"Mau bermain?"
Milaya tertawa setelah mengucapkan pertanyaan itu pada Killian. Pertanyaan basa-basi. Ia hanya ingin menggoda sahabatnya itu. Sudah beberapa hari ini pria pucat itu tidak mampir ke bar.
Milaya rindu padanya. Tidak, ia hanya ingin mendengar ucapan "selamat" dari Killian karna akhirnya seminggu yang lalu Milaya berhasil mendapatkan pria yang sudah lama di incarnya. Pria yang akan ia kuras semua asetnya.
Killian tidak menjawab dan juga tidak tersenyum. Killian hanya mengetukkan bungkus rokok kosong ke meja. Gelas yang diberikan oleh Milaya sudah kosong tak tersisa. Ia menghabiskan Martini itu dalam sekali teguk.
Killian mengedarkan pandangan. Seperti biasa, tempat maksiat ini semakin malam semakin ramai.
"Pinjamkan ponselmu" Milaya menjulurkan tangannya meminta ponsel Killian dan hanya dalam beberapa detik ponsel Killian sudah ada ditangannya. Milaya merogoh sendiri ponsel Killian dalam saku celana jeans hitam Killian tanpa izin. Hal yang sangat biasa bagi keduanya.
"Killian, coba kau baca ini?" Milaya mendekatkan layar ponsel, menunjukkan sebuah artikel mengenai suatu penyakit.
"Apa ini?"
Akhirnya Killian membuka suara. Suara yang membuat bibir Milaya mengukir senyum.
"Bacalah jika kau tidak ingin mati"
Killian membaca sekilas.
"Bahkan jika aku melakukan pengobatan itu aku akan mati dalam waktu 6 bulan"
"Lebih baik aku menghabiskan waktuku untuk menghisap rokok daripada menjalani pengobatan yang sia-sia" lanjutnya.
"Segeralah berobat. Kau yang paling tau kondisimu saat ini. Penyakitmu bukan main-main"
"Aku bahkan sudah tidak punya uang untuk membeli sebatang rokok"
"Jadi karena uang?"
"Salah satunya karena itu"
"Aku bisa meminjamkannya padamu"
"Bukan hanya uang...."
Killian menghela nafas lalu melanjutkan kata-katanya.
"Aku tidak ingin melakukannya karna aku tau pada akhirnya aku akan mati"
Killian meremas bungkus rokok yang di genggamnya.
Milaya menghela nafas. Jari-jari lentiknya memainkan gelas berisi bloody marry, cocktail favouritenya. pikiran Milaya menari-nari seolah pikirannya ikut bergoyang mengikuti gerakan gelas.
"Jadi kau akan terus membiarkan penyakitmu itu dan mati tanpa berusaha mengobatinya, baiklah lakukan sesukamu"
"Mungkin aku akan datang ke pemakamanmu jika jadwalku tidak padat" tambah Milaya.
Killian hanya tersenyum. Ia meraih gelas yang daritadi dimainkan oleh Milaya dan segera meneguk isinya.
"Aku harap aku mati saat kau sedang tidak bersenang-senang dengan pria"
"Bagus. Jangan pernah berani mengganggu waktu bercintaku"
"Aku mengerti, Milaya"
Milaya. Penghancur pria-pria kaya.
Aaaaaaa! Prank!! Prenggg!!! Sebuah suara berisik yang membuyarkan obrolan Killian dan Milaya.
"Keributan lagi?" Celetuk Milaya gusar.
"Dasar pria brengsek! Jauhkan tangan kotormu itu dari tubuhku! BRENGSEK" teriakan ribut-ribut itu semakin menggema. Semua orang yang ada di bar menghentikan aktifitas mereka. Mereka sedikit terganggu dan penasaran dengan suara gaduh itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIAH
Romance"Di saat aku ingin hidup, kau justru ingin mati?" suara Killian semakin meninggi. "Seandainya aku bisa menukar sisa umurku denganmu" Killian tersenyum sinis. Maliah diam. Killian menyadari jika saat ini tubuh wanita didepannya itu sedang gemetaran...