gunung nyai

1 0 0
                                    

Lelaki manis ini mulai bergerak gelisah. Jujur saja, pantatnya mulai terasa panas karna terlalu lama duduk di jok motor supra milik revan ini.

"Masih lama gak?"
"Haaah"
"Masih lama gak?" Sekali lagi arvin mengulang pertanyaannya dengan nada sedikit keras. Maklum saja, suara angin dan helm yang di pakai revan saat ini tentu saja membuatnya tidak terlalu mendengar pertanyaan dari arva.

"Kagak, paling 5 menit lagi"
"Dari tadi lu bilang gitu mulu , anjir"
"Haaaaahhh"
"Budeg lu"
"Hhhaaaaahhh"

Arvin tak menjawab lagi. Percuma saja berbicara dengan revan saat ini. Bisa-bisa dia naik darah dibuatnya.

Terik matahari mulai terasa membakar kulit. Di liriknya jam pada tangannya itu . Agak kesal , karna dari awal dia sudah memberikan option untuk membawa mobil BMW i5 miliknya. Namun langsung di tolak oleh reza selaku ketua kelompok mereka.

naik motor saja. Takut terjadi kesenjangan sosial katanya.

" loh, kok berhenti?"
Tanya arvin ketika melihat revan menepikan motornya ke sebuah warteg.

" makan dulu lah, laper nih.."
Celoteh revan sambil membuka helmnya.

"Lo emang gak laper, makan dulu ayook.."

Arvin meneguk ludahnya. Perutnya terasa keroncongan. Tapi jujur saja, ada perasaan tidak nyaman . Ini pertama kalinya seorang arvin aji wicaksono memijakkan kakinya ke dalam warteg.

"Kenapa sih lu vin?"
Tanya reza ketika melihat kawannya itu terlihat gelisah.

"Kita beneran makan disini? Ke mall aja yuk. Gue yang traktir deh"

Reza tersenyum simpul. Lalu memukul pelan punggung arvin . Mencoba memberikan semangat kepada kawannya yang old money ini.

" ya gak bisa lah vin. Di sini gak ada mall."

"HAH"

"Gak usa sok kaget lu, siapa suruh waktu kita-kita ngiter cari tempat kkn lu gak ikut." Celoteh revan.

" ya kan waktu itu gue sakit" Arvin memcoba membela dirinya.

" YI KIN WAKTI ITI GUI SIKIT. EEHH, KAMPRET.. GUE LIAT STORY IG LU LAGI GALAU DI BAWA EIFELL YA NYET" kali ini Koko ikut menimpali.

"kok lu nge gas sih ko?? Lu ada masalah pribadi sama gue?? "

" eehh.. uda-uda.. kkn aja belum mulai tapi kalian uda ribut gini.. revan, bawa koko masuk duluan. Dia perlu es teh kayaknya. "

cegah reza sambil memisahkan arvin dan koko yang mulai tersulut emosi. Membiarkan revan dengan sedikit kasar menarik koko untuk masuk ke dalam warteg .

"Arvin"

reza memanggil arvin lembut. Tidak bermaksud menghakimi temannya itu.
Yang hanya Di jawab Arvin dengan decakan malas.

" Gpp ya, lu coba dulu makan. Kan tujuan kita kkn bukan buat holiday. Lu coba dulu aja.. makanan warteg gak sejelek itu kok."

"Tapi gak higenis za, gue liat ada lalet muter-muter trus di pukulin pakai kantong kresek. Gak banget za.. "

Reza memijat pengkal hidungnya. Sepertinyaa tugasnya sebagai ketua Kkn kali ini akan lebih berat dari perkiraannya.

"Lu belum coba, itu yang bikin makanannya tambah enak. Uda jangan banyak omomg, sekarang lu makan aja dulu pokoknya. " kata reza sambil mendorong punggung arvin memasuki Warteg tersebut.

hingga di sinilah Arvin. Duduk di atas kursi kayu. Masih sedikit kesal melihat koko yang dengan santai mulai makan di depannya dengan lahap.

"Ayo di makan, vin"
Kata reza mempersilahkan arvin untuk mencicipi makanan yang ada di depannya.

cakrajayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang