Di sebuah acara musik besar yang mempertemukan banyak grup idol dari berbagai agensi, suasana di backstage begitu riuh. Panggilan-panggilan dari kru produksi terdengar bersahut-sahutan, mengarahkan para idol untuk bersiap naik panggung. Para artis dan staf berdesakan di area backstage yang sempit, sebagian besar menghabiskan waktu untuk menunggu giliran tampil atau sekadar bersiap dengan latihan koreografi terakhir.
Di sudut ruangan yang agak sepi, seorang cowok tampak duduk dengan santai. Dia adalah Eunsang, salah satu anggota dari YOUNITE. Dengan hoodie hitam menutupi kepalanya, dia lebih memilih duduk tenang di kursinya sambil sesekali mengecek ponsel, tampak tidak terpengaruh oleh keramaian yang ada di sekitarnya. Baginya, ini hanyalah salah satu acara musik yang sering dia hadiri, dan tidak ada yang terlalu istimewa dari suasana di sini.
Namun, di antara keramaian yang ramai dan penuh dengan suara, tiba-tiba terdengar suara seorang cewek yang memanggil namanya.
“Eh, lo Eunsang, kan?”
Eunsang menoleh pelan dari layar ponselnya dan melihat seorang cewek berdiri di depannya. Wajahnya familiar, tetapi bukan seseorang yang dia kenal secara personal. Itu adalah Yujin, salah satu member dari IVE, grup idol yang sedang naik daun. Yujin tersenyum tipis saat Eunsang menatapnya, dan tanpa menunggu jawaban lebih lanjut, dia duduk di kursi kosong di sebelah Eunsang.
“Iya, gue Eunsang,” jawabnya singkat. Tatapan matanya tetap tenang, seperti biasa. “Lo Yujin, kan?”
“Bener banget,” Yujin mengangguk dengan senyum ramah, meskipun dia bisa merasakan Eunsang agak kaku. “Udah lama di sini?”
Eunsang hanya mengangkat bahu tanpa ekspresi yang berarti. “Nggak juga, baru beberapa menit. Nunggu giliran tampil aja.”
Yujin tertawa kecil mendengar jawaban singkat itu. Ada kesan dingin dalam sikap Eunsang, tetapi bukannya merasa canggung, Yujin justru merasa semakin tertarik. Ada sesuatu yang berbeda dari cowok ini. Sikapnya yang tidak banyak bicara, wajahnya yang tenang—semuanya membuat Yujin penasaran.
“Gue juga lagi nunggu giliran. Nggak terlalu excited buat tampil?” Yujin mencoba mencairkan suasana, meskipun dia sadar kalau mungkin percakapan ini akan terasa agak berat sebelah.
Eunsang menoleh sebentar, lalu kembali fokus pada ponselnya. “Biasa aja. Udah sering tampil, jadi ya gitu-gitu aja.”
Jawaban Eunsang singkat dan to the point, nggak berusaha memanjangkan obrolan. Dia tipe orang yang nggak suka basa-basi, dan bagi dia, pertemuan dengan Yujin ini nggak ada yang spesial. Mereka hanya dua idol yang bekerja di industri yang sama, dan pertemuan seperti ini adalah hal biasa. Tidak ada alasan untuk merasa lebih dari itu.
Namun, di mata Yujin, ada sesuatu yang menarik dari kesederhanaan Eunsang. Cowok ini tidak seperti idol kebanyakan yang sering mencoba tampil menonjol atau menarik perhatian. Dia justru sebaliknya—Eunsang lebih suka berbaur dengan latar belakang, memilih diam dan memperhatikan, dan itu membuat Yujin merasa ingin tahu lebih banyak.
Suasana di backstage semakin ramai ketika giliran IVE hampir tiba. Para member grup lain mulai bersiap, latihan terakhir dilakukan, dan staf-staf berseliweran dengan tergesa. Di antara hiruk-pikuk itu, Yujin dan Eunsang masih duduk di tempat mereka, meskipun obrolan mereka terhenti. Yujin, yang biasanya sangat cerewet, justru merasa aneh karena kali ini dia nyaman dengan keheningan yang terjadi. Dia memerhatikan Eunsang dari sudut matanya, mencoba mencari sesuatu yang bisa dia jadikan bahan obrolan.
Akhirnya, setelah beberapa detik berpikir, Yujin kembali mencoba membuka percakapan.
“Lo latihan berapa lama buat penampilan kali ini?” tanyanya, berharap Eunsang akan memberikan jawaban yang lebih panjang dari sebelumnya.
Eunsang, tanpa mengangkat kepalanya dari ponsel, menjawab singkat, “Nggak lama. Cuma ngulang beberapa kali biar nggak ada yang miss.”
Lagi-lagi, jawaban yang singkat. Yujin mulai menyadari bahwa Eunsang bukan tipe orang yang suka berbicara panjang lebar, tetapi dia tidak menyerah. Ada sesuatu dari ketenangan Eunsang yang membuat Yujin merasa tertarik. Cowok ini berbeda dari kebanyakan orang yang dia temui.
Yujin mengangguk pelan, kemudian berkata, “Sama sih. Gue juga biasanya fokus ngulang-ngulang koreo sebelum tampil. Paling takut kalau pas di atas panggung malah ada yang miss.”
Eunsang mengangguk ringan, tanda dia mendengar, meskipun dia tidak menambah apapun ke dalam percakapan itu. Dia bukan tipe orang yang menganggap perlu menjawab setiap pernyataan. Meskipun begitu, Yujin tetap merasa bahwa obrolan ini menyenangkan. Dia senang bisa duduk dan berbicara dengan seseorang yang tidak terlalu berusaha untuk mengesankan, tetapi justru tampil apa adanya.
Waktu terus berjalan, dan giliran IVE untuk tampil semakin dekat. Sebelum pergi, Yujin menatap Eunsang dan berkata, “Oke, gue duluan ya. See you later.”
Eunsang hanya mengangguk, memberikan isyarat bahwa dia mendengar, tetapi tidak mengatakan apa-apa lagi. Yujin berdiri dan berjalan ke arah para member IVE yang lain, siap untuk naik ke panggung. Ketika Yujin menjauh, Eunsang kembali fokus pada ponselnya, seolah pertemuan barusan hanyalah salah satu dari banyak momen biasa di backstage.
Setelah beberapa minggu berlalu, mereka bertemu lagi di acara musik yang berbeda. Kali ini, suasananya sedikit berbeda. Eunsang sudah lebih familiar dengan kehadiran Yujin, dan meskipun mereka tidak sering berbicara, ada rasa nyaman yang muncul setiap kali mereka berada di tempat yang sama. Yujin, dengan caranya yang santai dan terbuka, selalu menyempatkan diri untuk menyapa Eunsang setiap kali mereka bertemu.
Di backstage acara kali ini, Yujin menemukan Eunsang sedang duduk lagi di tempat yang agak terpisah dari keramaian, persis seperti saat mereka bertemu pertama kali. Dengan senyum yang lebih lebar dari biasanya, Yujin menyapa lebih dulu.
"Ketemu lagi, ya," katanya sambil duduk di sebelah Eunsang tanpa menunggu persetujuan.
Eunsang menoleh sebentar dan mengangguk, kali ini tanpa terlihat terlalu kaku. "Iya, ketemu lagi."
Ada sedikit perubahan dalam sikap Eunsang. Meskipun masih pendiam, dia tidak lagi terlihat terlalu menjaga jarak. Mungkin karena sudah beberapa kali bertemu, atau mungkin karena dia mulai terbiasa dengan cara Yujin yang selalu santai dan ramah.
"Lo nunggu lama lagi, ya?" tanya Yujin sambil memandang ke arah keramaian idol-idol lain yang sedang bersiap-siap.
Eunsang mengangkat bahu. "Iya, biasa lah. Acara kayak gini emang bikin kita lebih banyak nunggu daripada tampil."
Yujin mengangguk sambil tertawa kecil. "Iya, bener banget. Tapi gue malah lebih nervous pas nunggu daripada pas tampil."
Eunsang menoleh, sedikit tertarik dengan pernyataan itu. "Serius? Gue sih lebih santai pas nunggu. Kalau udah tampil baru mulai mikir gimana-gimana."
"Ah, mungkin karena lo lebih berpengalaman. Gue masih suka kepikiran hal-hal kecil sebelum naik panggung," kata Yujin, menambahkan sedikit canda untuk mencairkan suasana.
"Ya nggak lah, lu lebih dulu debut daripada gue haha" Ucap Eunsang.
"DIH! Cuman beda setahun juga haahaha" Ucap Yujin.
"LU kan pernah ada si IZONE" Yujin langsung tersenyum mendengarnya.
Mereka terus berbicara, dan kali ini percakapan mereka mengalir lebih lancar. Yujin banyak bercerita tentang pengalamannya di IVE, tentang latihan yang melelahkan dan momen-momen canggung di atas panggung. Eunsang, meskipun tidak banyak bicara, sesekali tersenyum mendengar cerita Yujin, terutama saat Yujin bercerita tentang insiden lucu di mana dia hampir lupa lirik di tengah penampilan.
"Untung gue inget lagi tepat waktu," kata Yujin sambil tertawa, "Kalau nggak, bisa kacau tuh."
Eunsang tersenyum tipis. "Gue juga pernah hampir salah, tapi nggak terlalu keliatan."
Obrolan mereka mungkin tidak terlalu dalam, tapi bagi Yujin, ada perasaan nyaman yang muncul setiap kali mereka berbicara. Eunsang, meskipun pendiam, selalu memberikan respons yang jujur dan manis.