Harris melangkah keluar dari Nexus, berdiri di tepi jalan yang telah runtuh. Langit abu-abu yang membentang di atasnya, membuat dunia seolah-olah berhenti berputar.
Di hadapannya, Sistem memproyeksikan peta hologram. Titik-titik lokasi muncul dengan jelas, menandai letak setiap Nexus.
Pemerintah, yang telah kehilangan kendali atas situasi, memutuskan untuk membebastugaskan para prajurit. Tanpa pikir panjang Harris, yang memiliki suatu tujuan di benaknya, memutuskan untuk segera pergi.
Dengan informasi yang minim dan dunia yang dipenuhi akan ketidakpastian, Nexus yang tersebar di seluruh negara menjadi satu-satunya harapan bagi para penyintas. Harris hanya bisa berharap bahwa Edi, kakaknya, berada di salah satunya.
Harris memusatkan pikiran, aliran listrik kecil menjalari seluruh tubuhnya, dan dalam hitungan detik mengubah wujudnya menjadi sosok yang ia bayangkan.
Saat ia berubah, tumpukan baju menutupi tubuh kecilnya, lenyap, Haris memasukkan pakaiannya kedalam inventory. Bulu hitam pekat dan sayap yang kokoh kini menggantikan tubuh lamanya.
Dengan kepakan pertama, dia melesat ke udara, terbang menuju Nexus yang paling dekat dengan kediaman kakaknya.
Dari ketinggian, Harris bisa melihat segala sesuatu yang rusak: bangunan-bangunan yang tak lagi utuh dan jalan-jalan yang terputus.
Di tengah perjalanannya, Harris memutuskan untuk hinggap pada sebuah batang pohon di sebuah hutan. Agak lelah, meskipun tenaganya masih cukup, ia tidak ingin tiba-tiba berubah kembali menjadi manusia ketika sedang terbang.
—Apa lagi dia telanjang…
Saat dia mengatur napas dan mencoba menenangkan pikirannya, tiba-tiba terdengar suara gemerisik dari semak-semak di sekitarnya. Tanpa peringatan, sebuah sosok besar menerobos keluar dari bayangan hutan—makhluk buas dengan kulit hijau dan mata merah menyala. Troll, setinggi dua kali manusia biasa, memancarkan aura ganas.
Troll melesat dengan kecepatan mengejutkan, kapaknya yang besar mengayun ke arah Harris. Dengan reflek, Harris kembali terbang, menghindari serangan maut itu.
Cakar mengerikan, makhluk itu mencoba meraih Harris yang kecil. Harris dengan cepat melesat ke udara, pergi meninggalkan ancaman di belakangnya, fokusnya adalah mencapai Nexus, bukan mati konyol di tangan troll tingkat A.
Setelah berjam-jam terbang, akhirnya dua pilar besar muncul di pandangannya. Pilar-pilar itu berdiri tegak, membingkai pintu masuk Nexus. Dia kembali ke bentuk manusia dan berjalan perlahan mendekati portal, dengan hati yang penuh kecemasan dan langkah yang mantap, Harris melangkah ke dalam portal yang dibingkai oleh dua pilar besar itu.
Tempat itu, di tengah segala kekacauan, tampak seperti oasis yang memberi perlindungan bagi mereka yang tersesat dalam kekacauan dunia luar.
Matanya menyapu sekeliling. Tempat itu seperti mal, ruangannya megah dan akrab, hidup dan penuh aktivitas.
Tempat ini dipenuhi oleh ratusan orang yang mencari perlindungan, dan suara desahan serta obrolan samar mengisi udara.
Berada di tengah kerumunan besar, menemukan Edi terasa seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Namun, Harris menolak untuk menyerah. Dia tahu bahwa jika Edi selamat, Nexus ini adalah tempat yang paling mungkin untuk menemukannya.
Harris berjalan perlahan, matanya mencari tanda-tanda yang familiar. Setiap wajah yang dilihatnya adalah cerminan dari rasa takut dan ketidakpastian. Namun, di tengah kerumunan itu, ada sosok yang dikenalnya, meskipun dari belakang. Edi, kakaknya, berdiri tegap dengan bahu sedikit merosot, memancarkan kelelahan yang mendalam. Di sampingnya, seorang wanita menggendong anak kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVOLUSI
AdventureSetelah beberapa presiden dari berbagai negara mengaku didatangi oleh sosok misterius, berita tersebut segera menjadi topik utama di seluruh dunia, dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat. Kekhawatiran semakin memuncak ketika pemerintah meningkat...