Aku tidak memberikan kepercayaan kepada orang-orang seratus persen. Keras kepala dan curigaan memang predator. Bisa membunuh secara perlahan. Apalagi kalau kau sok-sok an bersikap layaknya seorang pengidap altruisme. Buang hal itu jauh-jauh kalau intensitas harga dirimu saja sekecil amoeba.
Tidak pantas bersikap seperti pahlawan sebab kau hanya manusia yang keluar dari rahim ibumu yang berdarah-darah, lalu kau tumbuh mengabdi pada nilai-nilai norma yang membutakan sebab berkelana sendirian tanpa seorang guru. Berusaha mandiri dengan penunjuk arah meski sering tersesat dan berputar di dunia.
Aku tidak tahu apa yang sedang kutuliskan. Mungkin hanya marah, khusus untuk orang yang sangat sensitif dan merasa dirinya sangat peka maupun perasa terhadap lingkungan, semoga kita cocok. Kalau beda, yasudah. Bodo amat.
Aku menulis karena petinggi di kepalaku. Aku benci mereka karena sangat berisik akan diskusi tidak penting. Tidak hanya saat malam. Pagi. Siang. Sore. Dini hari. Kamu bisa menjadi lebih baik besok hari. Besok hari. Besok hari.
Hidup itu harus semangat. Harus bersyukur. Nanti rejeki tidak akan kemana. Besok aku mau...
Sekian omong kosong yang sudah habis dan hampir kadaluarsa. Untuk apa? Untuk merencanakan hari-hari menuju hidup yang katanya lebih sejahtera di masa tua. Sederhananya, mati secara terhormat dan lebih dihargai orang lain.
Rencana-rencana kuno dan aktivitas jenuh yang tak habis, dan penerimaan diri yang berantakan. Banyak sekali maunya, wacananya, dan nafas panjangnya. Seperti itulah gen yang ada di dalam para petinggi itu.
Kalau kau sempat mengintipi hidup mereka, mungkin akan kau temukan sedikit pencerahan, "Mengapa hidupmu tak berubah sama sekali meski kau sedang berusaha?" Kau pasti temukan jawabnya. Bahkan identitas sosial mereka seperti puing-puing bangunan diterpa angin topan.
Di dunia yang hanya kau ingin bernyanyi-berteriak-mendengarkan lagu Hindia-menulis saja ini, semoga kau hidup dan bertahan lebih lama. Persetan dengan algoritma dunia yang tak kehabisan tenaga untuk memperbudak empatimu. Mereka tidak berguna. Buang saja. Kau lebih penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basa-Basi Sebelum Tidur
Non-FictionKasur pernah bercerita sampai ia basah. Guling pernah memeluk sampai ia sesak. Selimut pernah bersandar sampai ia kehilangan.