(part2) THE END

904 126 6
                                    

Gara-gara perkataan sang kakak di ruang obrolan  virtual tadi, Bara yang tadinya sedang asik duduk di sofa ruang tv pun, langsung bangkit, sedikit berlari kecil menuju kamar. Tujuannya cuma satu, berdiri di depan kaca besar yang ada di dalam kamar, mengecek penampilanannya yang memang benar kata Bara tadi; sakit tidak akan mengurangi ketampanannya.

Tapi memang kondisinya sudah jauh lebih baik. Wajahnya sudah tidak pucat, bibirpun sudah tak sekering kemarin. Belum lagi tadi Bara juga sudah mandi, penampilannya saat ini jelas jauh dari kata jelek.

Sebelum kembali, Bara sempat merapihkan rambut yang memang sudah panjang serta memakai pelembab bibir yang selalu ada di laci nakas.

Saat sampai di ruang tv, Rexa yang tadi pergi ke dapur pun sudah selesai dengan segala urusannya di sana.

"Ngapain ke kamar, Bar?" Rexa bertanya, seraya tangannya menaruh dua piring berisi buah melon dan pir yang sudah dikupas dan dipotong kecil-kecil ke atas meja, di depan tv.

"Gak ngapain-ngapain." Jawabnya, sedikit berbohong. Ya tidak mungkin kan dia bilang ke kamar hanya untuk berkaca, karena takut penampilannya jelek saat ingin menyatakan cinta pada si Sahabat.

Keduanya lalu duduk bersama di sofa, menikmati buah yang sengaja Rexa siapkan untuk Bara, ditemani layar tv yang menampilkan acara series favorit mereka berdua.

Mereka tertawa bersama, kadang melupakan acara yang mereka tonton karena asik mengobrol, atau masing-masing terdiam karena fokus menonton. Semua biasa saja, sampai pada salah satu episode series tersebut menunjukan adegan permainan Truth or Dare.

Bara menoleh pada Rexa. Memperhatikan lelaki itu dengan sorot mata yang tajam namun penuh dengan kelembutan.

Lalu tangannya tanpa permisi terulur, ibu jarinya menyentuh ujung bibir Rexa yang terdapat sedikit sisa buah melon di sana.

Membuat Rexa ikut menoleh, hanya untuk mendapati Bara sedang menyecap ibu jarinya sendiri. Menikmati sisa melon dari ujung bibir si lelaki manis.

Kurang ajar. Tanpa permisi pipi Rexa menghangat melihat perlakuan Sahabatnya itu. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya, kemanapun asalkan bukan pada Bara.

Bara yang melihat itu, mengulum senyumnya. Lalu lagi-lagi tanpa diduga, si tampan mengubah posisi duduknya. Yang tadinya ke depan menghadap tv, sekarang ia berbalik, duduk miring menghadap langsung pada Rexa.

Tubuhnya bersandar pada sandaran sofa, tangannya bertopang pada kepala, lalu katanya, "Sa, main yuk."

Rexa yang tadi berusaha untuk tak melihat Bara pun akhirnya menoleh lagi, pipinya masih agak bersemu, tapi tautan alisnya menandakan ia juga sedang bingung sekarang.

"Main apaan? gak usah aneh-aneh. Lo baru sembuh. Suara aja masih agak serak gitu."

"Gak aneh. Main truth or dare aja kaya di tv itu."

"Tiba-tiba banget, njir."

"Ck, ayolah."

Rexa mendengus, terlihat keberatan, tetapi tubuhnya ikut berubah posisi, sedikit menghadap Bara. "Ayok dah," kata Rexa pada akhirnya.

Dan cengiran Bara pun tercetak jelas di bibir seksinya. "Siapa duluan?"

"Gue."

"Oke. Truth or Dare?"

"Truth."

"Nggak asik, main aman."

"Lah, suka-suka gue dong."

Bara mendengus. Tapi tanpa Rexa tau, hal ini memang sudah Bara duga. Ia tau Rexa akan memilih Truth, dan itu akan Bara jadikan kesempatan untuk memulai apapun yang sudah ia rencanakan. Jadi sebelum bersuara, si lelaki tampan sempat menghela nafas, lalu katanya; "Oke. Tell me the truth, Sa.. Do you love me?"

RAXA - SaHabaT (NoMin Short AU) Where stories live. Discover now