10-10-24

193 23 11
                                    

-𝙉𝙖𝙩𝙝𝙖𝙣 𝙏𝙟𝙤𝙚 𝘼 𝙤𝙣 X 𝙀𝙧𝙣𝙖𝙣𝙙𝙤 𝙎𝙧𝙞-

.
.

"Masih marah?"

"Menurutmu?"

Nathan mendengus geli saat Ernando meliriknya dengan tajam.

Gak serem, lucu malah.

Ditambah bibirnya sedikit manyun. Kek minta dikecup Nathan.

Tapi sekarang bukan waktunya buat mesra-mesraan.

Mood Ernando lagi jelek banget. Masih kesel mampus dengan hasil yang di dapat Indonesia saat menghadapi Bahrain tadi.

Jelas-jelas kemenangan sudah menjadi milik Indonesia. Tapi dengan seenak jidat Bahrain malah merampoknya. Kan bangsat. Sampe gemes Nathan sama si wasit. Pengin tampol bolak-balik kepala botaknya.

"Aku yang gak main aja gregetan liatnya Nath, gimana anak-anak yang main coba." Lagi, Ernando meremas bantal hotel di pangkuannya. Membayangkan wajah si wasit yang sedang ia bejek-bejek.

"Kalo tadi Justin main nih, habis tuh pemain Bahrain ditendangnya."

Nathan jelas langsung ngakak. Bisa dia bayangkan gimana hebohnya Justin saat menonton pertandingan tadi. Tuh anak paling susah nahan emosi soalnya. Apa lagi kalo liat temen-temennya dicurangi. Meledak dia pasti.

"Udah lah, kita lupakan pertandingan tadi." Nathan yang semula duduk di sofa kini beranjak. Menghampiri Ernando yang tengah menyandar dikepala ranjang, lalu mengambil bantal dari pangkuan pacarnya.

Agak cemburu dia liat bantal kurang ajar itu menempati tempat favoritnya.

"Sekarang...." Dengan senyum kecilnya pemuda Tjoe A On menangkup pipi Ernando. Mengunci kesayangannya dalam pandangan penuh kasih. "Kita fokus pada pertandingan selanjutnya. Dan saat Bahrain datang ke Indonesia nanti, kita bikin babak belur mereka."

"Mn!" Penuh semangat Ernando menangguk, setuju 100% dengan perkataan Nathan. "Kita kasih paham mereka gimana mengerikannya support kita kalo sudah marah."

Nathan yang melihat kesayangannya kembali bersemangat jelas jadi gemes sendiri. Apa lagi saat Ernando mengangguk tadi pipinya terasa kenyal-kenyal ditelapak tangannya. Sayang Nathan gak bisa main cubit-cubitan sekarang. Rawan kena tampol.

"Tapi Nath...."

Lihat Ernando kembali manyun, Nathan menyerengit bingung. Padahal tadi udah semangat banget, kok loyo lagi sih.

"Tapi kenapa sayang?"

"Kan ada Bang Paes. Aku gak bisa ikut balas dendam dong nanti...." Bibir Ernando semakin menekuk. Sedih mengingat dia bukan kiper utama lagi di Timnas.

Mendengar, Nathan menghela napas.

Tangannya perlahan turun, menggenggam kedua tangan Ernando dan usapannya dengan lembut.

Kadang Nathan juga sedih saat bertanding dan melihat yang berdiri dibawah mistar gawang bukan kesayangannya. Tapi mau gimana lagi, ini demi kebaikan Timnas dan juga Ernando sendiri. Karna dengan adanya persaingan, maka mau tidak mau Ernando harus berusaha lebih giat lagi dalam berlatih. Dan itu bagus untuk masa depan karirnya.

"Sayang."

"Hm?"

Kedua pasang mata saling pandang. Mengunci orang yang dicinta dengan kehangatan.

"Mau aku temenin karokean lagu '𝘒𝘶𝘳𝘢𝘯𝘨𝘬𝘶 𝘋𝘪 𝘗𝘦𝘯𝘥𝘦𝘬 gak?"

Ya, kita do'a kan saja Nathan tidak mendapat tampolan sayang dari Ernando.

~𝙀𝙉𝘿~

Cuma cerita pendek gegara masih kesel sama si wasit badjingan🙂

Gado-Gado CampurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang