggu ia menyaksikan ruh-ruh itu melayang ke udara, dan dari ketiganya semua karena hal yang sama.
"Nama Dinar, umur 36 tahun," gumamnya pelan sembari membaca data dari jasad yang masih menggantung di dahan kayu akasia itu.
Lalu kasar dan ia kembali bergumam, "Heran deh, kenapa sih manusia-manusia ini kayak gak sayang sama nyawa sendiri?" Kepalanya lantas menggeleng pelan dengan iris merah menatap jenuh pada tubuh dingin yang sesekali bergoyang tertiup angin.
Sebenarnya Chris tak mengambil pusing kendati keputusan setiap manusia yang ingin mati. Hanya saja untuk masalah seperti ini ia tak bisa menolong sama sekali. Ruh orang yang tewas karena bunuh diri tak dapat pengawalan dari para 'pencabut nyawa' sepertinya. Mereka akan mengelana di dunia dan harus mencari jalan sendiri untuk bisa ke akhirat, serta harus rela bertarung dengan setan atau iblis yang bisa saja memangsa ruh mereka. Itulah yang kerap ia keluhkan dari pilihan manusia yang dinilai terlalu tragis ini.
Usai memeriksa data diri si mayat; dari hari lahir hingga hari kematian yang tertulis apik dalam buku catatan gelap miliknya, Chris pun menjelma menjadi seekor gagak hitam. Ia kemudian pergi meninggalkan jenazah dingin begitu saja, membiarkannya membusuk di sana sampai ada orang lain yang akan menemukannya nanti.
⚰️⚰️⚰️
Sreekk ... sreekkk ....
Lubang itu digalihnya dalam-dalam sampai sebatas dada sendirian. Dirasa sudah cukup, ia pun naik ke atas dan seketika menyeret sebuah kantong kain putih yang berlumuran cairan merah di beberapa sisinya. Entah apa yang ada di dalam kantong, Leno, pemuda yang menggali tanah itu sendirian terlihat dengan santai melemparnya ke dalam liang yang baru ia siapkan.
Tanpa tunggu lama ia pun mengguyur kembali lubang itu dengan tanah yang digalinya tadi, mengubur seonggok daging tak bernyawa dengan rapi dan tak meninggalkan sedikitpun bukti di sekitarnya.
"Sudah. Saya sudah mengubur jasadnya dan barang-barang di TKP sudah saya singkirkan," katanya pada seseorang di ujung telepon sana yang bertanya apakah ia sudah membereskan pekerjaannya malam ini.
"..."
"Baik," katanya lagi setelah mendengar interupsi lanjutan dari orang yang diyakini adalah bosnya.
Telepon terputus, Leno mengembuskan napas panjang dan mengusap peluh di keningnya. Ia lantas duduk di bawah sepohon kayu tua sembari menatap sendu tanah berisi mayat yang tadi dikuburkannya. Dalam hati mengeluhkan sampai kapan ia akan menggeluti pekerjaannya sebagai pembunuh bayaran ini, yang sejujurnya sudah dirasa melelahkan sekali.
⚰️⚰️⚰️
Hap!
Chris yang menjelma menjadi gagak hitam itu bertengger di atas sebuah rumah kecil di tepi sungai. Matanya nampak memandang dari jauh seekor domba yang terlihat berjalan lesu mendekati bibir sungai. Belum sampai menyentuh air, domba itu sudah kepalang lemas dan jatuh. Ia mengerang kesakitan. Sepertinya luka koyak yang nampak mulai membusuk di perutnya adalah alasan mengapa kondisinya terlihat sedemikian menyedihkan.
Chris turun ke tanah, ia mengubah rupanya kembali ke wujud semula; sebagai malaikat maut dengan sabit besar dan jubah yang ia kenakan. Kaki berbalut sepatu hitam itu berjalan menapaki permukaan air tanpa basah sama sekali, mendekati sang domba sebelum berjongkok di sisinya.
Domba malang itu terdengar berbunyi seolah tengah berbicara dan menyampaikan pesan terakhirnya pada sang malaikat maut. Chris tentu mengerti apa yang dikatakan si hewan, di balik tudung hitamnya yang menutupi kepala itu bibirnya tersenyum tipis dan menjawab, "Tenanglah, anakmu akan baik-baik saja," katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALLAGRUGOUS : A Lonely Angel Of Death ✓ [Banginho/Minchan]
Fanfiction"Percayalah, aku sangat ingin menyentuhmu." "Kalau begitu, sentuhlah aku, dan bawa aku pergi dari dunia ini." Chris, malaikat maut muda itu selalu sendirian disepanjang hidupnya. Ia tak pernah memiliki kawan lantaran apa pun atau siapa pun yang dise...