||
B A G I A N
S A T U||
•Perpatahan di awal•
||
**********************
Hempasan angin mulai tenang dan meredam suasana. Rintik hujan juga sudah tidak terdengar suaranya. Pelan tapi pasti langkah kecil itu menyebrangi lintas jalan raya yang berlapis genangan air. Keadaan sekitar juga mulai menampilkan langit senja dengan pesat.
Gerakan kaki dan alunan lagu yang mengiringi perjalanan sore itu pun terasa asik. Kali ini kilas pemotretan dari kamera ke arah langit tampak terjadi. Semburat senyum tipis dari wajah manis itu akhirnya muncul. Sehingga terkesan sekali rasa getir itu hilang.
Perasaan jenuh terhempas dengan menyadari apa yang akan segera dilalui esok hari. Mari hentikan serta anggap usai saja. Supaya tidak ada lagi penyesalan yang abadi. Jika nanti tidak ada perkataan maaf tulus dan ikhlas dari bibir ranum itu.
Kekhawatiran memang ada karena hentakan pelik pernah terasa. Gadis itu menatap ponsel yang ia bawa dengan penuh rasa tanya.
“Gak ada yang punya tapi kenapa susah banget untuk aku miliki?” batin Kaeena.
Flashback on
Maaf, silahkan tunggu selama 60 detik...
Dumb!
Terlihat dahi Kaeena mulai berkeringat, rambut coklat yang tadi tergerai indah sekarang bergulat dengan keadaan. Kaeena merasakan takut dan gadis itu menatap kesal terhadap kukunya yang belum terlalu kering karena pakai cat kuku Emla-Kakak Kaeena yang ia bawa diam-diam ke kamar setengah jam yang lalu.
Persetan dengan kata sandi, Kaeena sempat punya niat untuk gigit jari tapi itu tidak lucu kalau bahan kimia dari cat kuku sampai terjilat atau bahkan masuk ke dalam perut. Jadi, untuk sementara waktu Kaeena hanya bisa menatap lama kedua kakinya yang sedikit gemetar dengan gerakan maju-mundur disitu.
Sampai pada tubuh Kaeena mendapati tepukan tepat di bahu mungil miliknya, ia menegang seketika. Enggan menoleh. Kaeena memilih menggerakkan tubuhnya ke kanan.
Kenapa kanan? Karena ciri-ciri orang beriman, hehe.
Harus bagaimana lagi, sisa ruang kosong cuma ada di sisi kanan Kaeena. Serius.
"Udah selesai?"
Suara berat milik cowok yang kalau ditanya itu siapa, Kaeena pasti menggelengkan kepala. Rasa berani tercampur malu, ia pun menatap lawan bicaranya. Hal pertama yang Kaeena lakukan bukan bergegas menjawab tapi untuk membalikkan pertanyaan, “Lo bawa hp gak?”
Cowok itu menaikan kedua alis tebal miliknya dan sontak menjawab dengan rasa heran, “Bawa, kenapa gitu?”
"Boleh pinjam? Soalnya gua lupa kata sandi hp. Semalam gua ngantuk pas buat kata sandi baru. Jadi, nggak tau kata sandinya apa. Sebelumnya makasih banget udah jawab sesuai sama ekspetasi dan gua bayar kok jasa pinjam hp nya," tekan Kaeena.
"Nih ambil tapi langsung gua hitung dari sekarang ya," tegas cowok itu tanpa berpikir lama sambil mengatur waktu pada jam tangan yang ia kenakan.
Kaeena tersenyum sumringah dan ia terkikik saat melihat layar ponsel cowok itu. Tercetak jelas wajah tegas cowok itu yang berada tepat di hadapannya tapi tema ponselnya berwarna pink bunga-bunga.
Lanjut, Kaeena kembali fokus dengan tujuan utama yaitu mencari menu teleponnya. Kesal bukan main karena cowok itu kembali menepuk bahu mungil milik Kaeena, padahal gadis itu sudah bersiap mengangkat tangan kanannya untuk menelpon seseorang di rumah sekaligus memaki Emla-Kakaknya. Ibu anak satu itu pasti kalau minta bantuan selalu membuat Kaeena merasa pusing.
Meminta tolong untuk transfer uang tapi mengapa ATM-nya tidak dikasih ke Kaaena. Ini yang salah Kaeena apa Emla?
“Eh, lo mau ngapain?”, tegur cowok itu.
"Mau masak, anak balita juga tau kali gua mau ngapain. Tangan gua udah mau ke arah telinga nih!”, protes Kaeena.
Baru saja selesai bicara, cowok itu langsung merampas ponsel dari tangan mungil Kaeena. Teriakan cukup pekik terjadi, hal ini bukan karena perlakuan cowok itu tapi kondisi cat kuku Emla yang limited edition ini sudah pasti terhapus dan berantakan. Alhasil, pewarna cat kuku itu mutasi sendiri ke punggung tangan cowok itu.
Rasa kesal Kaeena sekarang jadi berlipat ganda dan bibir ranum itu mengerucut, “Woi! Santai dong! Lihat-lihat kalau mau ambil hp!" maki Kaeena. Wajahnya yang tadi terpampang menggemaskan sekarang menampilkan ekspresi tidak suka.
“Gini deh, ya, lo tadi tanya apa ke gua?”, tanya cowok itu.
Kaeena menghela napas dan bertanya lagi dengan perasaan terpaksa, “Bawa hp gak?”
“Terus? Ada kelanjutan kata gak pas awal lo mau pinjam hp gua?”, ucap cowok itu.
Kaeena sudah tidak bisa terlalu lama disini, ia membayangkan wajah Emla yang sedang tertawa tanpa henti di dalam pikirannya. Ia hanya ingin menegaskan kalau ia benar-benar butuh ponsel cowok itu, “Boleh pinjam? Soal-"
“Nah, intinya lo cuma mau pinjam kan? Ya makanya gua pinjamin. Lain kali yang jelas, kalau mau pinjam barang orang. Pinjam barang juga pasti mau lo gunain sesuatu 'kan? Jadi, seharusnya lo bilang kalau mau buat hubungi orang rumah. Kayak gini 'kan, lo sendiri yang rugi. Tadi udah berapa detik lo pegang atau bahkan semenit? Lo harus bayar sesuai janji lo," papar cowok itu menahan rasa geli dibalik wajah datarnya yang melihat wajah gadis dihadapannya itu memiliki rasa kesal atau malu.
Kaeena menepis bahu cowok itu, “Permisi!” dan berjalan cepat ke arah kendaraan yang menemaninya pergi.
Cowok itu pun ikut berjalan di belakang Kaeena dan tersenyum karena akhirnya ia mengetahui nama gadis itu dengan cepat.
Bukan, ia bukan dukun. Pakaian yang dikenakan Kaeena adalah seragam sekolah yang memiliki bordiran nama di belakangnya.
Pertemuan itu juga yang membuat Kaeena mengingat bahwa seharusnya ia tidak akan merasakan perpatahan di awal.
Flashback off
||
Gimana? Seru? Lanjut?
||
Terima kasih sudah membaca🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
Aimed At Your Passion
Teen FictionTerkadang aku ingin sekali diperbincangkan. Bukan karena aku tidak mensyukuri takdir. Juga bukan ingin dikenal karena mempunyai nama Kaeena Leswara tapi bila dipikirkan pelik jika tidak ada yang merindukan aku. Hidupku memang tidak sebagus namaku, t...