"Terkadang, semuanya memang bermula dari sebuah ketidaksengajaan"
๑ ⋆˚⋆─ʚVENUSɞ─⋆˚⋆ ๑
8 tahun kemudian~
Rintik kecil hujan berjatuhan membasahi setiap sudut kota. Para pengendara roda dua berbondong-bondong menepikan sepeda motornya entah hanya untuk berteduh atau mengenakan jas hujan.
Pukul menunjukkan 15.40, para siswa siswi sekolah menengah atas berhamburan keluar gerbang karena sudah jamnya pulang sekolah.
Sedikit hujan tak menghalangi keinginan mereka untuk segera pulang dan merebahkan diri di kasur. Ya, meskipun ada sebagian dari mereka yang memilih untuk berteduh sampai hujan benar-benar reda.
Termasuk dengan gerombolan pemuda yang baru saja keluar melewati gerbang sekolah. Mereka asyik berbincang seraya bercanda ria dibawah gerimis menuju parkiran yang berada di luar area sekolah.
Air hujan merembes jatuh mengenai seragam mereka hingga basah kuyup. Terkecuali pemuda dengan kulit seputih salju. Ia mengenakan payung agar seragamnya tetap kering dan bisa dipakai untuk hari esok.
"Eh,, ngomong-ngomong, di komplek gue ada coffee shop baru buka, kesana yuk?" ajak seorang pemuda blasteran yang wajahnya identik dengan wajah pria eropa. Panggil saja Noval.
"Ayo aja gue mah," sahut lelaki yang paling tinggi disana, Jaki namanya. Ucapan Jaki diangguki oleh teman-temannya yang lain.
"Dit, lo mau ikut kita gak?" tanya Noval memastikan, barangkali temannya itu tak mendengar percakapan mereka tadi.
"Kemana?"
Nahkan, benar saja temannya itu tidak memperhatikan. Ia sedari tadi terlihat sibuk mengangkat celananya tinggi-tinggi agar celana tersebut tidak terkena cipratan dari genangan air.
Dengan sedikit jengkel, Noval kembali bertanya pada sahabatnya itu. "Cafe baru depan komplek gue."
Raditya Marvel Sanusi atau akrab disapa Adit, nampak berpikir sejenak mengenai tawaran dari sahabatnya tersebut.
"Ayo Dit,, gue bayarin deh," timpalnya lagi agar temannya bisa ikut.
Helaan napas panjang keluar begitu saja, "Gue gak bisa ikut," tolaknya.
Sontak saja ke-lima temannya itu berhenti berjalan hingga tertinggal beberapa langkah di belakang Adit. Menyadari hal tersebut, Adit menoleh dengan alis yang diangkat satu seolah bertanya, 'Apa ada yang salah?'
"Gak setia kawan!" umpat pria berpipi gembul alias Bima.
Mendengarnya membuat Adit cekikikan sendiri. Ayolah,, dia hanya tidak bisa ikut untuk kali ini saja karena ada kegiatan lain.
"Gak usah ketawa deh lo," lanjut Bima.
"Lain kali aja gue ikutnya ya? Gue duluan." Adit melenggang pergi lebih dulu menuju parkiran, masih dengan mengangkat celananya.
"Liat si najis, gayanya kayak princess. Itu kalau gue senggol nyungsep tuh dia." Lagi-lagi Bima mengumpat. Sungguh, pria itu sangat kesal karena Adit tak bisa ikut. Ia merasa dikhianati oleh hal 'PENTING' yang akan dilakukan oleh Adit.
"Ya udahlah Bim,, siapa tau dia emang lagi ada urusan? Nanti kita bungkusin aja buat dia," sahut salah seorang.
"Yaudah dah, ayo."
๑ ⋆˚⋆─ʚVENUSɞ─⋆˚⋆ ๑
Dipinggiran jalan, sebuah kios es teh berdiri tegak. Tempatnya cukup sepi pembeli karena cuaca habis hujan. Namun, hal tersebut tak mematahkan semangat jualan dari sang pemilik kedai. Ia percaya bahwa rezeki sudah ada yang atur dan ia yakin sekali bahwa tuhan tak pernah salah memberikan rezeki.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS
Teen FictionON GOING "Aku emang suka Venus, tapi kamu lebih menarik daripada bintang apapun" ~Raditya Marvel Sanusi~ "Kamu tidak perlu menjadi Venus untuk mencintai dirimu sendiri, karna sudah ada aku yang mencintai dirimu dengan tulus bahkan saat kamu berada...