Zale bergegas menuju kelas ramuan ketika ia mendapati fakta bahwa hari ini ia terlambat bangun.Semua kesialannya seakan berkumpul akhir-akhir ini sejak ia bertemu Noel.
Memang harusnya hari itu ia tidak membantu Noel, biarkan saja pemuda menyebalkan itu jatuh terhempas ke tanah dan menjadikan dirinya patah tulang, atau apapun yang membuatnya tak bertemu dengan Noel.
"Sial, harusnya alarmku berbunyi. Sial sial sial."
Kini langkahnya sudah sampai tepat didepan pintu besar berwarna coklat tua penuh ukiran khas. Ia sedang memantapkan diri sebelum mengetuk dan masuk lalu menghadap profesor Iridiana.
Ketika ia sedang memantapkan niat, tiba-tiba ia dikejutkan oleh pemuda yang (lagi-lagi) mengacaukan semuanya.
Pemuda itu berdiri tepat di samping Zale, menatapnya tengil lengkap dengan cengiran khasnya, lalu mendorong pintu besar itu tiba-tiba.
"Zale mengapa kau asik berdiam disitu, ayo masuk!"
Yang kini membuat Zale melongo tak percaya.
Bagaimana bisa? Pemuda menyebalkan itu, kembali membuat harinya buruk? Bahkan ini masih pagi?!
Akibat ulah Noel, seluruh penghuni kelas menatap mereka tak terkecuali profesor Iridiana.
"Sialan kau Noel!" batin Zale tak terima.
"Zale, Noel, kalian terlambat." Ujar profesor Iridiana sembari membenarkan anak rambutnya yang basah oleh keringat.
"Arghhh, aku sungguh membenci Noel!"
"Maafkan saya profesor, saya terlambat bangun, alarm saya tidak berbunyi."
Zale dengan terpaksa menghadap langsung kepada profesor Iridiana dan mengungkapkan alasannya didepan seluruh siswa.
Profesor Iridiana menatapnya lekat dan tajam, mengintimidasi, sebelum akhirnya beralih menatap Noel.
"Kalau kau, mengapa terlambat, Noel?"
"Aku tentu saja ingin menemani Zale, profesor."
Riuh dari seluruh siswa tidak bisa dihindari. Membuat Zale menahan panas pada wajahnya akibat malu dan marah. Percayalah ini bukan malu karena salah tingkah, melainkan malu karena tindakan bodoh pemuda disebelahnya. Sialan. Noel sangat sialan. Brengsek.
Profesor Iridiana berdeham, memberikan tanda pada seluruh siswa agar diam.
"Walaupun kau siswa teladan dan sangat aku sukai, tapi alasan terlambatmu kurang untuk mendapatkan toleransi Zale," profesor Iridiana memulai keputusannya membuat Zale menghela nafas ditempat. Ia sedang menimbang-nimbang hukuman apa yang akan ia dapatkan.
"Terlebih alasan Noel sangat tidak masuk akal," Zale menatap Noel tajam, sedangkan yang ditatap kini memberinya senyum manis yang mirip seperti bulan sabit.
"Jadi, kalian berdua akan saya izinkan untuk mengikuti kegiatan belajar ini, hanya saja nilai praktek kalian saya kurangi. Dan juga, semua peralatan hari ini kalian berdua yang bereskan, apa kalian mengerti?"
Zale hanya mengangguk lemah sedangkan pemuda eye smile disebelahnya mengangguk semangat.
"Orang gila" batin Zale tak terima.
"Baik, Zale dan Noel, silahkan kalian duduk, dan semuanya mulai fokus mendengarkan penjelasan saya karena saya hanya akan menjelaskan sekali, lalu kita akan langsung mencoba meracik ramuannya. Saya hanya mentolelir kegagalan 2 kali, jika kalian gagal, kalian akan tinggal dikelas saya dan yang lolos akan melanjutkan kelas ramuan di tahap selanjutnya bersama profesor Kiri."
KAMU SEDANG MEMBACA
paper plane - jenle
Fanfiction"just fly high, like a paper plane" ! bxb © kilavyall