CHAPTER (2)

5 3 0
                                        

Eunsang dan Yujin kembali bertemu di backstage sebuah acara musik lain. Entah kenapa, sejak pertemuan pertama mereka, kebetulan selalu membawa mereka ke acara yang sama. Eunsang berdiri di sudut ruangan, menunggu giliran tampil, wajahnya tetap tenang seperti biasa. Matanya mengamati tim yang sibuk mempersiapkan panggung di monitor, tapi hatinya tidak benar-benar ada di sana.

“Gue beneran nggak ngerti kenapa mereka selalu bikin acara segini lama,” gumam Eunsang pelan. Ia menguap, melirik ke arah anggota grup lainnya yang sedang berlatih dengan setengah hati.

Sementara itu, Yujin melirik ke arah Eunsang dari kejauhan. Sebagai leader dari IVE, dia punya tanggung jawab besar terhadap grupnya, tapi perhatiannya terusik oleh sosok yang berdiri sendirian di sudut ruangan. Sudah beberapa kali mereka bertemu di acara musik seperti ini, dan Yujin mulai menyadari sesuatu yang berbeda dari Eunsang. Di mata orang lain, mungkin Eunsang hanya cowok biasa, tenang dan pendiam. Tapi bagi Yujin, kesederhanaan itulah yang justru membuatnya tertarik.

“Hah, kenapa gue jadi mikirin dia terus?” batin Yujin, sedikit menggeleng untuk mengusir pikiran tersebut. “Gue harus fokus ke performance.”

Namun, sulit baginya untuk mengabaikan keberadaan Eunsang. Setiap kali mereka berada di ruangan yang sama, Yujin merasa tertarik untuk memperhatikan bagaimana Eunsang membawa dirinya. Ada sesuatu yang menenangkan tentang dirinya—cara dia berbicara tanpa banyak basa-basi, cara dia tersenyum tipis ketika ada yang bercanda, dan caranya tetap tenang di tengah keramaian.

Yujin menatap monitor di depannya, tapi pikirannya sudah melayang jauh. Ia ingat bagaimana mereka secara tidak sengaja berbicara beberapa kali di backstage sebelumnya. Eunsang selalu menjawab dengan singkat dan sopan, namun tidak pernah berusaha memperpanjang percakapan. Di satu sisi, Yujin merasa percakapan itu hambar, tanpa emosi, seperti berbicara dengan seseorang yang hanya menjawab karena merasa harus.

Namun, di sisi lain, justru sikap dingin itu yang membuatnya penasaran. **Kenapa dia begitu sulit dibaca?** pikir Yujin. Padahal, dia sudah terbiasa berinteraksi dengan banyak idol lain yang selalu berusaha menarik perhatian, mencoba bersikap ramah, bahkan berlebihan. Tapi Eunsang berbeda. Dia tidak seperti mereka.

Saat itu, suara staf panggung memanggil mereka untuk bersiap tampil. Yujin segera meluruskan tubuhnya dan memimpin grupnya ke area persiapan, meski matanya kembali tertarik pada Eunsang yang masih berdiri di tempat yang sama, tampak tidak terburu-buru. Mereka bertukar pandang sebentar sebelum Yujin tersenyum tipis, namun Eunsang hanya mengangguk tanpa reaksi lebih.

"Gue nggak ngerti sama dia," gumam Yujin sambil berlalu.

Setelah mereka menyelesaikan penampilan, Yujin dan grupnya kembali ke backstage, merasa lega setelah memberikan penampilan yang solid. Saat duduk di ruang ganti, Yujin meraih botol airnya dan kembali termenung. Rasanya semakin sulit baginya untuk mengabaikan kehadiran Eunsang. Dia mulai berpikir bahwa interaksi mereka yang singkat selama beberapa minggu terakhir mungkin lebih berarti baginya daripada yang dia sadari.

Sementara itu, Eunsang kembali ke backstage setelah tampil dengan YOUNITE. Seperti biasa, tidak ada yang berubah dalam sikapnya. Baginya, ini hanya acara musik lain—salah satu dari banyak acara yang ia hadiri sepanjang karirnya. Dia menikmati pekerjaan ini, tentu saja, tapi tidak pernah membiarkan dirinya terlalu terbawa suasana.

Ketika Eunsang berjalan melewati lorong backstage, ia melihat Yujin duduk di ruang ganti IVE dengan pintu yang sedikit terbuka. Dia menoleh sebentar, bertukar pandang dengan Yujin, tapi seperti biasa, dia hanya mengangguk sebelum melanjutkan langkahnya. Baginya, Yujin hanyalah teman sesama idol yang kebetulan berada di agensi yang berbeda. Tidak lebih, tidak kurang.

Namun, bagi Yujin, setiap kali Eunsang lewat, ada sesuatu yang membuat jantungnya berdetak sedikit lebih cepat. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ini hanya perasaan sementara, mungkin hanya karena mereka sering bertemu. Tetapi setiap kali dia melihat Eunsang, rasa penasaran itu semakin bertambah.

Yujin akhirnya memutuskan untuk memulai percakapan saat kesempatan berikutnya datang. Dia ingin tahu lebih banyak tentang Eunsang—tentang apa yang dia pikirkan, apa yang dia rasakan di balik sikapnya yang tenang itu. **Kenapa dia bisa sedingin itu?** pikirnya. Dan apakah mungkin ada alasan yang lebih dalam di balik sikapnya yang seolah tidak peduli?

Seminggu kemudian, Eunsang dan Yujin kembali dipertemukan di acara musik lainnya. Mereka berpapasan di lorong backstage saat menunggu giliran tampil. Yujin memutuskan ini adalah saat yang tepat untuk memulai percakapan yang lebih panjang.

Yujin mengangguk, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang tiba-tiba muncul. “Lo sering banget tampil di acara musik ini, ya? Kayaknya kita udah ketemu beberapa kali.”

“Iya, emang sering ada di sini. Lo juga,” jawab Eunsang, tanpa memberikan banyak emosi.

Yujin tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. “Iya, bener juga. Kadang bosen juga, ya, ketemu di tempat yang sama terus.”

Eunsang tersenyum tipis. “Iya, mungkin karena udah jadi rutinitas aja.”

Meskipun percakapan itu terasa ringan dan tanpa arti yang mendalam, Yujin merasa ada sesuatu di balik sikap tenang Eunsang yang menarik. Dia tidak seperti idol lain yang selalu berusaha menunjukkan sisi terbaik mereka di depan orang lain. Eunsang terlihat nyata, jujur, dan mungkin itu yang membuat Yujin semakin tertarik.

Percakapan mereka terputus ketika staf memanggil Yujin untuk bersiap tampil. Sebelum pergi, Yujin sempat melirik ke arah Eunsang, berharap bisa menangkap lebih banyak dari ekspresi wajahnya. Tapi seperti biasa, Eunsang tetap tenang, tidak menunjukkan tanda-tanda tertarik atau terkesan.

Ketika Yujin berjalan menjauh, Eunsang hanya menatap punggungnya sebentar sebelum kembali fokus pada persiapannya sendiri. Bagi Eunsang, itu hanyalah percakapan biasa. Tidak ada yang spesial. Tidak ada yang perlu dipikirkan lebih jauh. Tapi bagi Yujin, setiap interaksi kecil itu mulai terasa lebih berarti, meski dia tahu Eunsang tidak merasakan hal yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HIDDEN AFFECTION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang