𝑾𝑨𝑹𝑵𝑰𝑵𝑮 𝟏𝟖+ ⚠️
#𝑺𝟐 𝑨𝒍𝒑𝒉𝒐𝒏𝒔𝒆 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔 + 𝑲𝒚𝒍𝒆𝒓 𝑺𝒆𝒓𝒊𝒆𝒔
CERITA INI MENGADUNG ADEGAN DEWASA ⚠️
Lucian Zyndor Alphonse - Malaikat pencabut nyawa. Pewaris dari keluarga pembunuh bayaran. Satu kali perintahnya membuat serib...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rucy berendam di kolam lingkaran yang di isi dengan susu murni. Rucy duduk manis di kolam. Membiarkan para pelayan mengerjakan tugasnya. Ruangan ini sangat cantik. Penuh dengan pernak-pernik. Yang paling Rucy sukai adalah aroma lilinnya. Entah ini aroma bunga apa. Yang pasti Rucy sangat menyukainya. Bibir Rucy tersenyum dengan matanya yang terpejam. Pijatan lembut wanita itu terima di kedua tangan dan punggungnya. Tiga orang pelayan memandikannya dan dua orang pelayan lagi berdiri di sisi ruangan. Satunya terlihat masih kecil dan satunya lagi terlihat masih remaja.
Mungkin mereka adalah pelayan baru yang sedang belajar.
Tak ada satupun dari mereka yang berani berbicara. Mereka semua ketakutan. Setelah mereka tahu tuan putri yang di culik tuan mereka adalah putri Kyler.
Semua kepala pelayan tertunduk. Hanya ada satu orang pelayan yang tidak menundukkan kepalanya. Pelayan kecil yang berdiri menatapnya tanpa berkedip. Rambutnya di kepang dua di hiasi dengan pita merah.
Tanpa menoleh pun, Rucy tahu dia menatapnya. Pada akhirnya Rucy menoleh ke arahnya dengan senyuman. "Apa ada masalah?"
Pelayan kecil itu terkejut kemudian menundukkan kepalanya takut.
Pelayan di sebelahnya menyadari pelayan kecil itu yang ketakutan. "Mo--mohon maafkan atas ketidaksopanannya nona. Dia masih kecil. "
"Kau! Kemarilah!" Rucy mengabaikan perkataan pelayan itu. Memanggil pelayan kecil yang sedari tadi menatapnya.
Pelayan kecil itu ketakutan. Kaki kecil melangkah mendekati Rucy.
"Duduklah!" Suruh Rucy.
Pelayan yang berada di dekatnya bergeser. Memberikan tempatnya untuk pelayan kecil itu.
"What's your name little pie?"
"Che--Cherize nona."
Di kediaman Kyler tak ada satupun pelayan kecil. Semuanya orang dewasa. Tak di sangka Lucian juga mempekerjakan seorang anak kecil.
"Ma--maafkan atas ketidaksopanan saya nona. No--nona sangat cantik jadi ... Sa--saya tanpa sadar terus menatap nona. Maafkan saya nona." Pelayan kecil itu langsung meminta maaf atas kesalahannya. Tubuhnya gemetaran. Rucy tidak tega melihatnya. Ia masih memiliki hati nurani untuk seorang anak kecil.
"It's okay little pie. Aku tidak akan menghukum mu." Rucy sudah biasa menerima ini. Semua orang jatuh cintanya padanya hanya dalam sekali pandangan.
Setelah dia mengatakan itu barulah pelayan kecil itu menjadi lebih tenang. "Terimakasih nona." Pelayan kecil itu tersenyum. Melihat Rucy bagaikan seorang malaikat.
"Dengan syarat kau harus menceritakan tentang dirimu. Sebagai hadiah, aku akan memberimu permen dan kue." Rucy begitu penasaran kenapa ada anak kecil yang bekerja di sini.
Anak kecil itu begitu lugu. Mudah sekali untuk membuat mereka memberikan apa yang Rucy inginkan.
"Aku kesini karena ikut ayah ku nona. Ibu sudah lama meninggal. Ayah bilang akan bergabung dengan tuan sehingga dia akan menghasilkan uang dalam jumlah besar untuk ku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Aku menunggu di ruangan yang di sediakan tuan Hunter. Lalu tuan Hunter memberikan kabar jika ayahku gagal dalam ujian dan dia tidak akan pernah kembali. Lalu tuan Hunter memberitahukan pada Tuan Lucian. Aku mendapatkan belas kasihan dan aku di izinkan untuk bekerja disini sebagai pelayan."