Aaron menggelengkan kepalanya tiga kali guna mengembalikan kewarasan yang beberapa detik seolah hilang, lalu tanpa aba-aba menarik Louise keluar menuju parkiran tak mempedulikan keadaan. Aaron sungguh tak peduli banyak orang di sekitar yang melihat kelakuan aneh juga semena-mena dirinya, memangnya siapa yang berani menghentikan tingkah sulung Howard itu?
Terlahir dari keluarga kaya serta ternama menjadi privilege baginya, semua permintaan yang harus dituruti merupakan kebiasaan sejak kecil yang menjadikan Aaron sebagai pribadi yang egois jika menyangkut miliknya. Juga sifat angkuh dan tempramental yang menjadi ciri khas sulung Howard.
Jika dengan orang lain ia bisa bersikap semena-mena, namun entah kenapa dengan anak laki-laki di depannya Aaron tidak bisa, hanya dengan menatap dua netra yang kala tersenyum membentuk lengkungan bulan sabit itu saja sudah membuat ia luluh. Entahlah, menatap wajah yang mirip dengan sang adik rasanya ia akan memberikan apapun asal senyum indah itu tetap terjaga, bahkan dunia dengan isinya jika ia bisa.
"Lepas kak." Sungguh Louise takut dengan laki-laki aneh di depannya. Louise menyadari dirinya tampan juga menggemaskan,maka dari itu ia takut pria aneh ini menculiknya lalu menjual organ tubuhnya seperti yang pernah James katakan. Sangat konyol bukan jika Louise mati karena wajah tampan juga menggemaskan miliknya.
"Louise tatap kakak" intonasi yang ditekan membuat bocah 12 tahun itu mau tak mau menatap pria yang kini sudah berlutut menyejajarkan tingginya dengan kedua tangan memegang pundak kecil milik Louise.
"Bisakah kau ikut kakak ke suatu tempat Louise?" Suara berat yang terkesan lembut menyapa indera pendengaran Louise, masih dengan raut bimbang yang amat kentara ia bingung harus berkata. Di satu sisi ia kasihan melihat pria di depannya, tetapi di sisi lain ia takut dijadikan target penculikan. Sungguh, hati mungil Louise meronta ronta karena tak tega.
Sedangkan Aaron yang melihat raut bimbang tersebut kini terlihat tak tenang, takut bocah mungil di depannya menolak permintaan yang ia ajukan.
"Louise kau tak perlu khawatir, kakak akan mengantarmu sampai rumah dengan selamat. Kakak janji itu." Hening beberapa saat hingga kalimat akhir yang diucapkan Aaron mampu membuat tubuh kecil Louise meloncat kegirangan bahkan hampir melakukan salto jika saja Aaron tak menghentikan.
"Bagaimana jika ditambah dengan dengan hot wheels pink volkswagen beach bomb?"
" OH MY GOSH!"
"PINKY PROMISE?" Bocah pecinta mobil seperti dirinya mana mungkin bisa menolak tawaran menggiurkan itu. Walaupun bukan Lightning McQueen yang ia dapatkan, Namun Louise tak bisa menolak jika sudah menyangkut hot wheels impiannya.
"Ya, pinky promise." senyum tulus Aaron merekah sempurna di wajah dingin dengan pahatan bak dewa. Setelah tiga tahun kematian adiknya, kini Ia benar-benar kembali merasa bahagia.
⬇️⬇️⬇️⬇️⬇️
Aldrich serta Ayhner duduk di sofa panjang sembari menunggu Axton siuman, sesekali melirik ke arah jam dinding dengan rasa kalut yang kian menumpuk. Axton tak sadarkan diri sudah 5 jam lamanya.
Maklum saja, dokter berkata bahwa luka goresan yang ditimbulkan kali ini cukup dalam juga pendarahan yang sulit dihentikan.
Selalu saja seperti ini sejak kematian Casey, Axton memang sangat menyayangi adik bungsunya itu. Hingga saat Casey pergi, Axton menjadi orang yang paling terpukul di antara semua saudaranya. Alih-alih menyibukkan diri seperti lainnya, Axton terlarut dalam kesedihan juga terbelenggu dalam rasa yang teramat menyesakkan. Hingga puncaknya, tanda-tanda depresi karena kehilangan orang tersayang mulai terlihat. Psikiater terbaik sudah didatangkan, namun bukannya sembuh justru keadaan semakin runyam yang mereka dapatkan.
Cklek
Suara pintu yang dibuka perlahan mengalihkan pandangan dua orang yang ada di dalam ruangan. Sungguh sepasang anak dan ayah itu tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Aldrich bahkan berlari ke arah pintu untuk melepas rindu yang semakin hari kian membelenggu.
Sedangkan Ayhner, seolah seluruh sendi di tubuhnya kaku hingga bergerak saja rasanya Ia kepayahan. Darahnya berdesir hebat dengan detak jantung yang bertalu-talu. Setetes air mata jatuh dari netra coklat terang miliknya diikuti tetesan lainnya.
" Casey..."

KAMU SEDANG MEMBACA
BARREY (Hiatus)
Ficción GeneralTentang Louise Faine Barrey, anak laki-laki 12 tahun yang terjebak dalam sebuah keluarga hingga tak bisa menemukan jalan keluarnya. Mereka selalu memastikan Louise ada dalam jangkauannya, ditambah lagi dengan putra ketiga yang mengalami gangguan jiw...