"Terlalu banyak duka yang tersampaikan untuk laut."
– Grantha Lemuria –
***
Siluet arunika yang semula terpantul di wajah laut selatan melebur tergantikan rembulan. Meraup gelap dengan sisa remang cahaya berjarak ribuan meter di bawahnya. Menutup hari dengan bintangnya.
Begitu kontras dengan kelopak matanya yang masih segar mengimbangi irama waktu, tak kunjung menjemput mimpi meski ribuan ide jungkir balik olehnya.
"Di sini rupanya."
Netra Franchisor terkunci pada objek di ujung koridor kastil, berbalut selimut putih bermotif ikan memeluk sebuah strawberry. Silver surainya tersibak oleh belaian angin.
"Fran,"
Veinthan Lichteins, lagi-lagi kabur. Meninggalkan segunung tugasnya dan lebih memilih tidur bersandar pada pintu perpustakaan. Bukan tanpa alasan ia memilih tempat itu, buku yang masih didekapnya, Franchisor yakin hanyalah lembaran kosong. Empunya tidak ingin diusik.
"Strategis, bukan? Menjadi bagian dari kehidupan, bahkan makna terselubung di baliknya."
Sejujurnya, Franchisor perlu memutar otak pada tiap untaian kata tuan mudanya. Atau seringkali ia hanya menanggapi dengan anggukan, dunia dalam kepala remaja sangat kompleks.
Sudah terhitung 12 pekan bergulir sejak kabar utama kastil, "Raja Muda yang menjatuhkan mahkotanya." Veinthan memakan kalimat yang sama setiap kali menatap dari balik jendela.
Ingin menyangkal bahwa sejatinya Veinthan Lichteins hanya masih berkutat dengan jati dirinya sebagai remaja. Sangat normal jika ia bertindak menuruti ego.
Angin darat mulai menyapa permukaan laut, mendorong kapal-kapal kembali melanjutkan petualangannya. Franchisor menangkap sendu cangkir teh yang menyisakan lebih dari setengahnya.
"Apakah lidahmu mati rasa oleh rindu?"
Alkohol yang sebelumnya menyapa luka dalam kover selimut. Bahkan dalam tidurnya ia masih menahan sakit. Seakan begitu rumit, nyatanya ia hanya tidak memahami perasaannya sendiri.
"7.000 tahun tepat sejak hari itu. Bangsa ikan memiliki daya ingat kurang lebih tujuh detik. Nyatanya, ingatan pada hati lebih kuat hingga membuat jati diri ikan itu hancur perlahan."
Sindiran Franchisor memenuhi ruang kamar, meninggalkan Veinthan Lichteins dengan dengkuran yang sedikit lebih leluasa. Kastil sepenuhnya ditelan kesunyian malam.
"Good night, Veint. Ku akan selalu menunggu bangkitmu."
***
"Aku akan mengunjunginya. Tidak lagi berbalik dan menunggu dalam bayangmu."
– Veinthan Lichteins –
KAMU SEDANG MEMBACA
GRANTHA LEMURIA
Fantasy"Grantha dan Lemuria. Legenda yang acapkali memenuhi papan berita kota. Desas-desus kisahnya seakan menjadi sebuah syarat dalam hubungan." Percaya dan tidaknya hanyalah sisi pandang. Sebuah teori lahir dalam peradaban lewat kalimat yang seringkali t...