PROLOG

85 17 93
                                    

🌹🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌹🌹🌹

Ravenna Winter Eldridge.

Memiliki paras yang luar biasa cantik, namun juga sedingin namanya.

Dari luar tampak seperti CEO sukses, pemimpin perusahaan besar yang tak tersentuh.

Namun siapa sangka, dibalik kesempurnaannya, terdapat sebuah rahasia kelam yang menjadi penyebab terciptanya luka dan dendam yang selama ini menguasai hati.

Ibarat mawar berduri yang menebarkan aroma kematian, begitulah julukan yang cocok untuknya.

🌹🌹🌹

P R O L O G

"Aku hamil." Dua kata yang di ucapkan Raven membuat Vance menghentikan isapan pada cerutunya.

Vance terdiam sejenak, menatap Raven dengan ekspresi yang sulit dibaca. Namun, saat ia membuka mulut, kata-kata yang keluar dari bibirnya terasa seperti pisau yang menancap di hati Raven.

"Gugurkan." Singkat, padat, dan menyakitkan. Raven sampai tak habis pikir jawaban keji itu yang akan di katakan Vance.

"Aku tidak mau." Raven menggeleng kuat.

"Gugurkan atau hubungan kita berakhir disini?"

"Tapi dia tidak bersalah, Vance!" Tangis Raven akhirnya pecah juga. Ketakutannya akan Vance yang meninggalkannya semakin kuat.

"Persetan dia bersalah atau tidak, yang jelas disini aku tidak mau bayi itu!" Bentak Vance. "Aku sudah bilang padamu, bahwa aku tidak ingin punya anak. Aku masih ingin menikmati hidupku, tapi kau malah memberi kabar tentang bayi sialan itu!"

"Jangan bicara begitu, Vance! Bayi yang kau sebut sialan ini adalah bayimu!" Jerit Raven tak mau kalah.

Vance terkekeh sinis. "Bayiku? Kau yakin itu bayiku, bukan milik orang lain?"

Raven kehilangan kata-kata. Bagaimana bisa Vance berpikir seburuk itu, sedangkan seluruh hidup Raven telah ia serahkan untuk lelaki yang bahkan tidak mau mengakui anaknya?

"Bajingan kau, Vance!" Raven menatap Vance dengan tajam. "Kau lupa atau pura-pura lupa? Selama ini, hanya kau yang menyentuhku bahkan kau orang pertama yang meniduriku! Lalu kau sekarang berpikir bayi ini bukan anakmu? Keterlaluan!"

"Orang pertama atau bukan, itu tidak ada hubungannya dengan sekarang, Raven. Aku selalu memakai pengaman saat bermain denganmu jika kau lupa."

"Tapi kau tidak menggunakannya saat kita bermain terakhir kali! Kau tidak menggunakannya, dan kau mengeluarkannya disini, di dalamku!" Raven histeris, sehingga ia menyingkap sedikit atasannya dan menunjuk-nunjuk perutnya yang masih rata.

"Kau mengeluarkannya di dalamku, Vance. Ingatlah itu!"

Vance berdecak, mematikan tembakau yang sejak tadi masih ia hisap. Raven membuat suasana hatinya memburuk, membuatnya tidak tertarik lagi menghisap tembakau itu.

"Melakukannya sekali bukan berarti cairan itu langsung menjadi bayi, Nona. Disini kau jelas-jelas mengelabuiku." Vance berdecih, enggan menatap Raven.

"Pun sejak awal, kau sudah tahu bahwa aku tidak ingin memiliki anak. Mengurus anak hanya buang-buang waktu, Raven. Lagi pula, anak yang kau kandung itu belum tentu adalah anakku. Tidak ada yang bisa menjamin."

"Demi Tuhan, Vance! Ini adalah anakmu, anak kita! Mari kita lakukan tes DNA jika kau masih tidak percaya!"

Mendengar kata tes DNA tentu membuat Vance menolak mentah-mentah. Apapun yang terjadi, ia tidak ingin punya anak!

"Tidak perlu melakukan tes apapun, karena hubungan kita sudah berakhir sampai disini. Entah itu bayiku atau bukan, yang jelas aku tidak menginginkannya."

Melihat Vance yang beranjak dari duduknya, Raven ikut beranjak dan mendatangi lelaki itu. Raven pegang tangan Vance dengan erat, memohon agar tidak membuangnya begitu saja.

"Aku mohon, Vance. Jangan seperti ini ... Dia adalah anak kita. Aku tidak mungkin membunuh nyawa tidak berdosa yang hidup di dalam diriku," tangis Raven semakin pecah, terlebih setelah Vance menatapnya dengan remeh.

"Anakmu, Raven. Bukan anakku." Vance melepaskan tangan Raven yang memegangi tangannya. "Kau telah memilih sendiri untuk mempertahankan anak haram itu, maka kau juga harus merelakan hubungan kita yang berakhir."

"Baik itu benar anakku atau bukan, sekali lagi kau harus ingat, Raven. Bahwa itu bukan tanggung jawabku. Aku tidak pernah ingin memiliki anak, dan kau sudah tahu itu sejak awal. Jadi, bukan salahku jika sekarang hubungan kita harus berakhir. Salahkan anak itu, dia penyebabnya."

Raven ingin menahan Vance yang pergi, tetapi rasa sakit dan kecewa yang ia rasakan membuatnya hanya bisa diam.

Ia hanya bisa menatap Vance yang pergi begitu saja, meninggalkannya dalam kehancuran tanpa mau bertanggungjawab atas apa yang mereka lakukan bersama.

Di tengah kesakitannya, Raven menyadari satu hal ; ia tidak hanya ditinggalkan, tapi juga dihancurkan oleh cinta yang pernah ia percayai. Dan sejak malam itu, hidupnya tak lagi sama.

🌹🌹🌹

Selamat datang di cerita baruku, readers!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat datang di cerita baruku, readers!

Aku menciptakan cerita ini untuk selingan ceritaku yang lain ; EXSUPERARE INFERNUM.

Memang belum tentu cerita ini akan update rutin seperti Infernum, tetapi aku akan selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anakku.

Jadi, jangan lupa ikuti juga kisah Raven, ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Whispers of the Blood Roses Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang