1 | Nightmare

87 52 32
                                        

1 | N i g h t m a r e // I ' m  h e r e ,  b a b y  g i r l .

Kiara terbangun dari tidurnya, ia terengah dan napasnya memburu. Peluh keringat membasahi dahinya, menandakan pendingin ruangan di Kamarnya tidak berfungsi dengan cukup maksimal. Setidaknya belum cukup maksimal untuk membuat gadis itu tidur dengan nyenyak dan tidak bermimpi buruk.

Gadis itu mulai terisak dan menangis. Ia membenamkan wajahnya ke bantal, berusaha agar isakan pilunya tidak terdengar oleh sosok disamping kamarnya.

Namun usahanya sia-sia karena beberapa detik kemudian Kenzo membuka pintu kamarnya dengan kasar, berjalan cepat ke arahnya dan memeluknya.

"Ssst, it's okay. I'm here, baby girl. You're not alone," Kenzo berusaha menenangkan Kiara yang masih terisak dengan kencang didadanya. 

Kiara mencengkeram kaos yang dipakai oleh Kakaknya itu, "G-gue mimpi buruk lagi."

Kenzo mengusap surai lembut Adiknya, ia mengecup kepalanya beberapa kali agar Kiara lebih tenang. "Lo gak salah, Dek. Lo gak salah, stop nyalahin diri lo sendiri." 

Ini salah si Brengsek itu yang bikin lo trauma kayak gini, batin Kenzo dengan emosi yang tak tertahankan mengingat kejadian yang menyebabkan Adiknya jadi seperti ini.

*Flashback On | 1 tahun yang lalu*

Kiara tak berhenti tersenyum sejak tadi pagi. Saat ini ia sedang memindahkan masakan yang khusus ia buat untuk tunangannya tercinta ke wadah. Berbagai masakan telah ia buat, dari nasi dengan lauk ayam saus madu, sayur bayam dengan potongan jagung, dadar jagung, bahkan tak ketinggalan juga ada salad buah kesukaan Farraz--tunangannya.

"Busettt, lo mau jualan apa gimana tuh?" Kenzo yang baru saja turun dari Kamarnya terheran-heran melihat berbagai macam lauk pauk tersaji di meja makan. Ia hendak mencomot satu dadar jagung yang tampak menggiurkan, namun sebelum mencapai targetnya tangan itu dipukul dengan kencang oleh sang adik.

Kenzo mengumpat, "Sakit anjing!"

Kiara mendelik dan menatap Kakaknya nyalang, "Jangan berani-berani lo sentuh apapun!"

"Yaelah satu doang ini, Dek. Pelit amat dah," Kenzo balas menatap Kiara dengan malas. Ia menjulurkan kembali tangannya namun untuk kedua kalinya tangannya juga dipukul kembali oleh Kiara, "Dibilang jangan berani sentuh apapun, Kak! Tangan lo mau gue putusin?"

Kenzo berdecak, "Gede juga nyali lo ngomong gitu ke gue." Menyerah, Kenzo memilih menarik salah satu kursi dan duduk sambil memperhatikan Adiknya yang masih sibuk memindahkan masakan ke wadah.

"Buat siapa deh itu? Tumben amat lo masak sebanyak ini."

"Masih nanya lo? Ya buat Farraz lah, siapa lagi?" 

"Santai kali, gak usah berotot gitu jawabnya." Kenzo tertawa melihat reaksi Adiknya itu, sementara Kiara hanya mendengus. Kakaknya ini suka sekali iseng kepadanya, bikin emosi pagi-pagi aja!

Kiara selesai memindahkan seluruh masakannya, ia mengambil ponselnya dan mulai mengutak-atik untuk segera memesan taksi online, "Abis ini gue mau ke Apartemen Farraz dulu ya, Kak. Mau ngerayain Anniversary sekalian bahas persiapan nikah."

Kenzo menangguk, "Iyee, gue gak bisa anterin ya. Gue mau nongkrong sama temen-temen."

Tak lama, taksi online yang dipesan oleh Kiara telah sampai. Gadis itu tergesa-gesa mengambil tas miliknya, ia mencium pipi Kenzo kilat--kebiasaan yang selalu mereka berdua selalu lakukan saat berpamitan--

"Gue berangkat dulu, Kak. Jangan lupa kunci Rumah."

Kiara berlalu, meninggalkan Kenzo seorang diri. Ia bangkit dengan malas dari duduknya dan hendak menuju Kamar Mandi. Namun netranya menangkap sesuatu yang tergeletak di lantai, ia mengambilnya. 

Shoot in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang