prolog

170 25 1
                                    

Happy reading :)
..

Suara gerimis hujan mengundang perhatian seluruh murid di kelas saat jam pelajaran masih berlangsung, semuanya serentak menoleh menatap jendela kelas yang menampilkan rintik air yang jatuh bebas membasahi tanah.

Semilir angin masuk dari sebagian jendela yang terbuka, menyipratkan sedikit air hujan agar membasahi buku-buku murid yang duduk bersebelahan dengan jendela, bahkan yang jauh pun sampai terkena sedikit akibat kencang nya angin hujan.

Semuanya sontak tergesa-gesa melihat air yang masuk cepat ke dalam kelas karena sapuan angin kencang, beberapa murid dengan cepat menutup jendela dan beberapa lagi membereskan buku-buku mereka yang basah.

Suasana semakin ramai di isi dengan ocehan amarah juga gelisah dari beberapa murid, kebanyakan mungkin karena hujan yang tiba-tiba turun menghujani kota tanpa adanya aba-aba dari cuaca.

Guru mengetuk papan tulis meminta perhatian di saat penjelasannya harus berhenti di tengah jalan karena murid-muridnya yang mendadak heboh, semuanya sontak diam dan mendengarkan apa yang akan di sampaikan oleh sang guru.

"Sepertinya akan susah mengajar di suasana hujan seperti ini, jadi saya akan beri tugas saja," ucap sang guru lantas berjalan menuju meja nya, "coba kalian kerjakan halaman 34 sampai 37, saya tunggu Minggu depan tugasnya."

Setelahnya, sang guru pun pergi meninggalkan kelas yang langsung ramai dengan murid-murid yang berhamburan ke sana ke mari. Bahkan, suara gemerisik hujan pun sepertinya kalah oleh berisiknya ocehan mereka.

Asa, yang sedari tadi sibuk menenggelamkan wajahnya di dalam lipatan tangannya di atas meja pun akhirnya merasa terganggu dengan berisik nya kelas. Ia mendongak dan menarik kerah baju gadis di hadapannya, membuat sang empu tersentak dan menoleh menatapnya.

"Suara lu berisik."

Asa langsung kembali menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya di atas meja setelah mengucapkan kata tersebut, membuat teman di hadapannya menatap Asa penuh kebingungan. Ia lantas menoel-noel tangan gadis itu membuat sang empu meliriknya kesal.

"Apa?" tanya Asa malas, meski begitu ia tetap bertanya.

"Sakit, Sa?" Gadis dihadapannya justru balik bertanya, membuat Asa yang mendengarnya lantas menggeleng lalu kembali melanjutkan aktivitasnya yang hendak tidur.

"Jangan ganggu gue dulu, Ka.." ujar Asa dibalik lipatan tangannya, suaranya terdengar sangat lelah dengan nada yang cukup datar. Ruka mengangguk pelan mendengarnya, ia tak mau menggangu waktu tidur Asa yang malahan akan membuat gadis itu marah.

Asa sangat sensitif dengan waktu tidurnya jika kalian ingin tahu, pernah sekali saat itu Asa sampai mengamuk di dalam kelas karena kelas terlalu —sangat— berisik. Membuat seluruh murid menganggap bahwa Asa adalah seorang tempramental.

Tentu hal itu teringat jelas pada ingatan Ruka karena dia lah kompor dari berisiknya kelas saat itu.
..

Asa terduduk di taman belakang sekolah sendirian, matanya terpejam dengan tws di masing-masing telinganya. Suara kencang dari lagu yang dikeluarkan dari tws menggiring Asa ke dunia lain, dunia dimana hanya ada dirinya sendiri, dunia yang diharapkan sejak dulu, dunia yang penuh keinginan nya.

Asa merasakan tubuhnya yang mulai terasa lebih ringan dibandingkan sebelumnya, ia menghela nafasnya panjang membuang semua beban-beban berat yang memikul pundaknya akhir-akhir ini.

Sensasi nyaman dari taman belakang memang selalu bisa membuatnya tenang dari segala hal yang membuat nya lelah. Selain karena tempatnya yang sepi, Asa juga mengambil kesempatan ini untuk menghindari semua orang.

Di umurnya yang sudah menginjak akhir tahun masa SMP, Asa lebih memilih untuk tidak terlalu berbaur dengan yang lain meskipun itu hal yang penting sekalipun seperti tugas kelompok. Entahlah, ia tidak tau apa yang ada dipikirannya saat ini, hanya saja semua itu sudah tersusun rapi di otaknya.

Asa tidak mau karena berbaur  ia akan mendapatkan dampak besar yang akan memengaruhi pada masa depannya yang sudah ia rencanakan matang-matang.

Semilir angin membawa Asa menuju ketenangan yang tiada tara dengan lagu sebagai pengiring penenang yang merdu.

Entah sudah berapa banyak usaha yang Asa lakukan, semuanya selalu gagal sia sia dan akan membawanya ke arah yang lebih gelap.  Arah yang menakutkan seperti apa yang ia pikirkan. Asa membuka matanya perlahan saat merasakan seseorang seperti duduk disampingnya, matanya melirik dan mendapati Ruka yang tengah menatapnya dengan snack di tangannya.

Ruka mengulurkan makanannya ke arah Asa seraya mengambil isi dari snack. "gak baik perut kosong, ambil nih," ucap Ruka masih menawarkan sampai Asa benar-benar menerima nya.

Asa, dengan terpaksa akhirnya membetulkan posisi duduknya dan mengambil makanan dari Ruka. Ia tidak terlalu dengar apa yang Ruka ucapkan tapi Asa tau gadis itu pasti menyuruhnya untuk mengambil makanannya jika dilihat dari cara bicara nya.

Asa mengangkat tangannya untuk mengambil tws nya di telinga dan menyimpannya langsung ke dalam saku seragam, membiarkan telinga nya bebas mendengarkan ocehan-ocehan Ruka yang senantiasa mengalun berisik.

Asa memakan snack nya perlahan sembari terus mendengarkan ocehan Ruka yang seperti kereta api. Terus melaju tanpa henti.

Suasana taman semakin hidup saat Ruka datang, dan Asa tau itu. Meski begitu, hanya suasana taman saja yang hidup, bukan dirinya.

"Lulus dari sini lu mau kemana, Sa? Gue kayaknya ikut bokap-nyokap gue deh ke Korea," ucap Ruka menatap Asa, ada rasa penasaran yang mendalam karena hanya Asa yang terlihat biasa saja dengan kelulusan mereka nanti.

"Gue tetep di jepang, kenapa?" tanya Asa tanpa menoleh sedikitpun ke arah Ruka yang menatapnya, karena mau bagaimanapun semuanya sudah di rencanakan. Asa tidak bisa berbuat lebih dari ini.

Ruka mengangguk faham, tidak banyak yang ia tau tentang Asa. Yang Ruka tau, Asa adalah anak bungsu dari tiga bersaudara di Enami Family. Selebihnya mungkin yang Ruka tau adalah pekerjaan Ayah Asa yang seorang CEO besar yang memegang saham terbesar ke tiga di Jepang.

Ruka tidak terlalu tau dengan dunia perbisnisan karena memang tidak tertarik sama sekali. Ruka hanya tertarik menjadi seorang gitaris band yang nantinya akan dikenal dunia. Hanya itu.

Asa melirik Ruka lalu kembali menatap sepatu yang melekat pada kakinya. "Kalo ada waktu luang gue harap lu balik ke Jepang," ujar Asa lirih. Ia tidak berharap Ruka mendengarnya juga, mungkin lebih ke menyuarakan isi hatinya saat ini.

"Pasti,"

Asa menoleh menatap Ruka, memastikan pendengaran nya yang sepertinya salah dengar dengan apa yang Ruka ucapkan barusan.

"Gue bakalan balik ke Jepang kalo ada waktu luang, gue juga bakalan bawa temen-temen baru gue buat kenalan sama lu biar lu gak kesepian dan bosen main sama gue terus. Gue bakalan balik, gue janji."

Asa tidak bereaksi, ia hanya diam lalu menunduk menatap sepatu nya.

"Gue pegang janji lu, Ka."

..

*1022 kata

Ini bukan side story dari chiyeon ya, ini pyur cerita baru :)

Jangan lupa v+k ;)

Memories With You. ( rami x asa )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang