Prolog

41 4 0
                                    

Matahari terik tepat berada diatas kepala. Namun, sebuah paviliun yang di teduhi oleh beberapa pohon rindang di sampingnya membuat panas itu mereda. Angin sepoi-sepoi justru membuat tempat itu terasa sejuk.

Seorang lelaki memakai jubah berwarna merah muda yang menjuntai indah. Warna merah muda dari jubahnya terlihat mempesona, seolah menyerap cahaya dan memancarkannya kembali dengan kilauan yang lembut. Ornamen perak yang menghiasi jubahnya dirancang dengan sangat detail—berbentuk pola-pola rumit seperti anyaman sulur-sulur bunga dan bintang-bintang yang bersinar di bawah sinar matahari.

Jubah itu membingkai tubuhnya dengan sempurna, memberikan aura kemegahan yang tak terbantahkan. Pinggiran jubah dihiasi dengan benang perak yang bersinar lembut, menyatu harmonis dengan ornamen lainnya. Di sekitar leher dan pergelangan tangan, terlihat ukiran perak berbentuk daun yang berkilauan, menambah sentuhan elegan pada penampilannya.

Kemudian lelaki itu duduk, dengan perlahan kedua tangannya memilih beberapa buku yang sudah tersedia di meja berukuran sedang itu. Matanya yang indah tertuju pada salah satu judul yang seolah memanggilnya untuk dibaca.

Perlahan, jemarinya dengan lembut membuka halaman demi halaman, sementara jiwanya berusaha agar masuk ke dalam buku cerita yang sedang ia baca.

Beberapa meter dari lelaki yang sedang membaca buku, ada lelaki juga yang memakai pakaian serba terlindungi dan ada sebuah pedang di tangan kirinya. Ia ikut tersenyum saat Tuannya juga tersenyum.

"Yang Mulia, Yang Mulia Raja memanggilmu untuk menemuinya." Ujar lelaki yang membawa pedang.

Lelaki itu mengalihkan atensinya dari buku, kemudian ia mendengus kesal. "Malas, Dante."

Namanya Dante, lelaki yang sudah setia menemani Tuannya dari kecil, hingga saat ini. Usianya dengan sang majikan hanya beda 2 tahun lebih tua.

"Yang Mulia, jangan memperpendek usia saya hanya karena Yang Mulia malas untuk menemui Yang Mulia Raja." Sambil menundukkan kepalanya, Dante berujar dengan suara yang terdengar sedikit gemetar.

Lelaki itu mengernyit, "Eiy, kan memang itu tujuannya."

"Yang Mulia!" Dante dengan sigap bersujud tepat di hadapan Tuannya.

"Berdiri." Satu kata keluar dari mulut sang Tuan, dan Dante langsung menurutinya.

"RAURI!" suara yang memekik itu terdengar sangat jelas di telinga Dante, membuat ia langsung menghunuskan pedangnya ke arah sumber suara.

"Lama-lama pedangnya aku sita, ya?" ancam sang Tuan, kemudian Dante memasukkan kembali pedangnya.

Lelaki yang bernama Rauri itu menutup buku cerita yang sedang ia baca, kemudian ia beranjak dari duduknya, segera mengambil pedang yang ada di tangan Dante.

"Yang Mulia—"

"Rauri. Panggil aku Rauri. Kita ini temenan, Dante." Ujar Rauri sebal.

"Tapi aku pengawal kamu untuk saat ini, Rauri." Balasnya.

Terlihat dari kejauhan, lelaki yang tadi memanggil Rauri itu menyimak pembicaraan Rauri dengan Dante. Tidak, ia tidak tahan jika hanya menyimak saja. Dengan cepat, lelaki itu berlari menuju paviliun untuk nimbrung pembicaraan dua pemuda tersebut.

"Asher! Ada apa?" tanya Rauri dengan semangat.

"Kamu sendiri sedang apa disini?" alih-alih menjawab, pria dengan jubah berwarna abu-abu dengan ornamen perak di seluruh jubahnya. Ya, itu Asher yang bertanya.

"Tadi aku sedang membaca novel, tapi sepertinya, ada anak kambing yang sedang ingin bermain denganku." Jawab Rauri sarkas.

"Sial!" Asher berdecak sebal mendengar jawaban sahabatnya itu. Dengan cepat, ia langsung memukul Rauri tanpa berpikir bahwa disampingnya, ada Dante- pengawal dari Rauri, yang siap akan menghajar orang yang menyakiti Rauri.

"DANTE!!!" pekik Rauri.

Sementara Asher, menahan rasa pedih di bagian tubuhnya.

AMARANTHINE


Lama sekali tidak menyapa kalian. Apa kabar? Aku beranikan diri untuk mempublish cerita ini setelah mikir panjang. Karena jujur, aku merasa setiap habis publish cerita, aku bakal stuck dan gak bisa lanjutin cerita yang telah aku bikin. Ini penyakit banget huhu😭

Semoga kali ini enggak gitu lagi ya. Aku tuh merasa bersalah sama kalian yang udah nunggu cerita-cerita aku sebelumnya. Mohon maaf sebesar²nya yaa🥹🙏🏻

Jadi, aku agak gak tau diri ini boleh gak ya minta vote sama komen nya? Hehehe🥹

Ohya satu lagi, aku lagi banyak insecure sama diri sendiri. Sepertinya vote dan komen kamu bisa jadi semangat buat aku hihi.

See you on the next part!
With luv, acha🩵

AmaranthineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang