๑ ⋆˚⋆─ʚVENUSɞ─⋆˚⋆ ๑
Hamparan langit gelap gulita menyelimuti bumi. Bintang-bintang enggan menampakkan dirinya, bahkan sang rembulan pun menyelinap malu di balik awan menutupi cahayanya.
Dinginnya angin malam sungguh menusuk ke lapisan kulit. Gelombang ombak yang cukup besar membuat sebuah kapal kecil terombang-ambing. Kapal dengan kapasitas maksimal 20 orang dewasa itu berlayar mengarungi lautan untuk pergi ke pulau seberang.
Diatas sebuah karpet kecil, didalam kabin kapal yang terbuat dari kayu, seorang anak laki-laki berusia 8 tahun memeluk ringkuh dua anak kecil yang usianya lebih muda darinya. Tanpa memiliki perbekalan yang cukup untuk menghadapi dinginnya angin laut, ia mengalah pada adik-adiknya itu. Dua buah selimut miliknya diberikan kepada anak perempuan kecil yang tertidur di atas pahanya. Sedangkan selimut satunya ia berikan pada anak laki-laki yang selisih satu tahun dengan dirinya.
Ia sama sekali tak memikirkan dirinya yang hampir membeku karena kedinginan. Asalkan kedua adiknya baik-baik saja, ia tidak masalah.
Malam semakin larut dan udara pun terasa semakin dingin, perjalanan mereka masih cukup jauh. Mungkin saat sampai nanti, bisa saja anak lelaki ini terkena hipotermia karena harus menahan udara dingin tanpa pakaian hangat dan hanya bermodalkan kaos tipis saja.
Sebenarnya, banyak orang dewasa di kapal tersebut yang memiliki perlengkapan lebih, tetapi mereka tidak ada yang peduli karena mereka juga memiliki kesibukan masing-masing.
Rasa kantuk mulai menggerayangi kelopak matanya. Meski begitu, ia tetap tidak bisa tertidur nyenyak karena tubuhnya kedinginan. Perlahan anak tersebut mencoba untuk menutup mata dengan harapan ketika bangun nanti mereka sudah sampai ditujuan dengan selamat.
Saat hampir tertidur pulas, tiba-tiba saja seorang pria dengan setelan jaket kulit coklat datang menghampiri dan bertanya padanya dengan raut wajah khawatir.
"Hei,,, nak, cuaca sangat dingin diluar, mengapa kau tak mengenakan pakaian hangat?" tanya pria tersebut.
Anak itu lantas terbangun, pria itu cukup mengagetkan dirinya. Tanpa menjawab, ia menundukkan pandangannya menatap kedua adiknya yang tengah tertidur lelap dalam kehangatan.
Sepertinya, pria tersebut paham meski tak mendengar jawaban langsung. Pria itu pun segera pergi ke bagian tempat menyimpan barang-barang miliknya lalu kembali dengan dua buah selimut tebal yang langsung ia berikan pada anak tersebut.
Tentu anak itu menerimanya dengan senang hati. Inilah yang ia butuhkan sedari tadi.
"Terimakasih paman," ucap anak tersebut yang akhirnya bersuara diiringi senyuman yang sangat manis.
Pria itu sedikit tertegun dengan senyuman tersebut. "Dimana orang tuamu nak? Mengapa anak sekecil kalian berada didalam kapal tanpa pengawasan orang dewasa?" tanyanya lagi.
Anak itu terdiam sesaat sebelum akhirnya tatapan manis tersebut berubah menjadi sendu, "Kami,,, yatim piatu paman, kami sedang melakukan perjalanan ke pulau Jawa untuk mencari kehidupan yang lebih baik" jawabnya.
Pria tersebut nampak iba, apalagi melihat bagaimana anak itu memberikan semua selimut miliknya untuk sang adik agar adiknya merasa hangat. Sungguh benar-benar pengorbanan kakak yang luar biasa.
"Kota mana yang menjadi tujuan mu?" Tanya pria itu lagi.
Sang anak hanya mengangkat bahu, "Tujuan kami menuju rumah nenek dari adik lelaki ku ini," balasnya seraya menunjuk seorang anak laki-laki.
"Tetapi,, aku tidak tahu neneknya dia bisa menerima kami atau tidak, kami juga tidak mau merepotkan keluarganya" lanjutnya sedikit memelas.
"Jadi, dia bukan adik kandungmu?"
Anak tersebut menggeleng, "Hanya yang perempuan saja adik kandungku."
Pria tersebut terdiam, tak habis pikir dengan apa yang dilakukan oleh ketiga anak dihadapannya ini. Ketiganya pergi dari Jambi tanpa persiapan yang matang serta tujuan yang jelas dan lebih parahnya lagi, tak ada orang dewasa yang mendampingi mereka.
Sungguh! Apakah ketiganya benar-benar tak memiliki keluarga?
"Nak, kau tahu? Sangat berbahaya berpergian seperti ini diusia kalian yang masih kecil. Bagaimana jika nanti saat sampai sana keluarga anak laki-laki ini tidak menerima kalian berdua? Dimana kau dan adik kandung mu itu akan tinggal? Kau hanya akan membuat masalah baru jika seperti ini."
Nasehat tersebut membuat anak itu diam seribu bahasa. Pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan oleh pria dewasa itu benar-benar berputar di pikiran kecilnya. Benar apa yang dikatakan oleh pria itu, bagaimana jika pelariannya ini hanya akan membuat hidup adiknya semakin menderita?
Anak tersebut pun akhirnya tertunduk diam. Ia terus memandangi wajah adik perempuannya serta adik laki-laki nya bergantian. Napasnya tercekat, matanya mulai mengabur karena terisi penuh dengan butiran butiran air yang siap terjun kapanpun.
Melihat anak lelaki itu yang hampir menangis, sang pria justru merasa tak tega. Ia menghela napas panjang lalu tersenyum lembut, "Kau bilang kau tak memiliki siapapun lagi kan? Bagaimana kalau kalian tinggal bersama saya di Bekasi? Kebetulan saya tinggal sendiri disana. Saya juga yang akan membiayai kalian hingga lulus sekolah."
Seketika tatapan penuh binar terpancar begitu saja dari anak itu. Seperti menemukan sebuah cahaya yang amat terang dan melihat samar-samar masa depan yang lebih cerah untuk adik-adiknya.
Tanpa ragu, anak itu mengangguk penuh semangat, membuat sang pria tersenyum lebar.
"Saya Kasim, senang bertemu dengan mu."
Senin, 7 Oktober 2024๑ ⋆˚⋆─ʚVENUSɞ─⋆˚⋆ ๑
HAI SEMUAAA!!
Kenalin,, aku Ciyya penulis awam yang masih harus banyak belajar^^
Kalau Ciyya ada salah typo atau tanda baca tolong di ingetin ya? Ciyya nerima kritik dan saran yang membangun supaya cerita Ciyya bisa lebih bagus lagi
Btw,, jangan lupa vote ya teman-teman maniss🥰
ANJAYYY
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS
Teen FictionON GOING "Aku emang suka Venus, tapi kamu lebih menarik daripada bintang apapun" ~Raditya Marvel Sanusi~ "Kamu tidak perlu menjadi Venus untuk mencintai dirimu sendiri, karna sudah ada aku yang mencintai dirimu dengan tulus bahkan saat kamu berada...