Ayana

3 0 0
                                    

Kalau mencari cerita yang minim konflik, selamat kamu berada di cerita yang tepat.

Tandai typo ya....

**
"Tidur. Nanti kalau udah sampe, Mas bangunin."

Ayana tersenyum sambil memeluk erat lengan kekar yang menjadi sandarannya untuk tidur. Matanya terpejam dengan pikiran yang berkelana. Setengah jam yang lalu, mata yang terpejam itu mengeluarkan air yang cukup banyak. Ayana menangis saat teman-temannya mengucapkan kata-kata perpisahan. Beberapa jam yang lalu ia resmi meninggalkan kota tempatnya menuntut ilmu dan mengenal makna kedewasaan. Meninggalkan teman dan rekan kerja yang sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.

"Sstt."Ayana terisak saat merasakan tangan kekar itu mengusap pucuk kepalanya, dengan kecupan ringan mendarat di kepalanya yang terbalut khimar.

"Nggak mau pisah sama mereka."ucapnya lirih.

"Biidznillah Ay, apa yang di dekat Allah itu jauh lebih baik. Kamu pulang untuk memenuhi panggilan Abi. Aya pulang untuk Birrul Walidain."

Ayana diam dengan mata terpejam, menghentikan air mata yang terus mengalir.
"Mau ke kamar mandi dulu?"

Ayana mengangguk.

"Ayo mas temenin."
Ayana menggeleng, menolak halus tawaran kakak lelakinya itu. "Aya berani sendiri, Mas Irsyad."

"Ayo."Irsyad keluar lebih dulu dan menahan pintu untuk Ayana."Pakde, Irsyad kawani Aya ke toilet dulu."pamitnya pada sosok di balik kemudi untuk menjemput adik kesayangannya hari ini.

"Nggeh, Mas."

Ayana menghela nafas, Irsyad si keras kepala. "Mas, bisa sendiri."Rengeknya yang tak didengarkan Irsyad.

"Ayo buruan Ay, biar cepet sampe rumah." Ayana mendengus, Irsyad ini tidak ada kosa kata lain ya selain 'Ayo'?

"Nanti mobilnya hilang?"

"Enggak, ada Pakde Dar di mobil."Irsyad terkekeh saat Ayana masih berusaha mencari alasan untuk ke kamar mandi sendiri.

Ayana mengangguk pasrah, "Cepet nikah Mas, biar ada yang digandeng selain Aya."Seru Ayana saat merasakan tangannya digenggam oleh Irsyad.

Irsyad tersenyum, "Kalau kamu sudah menikah, nanti Mas nyusul."Irsyad tulus mengatakannya pada Ayana. Ia akan menikah jika Ayana sudah menemukan sosok lelaki yang akan menjadi surganya. Sosok lelaki yang bisa menjaga dan melindungi Ayana seperti apa yang ia lakukan selama ini. Sosok lelaki yang mencintai Ayana dengan tulus seperti gadis itu yang selalu menerima cinta tulus dari keluarganya.

Ayana balas menggenggam tangan Irsyad erat."Aya sayang banget sama Mas Irsyad. Istrinya Mas Irsyad nanti pasti bahagia banget nikah sama Mas."

Irsyad tergelak kecil lalu mengusap pucuk kepala Ayana yang terlapisi khimar hitam,"Bisaan, ada maunya ya?"

"Ketara banget ya Mas?"Bisik Ayana pelan yang dibalas anggukan Irsyad."Mas tau kan, Ayana pengen banget dinikahin sama Mas kalau kita bukan kakak adik."

Irsyad menggeleng sambil terkekeh. Ia tau Ayana sangat mencintainya, sebagai seorang kakak tentunya. Tapi ia tidak tau Ayana ingin memiliki seorang pendamping seperti dirinya. "Mas nggak mau nikah sama orang kaya kamu."

Gumaman Irsyad dibalas dengusan geli oleh Ayana sebelum memasuki toilet wanita.

Dua jam berselang Ayana turun dari mobil hitam dengan Irsyad yang merangkul pundaknya. Kepalanya sedikit pusing setelah menempuh perjalanan jauh. Maklum, Ayana tipe orang yang tidak terbiasa naik mobil, ia lebih suka naik motor.

"Yuk masuk."ajak Irsyad setelah memberi pesan kepada Pakde Dar untuk memasukkan mobil ke dalam garasi.

"Rame banget Mas."ujar Ayana sambil menunjuk beberapa sendal yang berbaris di depan rumah. "Ada acara ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 4 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Happiness Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang